Tiga Puluh Tujuh

112 8 2
                                    

inaya : maaf akhi, Aku tidak tau pernah mendengar akhi mengatakan hal tersebut

Naufal : aku memang tidak mengatakan langsung, 5 tahun lalu apa kamu tidak menerima surat dariku.

"Surat?" ucapnya setelah menbaca pesan dari Naufal.

---------

"Surat apa yang dia maksut? Aku tak mengerti apa yang dia katakan? Oh ya, dulu ketika aku...." gumamnya.

Flasback on

Sudah 6 bulan aku berada disini. Menimba ilmu. Namun tak juga aku bisa menenangkan hati.

Sering kali aku memikirkan dia. Dan sering pula aku bertanya. Apa dia juga memikirkaku,

Ya allah swt tuhan yang membolak balikan hati, jika benar dia jodohku.. Maka jodohkkanlah aku.

"Nadia" lamunanku buyar, ketika teh gina datang.

"Iya teh, punten?" tanyaku.

"Ini ukh.. Ada yang ngasih ini buat ukhty. Katanya suruh simpan"

"Dari siapa teh?"

"Teteh juga nggak tau ukh. Teteh dapat dari mang ijo"

"Ouh.. Ya matur suwun sanget teh"

"Ileng ukh.. Amanatnya suruh simpan.. Bukan di buka.."

"Iya teh.. Nadia tau kok"

"Yawes.. Teh gina, mau ke dalam dulu. Kamu jangan ngalamum terus.. Baca Alquran aja, kan kasihan Alqur'an uang di tanganmu itu"

"Iya teh"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Teh gina meninggalkan aku sendiri. Di balik dinding santri wati. Aku memang senang berada disini, selain tenang. Juga tak terlalu panas.

Aku terus memandangi Amplop yang baru saja teh gina kasih padaku. Ada hasrat ingin membukanya. Namun ku urungkan. Sebab teringat akan pesan yang di sampaikan.

Flashback off

"Mungkinkah surat itu?" inaya sontak mencari, keberadaan surat yang dia dapatkan sewaktu berada di pesantren.

Seperti apa yang di amanahkan Teh Gina dia tak berniat mengintip isi surat tersebut, bahkan dia mennyimpan rapi di sela-sela buku Novel kesukaannya.

Dia mulai memporak-porandakan laci yang ada di sebelah tempat tidurnya, didalamnya terdapat beberapa koleksi buku kesukaannya.

Dua jam berlalu dia tak juga menemukannya, peluh keringat memgucur di dahinya, hingga merembas ke jilbab yang dia kenakan.

"Ya Allah swt, kemanakah surat tersebut? Seingatku aku menaruhnya didalam novel, tapi aku lupa novel yang mana?" gerutunya.

"Kamu mencari apa?" Imelda melihatnya bingung.

"Surat yang Naufal kirim waktu aku masih pesantren hilang" katanya lesuh.

"Surat katamu? Oh surat yang kamu selipkan di novel ?" Imelda mulai mencari novel yang ada di tasnya, "sebentar in, kayaknya aku tau deh dimana, waktu itu aku membacanya".

"Benarkah? Alhamdulillah" Inaya sangat senang mendengarkannya, dia pikir surat itu benar-benar hilang.

"Ini dia, benarkan surat ini? Aku ingin membacanya, tapi aku tak enak hati, orang pemiliknya belum membacanya"

"Makasih ya mel"

Inaya dan Imelda mulai membuka surat itu hati-hati, memang terlihat sekali tak pernah dijamah, surat itu sudah berdebu. Warna yang dulunya cerah kini menjadi buram, bahkan tulisan yang ada di dalamnya pun hampir hilang tenggelam akan kertas yang dulunya putih sekarang berubah menjadi kekuningan, tapi tidak mengapa. Isinya akan tetap sama saja.

"ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.
UKHTY, BAGAIMANA KABAR MU? MAAF ATAS KELANCANGANKU MEMBUAT DAN MENGIRIMKAN SURAT INI KEPADA UKHTY.
MUNGKIN SAAT INI, KETIKA UKHTY MEMBUKA SURAT INI UKHTY MERASA BINGUNG ATAS JAWABAN APA YANG AKAN UKHTY KASIH KE AKU, UKHTY JUJUR AKU MENCINTAIMU KARNA ALLAH SWT. IJINKAN AKU MEMINANGMU:)"

Tes

Tes

Linangan air mata inayapun mulai mengalir deras, sekian lama menunggu bahkan diam dalam sejuta kerinduan, cinta yang dia dambakan kini hadir untuk meminangnya. Tak disangka olehnya, Naufal si anak datar bisa menjadi selembut dan seromantis ini kepadanya, karna izin Allah swt.

"Selamat In" Imelda hanyut dalam pelukan inaya, yang menangis tersedu, atas ketidak percayaan yang kini dia lihat.

"Alhamdulillah dengan menyebut nama Allah swt, aku..." Inaya melepas pelukan imelda, "akan menerima pinangan dari Naufal" akhirnya apa yang ingin dia ucapkanpun tercapai, imelda merasa bahagia atas kebahagian sahabatnya, dia tau bagaimana inaya menjaga hatinya yang selalu saja jatuh dalam perkara cinta yang rumit, agar hatinya tak ternoda akan cinta tersebut. Kini seseorang yang sangat inaya cintai melamarnya, bukankah suatu kebahagiaan sahabatnya pula ?

"Beneran?.. Cepat inaya!! Beri dia jawaban" desak imelda.

Inaya mulai mengetikan, sebuah jawaban yang sedari tadi di seberang sana ternyata Naufal dengan sabar menanti balasan dari Inaya.

Dia sangat takut, Inaya telah berpaling hatinya, hati yang selama ini dia taui bahwasanya, inaya mencintainya. Dia mengetahui bagaimana gadis itu menjaga hatinya, agar tak terlalu jatuh dalam hati Naufal.

"Yes!!! Alhamdulillah ya Allah swt, dengan menyebut Namamu ya Allah swt, aku mencintainya dan aku akan membahagiakannya" Ucapan Naufal setelah membaca balasan dari Inaya.

Keduanya larut dalam kebahagiaan.

*Assalamu'alaikum.. Hai hai.. Ketemu lagi .. Kangen nggak? Aduh.. Maaf ya kelamaan.. Alhamdulillah author dah lulus ye ye..

Oh ya.. Maaf ya terlalu lama, sesekali lagi author minta maaf... Janji deh.. Setiap hari minggu author bakal abded hehe..

Jangan bosan ya baca !!
Love you so much😘😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang