Tiga puluh lima

384 33 7
                                    

Sampai akhirnya dia berada di depan rumah Naufal, tapi dia tak kunjung keluar dari mobil. Dia masih memikirkan bagaimana dia harus mengatakan kebenaran kepada Naufal.

-------

Dari dalam rumah, Naufal melihat ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya. Dia langsung ke arah jendela untuk melihat siapa yang datang.

"Rasyid" pekiknya, ketika melihat mobil hitam parkir di depan rumahnya.

Naufal bingung kenapa pemilik mobil tersebut tidak juga keluar, maka dia memutuskan untuk keluar memastikan siapa pemilik mobil tersebut.

Naufal membuka pintu, lantas mendekati mobil tersebut. Dia sedikit membungkuk dan mengetuk kaca mobil tersebut.

Tug

Tug

Tug

Rasyid kelimpungan ketika mengetahui Naufal sudah berada di dekat mobilnya, dia membuka pintu mobilnya segera setelah ketukan yang ketiga membuyarkan lamunannya.

"Kamu ngapain syid?"

"Aku mau ngomong sesuatu fal"

"Ngomong apa? Dan ngapain kamu di dalam mobil, kenapa nggak langsung kerumahku"

"Bisa kita berbicara didalam?"

Naufal mengangguk atas pertanyaan rasyid, lalu mereka menuju ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.

"Oke, sekarang kamu bisa bicara."

"Maafkan aku," Rasyid terduduk lemas di lantai dengan tangan yang mengegam tangan Naufal, matanya tertuju pada lantai. Dia terus saja meminta maaf, "maafkan aku fal, maaf."

Naufal terperanjat dengan apa yang di lakukan rasyid, dia berusaha mendudukan kembali rasyid ke sofa. Dia merasa tidak enak dengan posisi Rasyid seperti menyembah.

"Kamu ini kenapa ? Kamu nggak ada salah. Kenapa harus minta maaf?"

Naufal menatap heran, di sedikit penasaran ketika melihat tangan rasyid yang mengepal dengan muka yang tertunduk.

"Bangkitlah!!! Kau kenapa??"

"Friska hamil" katanya lemah.

"kamu nggak bercanda kan??? Haha mana mungkin friska hamil. Kamu gila! Dia aja belum punya suami."

"Aku mengatakan apa yang sebenarnya, dia mengandung anakku"

Naufal terberanjat hingga berdiri, matanya tajam menatap rasyid kuat. Tangannya seakan siap membabi buta, namun dia urungkan, mengingat rasyid adalah sahabatnya.

"Kenapa?? Khilaf?? Kau lelaki bodoh!!! Kau tidak bisa menjaga nafsumu"

"Maaf fal maaf"

"Aku tidak butuh maafmu, bersyujudlah memohon ampunan Allah swt, Bertobatlah!"

Rasyid tetap diam dalam tundukan kepala, matanya mulai berair. Dia benar-benar menyesal atas apa yang dia lakukan, memang benar kata orang. Penyesalan, datang di akhir bukan di awal, begitulah yang di rasakan oleh rasyid.

"Ayo ikut aku!"

Rasyid menatap lekat punggung Naufal yang melenggang pergi meninggalkannya, langkahnya kaku. Dia diam dalam kehampaan.

Mengetahui itu Naufal berhenti, menatap sahabatnya dalam kejauhan. " Apa? Menyesal? Percuma!!! Ayo kesini, tobatlah syid tobat" serunya sebelum berbalik meninggalkan rasyid.

Hembusan terakhir, Rasyid bangkit dari posisinya, lantas berjalan mendekat ke arah Naufal.

"Wudhu syid, sholat dan minta Ampunan pada Allah swt."

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang