Dua Belas

494 43 0
                                    

Malam itu masih saja aku mengingatnya, aku sangat marah pada diriku sendiri, apa yang harus ku lakukan aku tak mengerti, lari ? Kemana aku harus lari sedang dia selalu ada di pikiranku, pikiran itu mulai muncul sedari aku bangun dari tidurku.

Pagi ini ketika aku hendak berkaca dan membenahi jilbabku, aku seakan melihat senyumnya ya aku rindu aku rindu melihat senyumnya.

Tes

Air mataku tak terbendung, deras mengalir dipipiku, aku mulai memejamkan mataku dan menarik nafas perlahan, tidak tidak aku nggak boleh seperti ini batinku.

Aku mulai mengusap air mataku, ku raih handponeku, mulai mengetik sebuah pesan.

Line

Inaya : kalo dah berangkat bilang otw oke

Vicky : oke, ini aku otw , kamu dah siap

Inaya : iya vick

Read.

Aku keluar dari kamarku, kebetulan aku dirumah sendiri, aku menunggu vicky di depan rumah tetanggaku, ya tepatnya di terasnya.

Kulihat dari jauh vicky sudah datang mengendarai motornya, aku tersenyum melihatnya, 'gila ni anak nggak ngaret ya, hebat'batinku, jujur saja baru kali ini aku di jemput cowok dan dia bisa menghargai waktu dengan datang tepat waktu.

"Cepet bener vick ?" tanyaku.

"Ya iya dong wkwk" dia terkekeh. aku menggelengkan kepalaku dengan tersenyum, kami langsung berangkat menuju rumah jihan, dia mengendarai sepeda motornya dengan pelan dan hati-hati, ya maklum aja dia bawa anak perawan orang hehe.

"Eh in, temen-temen yang lain dah sampai belum?" katanya samar, karena angin dan bunyi suara motor yang lalu lalang membuatku seakan bolot dan tidak dengan benar mendengar setiap kata yang dia lontarkan, butuh beberapa kali aku memahami kata-katanya hehe bukan berarti aku lemot.

"Emb iya" aku mulai mengetik pesan di grub line.

Line

Inaya : yuhuuuu dah pada nyampai belum

Sudah sekitar 15 menit yang lalu, setelah aku mengirim pesan itu tapi tak ada jawaban.

"Gimana?"

"Nggak ada jawaban"

Kami sudah hampir sampai di rumah jihan, namun fatal botohnya aku, aku lupa menutup tasku hingga semua barang di dalam tasku keluar.

Brakkk

"Tunggu-tunggu ada yang jatuh" aku memukul bahu vicky pelan.

Vicky menghentikan motornya, aku turun dan berlari memungut barangku "bodoh" umpatku.

Untung saja barangku tidak ada yang hilang, semua lengkap terlebih jatuhnya tepat didepan gang kecil.

Aku berlari menghampirinya,ku tahu pasti dia sedang menahan tawa akan kecerobohanku.

"Udah? Gimana sih ? Makanya nggak usah ceroboh!" katanya yang di lanjut dengan kekehan yang mengejek dan aku membencinya.

Kali ini aku kembali dibonjengnya dengan hati yang masih sedikit dongkol karna malu dengan kejadian konyol tadi.

Kami sampai tepat di rumah jihan, tapi apa ? mata kami seakan tak percaya melihat rumah jihan sepi dan lihat pintunya saja tertutup rapat, gila kemana mereka umpatku dalam hati.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang