Gue berjalan menuju lantai 2 bernomor 4, kata abang gue itu kamar gue. Tapi gue kaget ternyata gue sekamar sama Joana yang pengen gue bawa ke dokter THT.
"Kita sekamar?" Tanya gue sambil memandangi 4 nama yang tertera di depan dorm itu.
"Kayanya sih gitu." Jawab Joana.
Gue ga pake babibu, ga pake salam bahkan ga pake ketok gue main ngebuka pintu dorm gue.
"Hellooooo." Sapa gue ceria.
Didalam kamar udah ada 2 cewek yang satu berjas dokter yang satunya memakai kacamata sambil memeluk buku yang tulisannya angka semua.
"Suka ga designya? Gue nyewa designer ternama buat ngedekor kamar ini." Kata gue bangga.
"Ah elo yang nyewa orang buat ngobrak ngabrik dorm. Btw gue Iim penghuni lama kamar ini."
"Oh hello dears, nice to meet you." Kata gue sambil menepuk-nepuk pelan tangan Iim.
"Garagara lo ngebongkar kamar ini, rumus yang gue bikin buat nyaingin phytagoras sama logaritma lenyap." Kata Iim dengan suara datar namun seram.
"Ups sorry." Kata gue ga ngerada bersalah.
"Eh jangan takut ayo sini masuk." Sapa dokter ke Joana.
"Gue Inggit penghuni lama disini, mahasiswa baru?" Tanya Inggit ke Joana.
"Enggak gue ngambil master administrasi public disini, elo sendiri?" Tanya Joana balik.
"Gue koas, ini hari pertama gue, yang betah yah di dorm, btw besok malem ada penyambutan mahasiswa baru, kalo besok gue ga jaga malem kita sekamar pergi ke festival sekalian ajang mengakrabkan diri." Kata Inggit.
"Ah iya." Kata Joana dengan muka oonya.
Habis itu Inggit buru-buru ngambil stetoskopnya dan ngacir keluar, tapi sebelum dia nuup pintu dia teriak.
"Iim baek-baek lo sama penghuni baru, jangan begadang terus badan lo udah kaya lidi." Kata Inggit sambil nutup pintu dorm.
"Kurang dikasih makan apa?" Batin gue.
Gue akhirnya melihat sekeliling dorm ini yang udah di dekor sama designer dan ya okelah ga jelek-jelek amat.
"Semoga betah ya di dorm, gue Iim. Ini juga tahun pertama gue kuliah master matematika." Kata Iim ke Joana.
"Gue Joana, ini Zahra."
"Gue bocah sendiri nih?" Batin gue.
"Hai gue anak fashion designer semester 5, gue pindahan dari Paris." Kata gue.
"Loh kok pindah kesini? Paris kan kotanya designer dunia." Kata Iim heran.
"Gak ah, ga betah. Disana ada pusat perusahaan abang gue, yang ada gue diintilin. Males, makanya gue pindah kesini sekalian tinggal di dorm biar bebas." Kata gue panjang lebar.
"Kalo mau bebas kenapa ga beli rumah? Terus tinggal sendiri?" Tanya Joana
"Duh jangankan rumah, pulau gue beli." Batin gue.
"Lo tau ketakutan terbesar gue apa?" Tanya gue ke mereka dan mereka menggelengkan kepala mereka.
"Kesepian....." Jawab gue lirih sambil senyum terpaksa.
Dan mereka langsung menghela nafas panjang. Awas aja mereka ngomongin gue yang engga engga gue selepet duit.
Joana pun langsung bergegas ke kamar mandi, dan Iim kembali berkutat dengan buku matematikanya.
Gue mandang Iim terus dan langsung bingung.
"Apa enaknya sih rumus? Enakan juga duit." Batin gue.
Line! Line!
Bunyi hp gue yang membuat gue kembali merogoh hp gue didalem tas gue.
You have a new message (2)
Suho Kim:
DekSuho Kim:
Tell me how about your new friend?Zahra Kim:
Parah bangZahra Kim:
Mereka harus dijejelin duit satu koperZahra Kim:
Dan mereka harus gue dandanin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Suho: EXO✔
أدب الهواة[ENDING & BONCHAPT PRIVATE] Abang gue kaya, sombong, banyak gaya, posesif, tukang buang-buang duit tapi Rara sayang. #114 in Fanfiction 23.02.2017 #100 in Fanfiction 24.02.2017 #45 in Fanfiction 02.03.2017 #31 in Fanfiction 03.03.2017 #27 in Fanfict...