Siang itu setelah memutuskan pulang kerumahnya, Olivia mulai menangis sejadi-jadinya, bahkan dia mengunci diri dikamarnya.
"Oliviaaa, lo nyuruh gue kesini tapi lo malah dikamar, ngapain sih?" tanya Dimas sambik mengetuk pintu kamar Olivia.
Mendengar suara Dimas membuat Olivia panik, dia lupa kalau dia menyuruh Dimas kerumah.
"Aduh gimana nih, bego" ucap Olivia pelan, dengan cepat dia langsung memasuki kamar mandi.
"Bentar, gue lagi mandi" ucap Olivia sebelum memasuki kamar mandi. Suaranya sedikit serak namun diabaikan oleh Dimas.
"Bi, laper nih, bikinin makanan ya" ucap Dimas, daripada menunggu Olivia lebih baik dia makan, dan disinilah dia, menganggu pembantu rumah tangga Olivia.
"Mau makan apa den? Bibi tadi baru selesai belanja nih, jadi lagi banyak persediaan, sebut aja den mau makan apa" ucap Bi Lasti pembantu rumah tangga Olivia.
"Apa aja deh bi, yang penting enak" ucap Dimas.
"Oke deh den, tunggu ya. Oh iya den, tadi kayanya Non Oliv nangis deh, soalnya pas pulang tadi wajahnya kaya abis nangis, pas bibi nanya dia bilang gapapa, terus dia langsung masuk kamar" ucap bi Lasti membuat Dimas bingung.
"Masa iya bi? Dia kayanya tadi g... " ucapan Dimas terputus, iya sih tadi suaranya serak, pasti ada apa-apa nih, kok gue ga nyadar sih, ais bego.
Dengan cepat Dimas kembali kedepan kamar Olivia dan mengetuk pintu dengan keras dan cepat.
"Olivia, lo buka ga pintu nya!!!" ucap Dimas berteriak sedikit marah.
"Buka Liv" ucap Dimas lagi setelah tidak ada sahutan sama sekali.
"Oli..." ucapan Dimas terputus karena sedetik kemudian pintu kamar Olivia terbuka.
"Apasih Dim, ga bisa selow abis lo, kaya di hutan aja, mau jadi tarzan lo?" ucap Olivia jengkel.
"Lo kenapa? Tadi kata bibi lo nangis" ucap Dimas
"Siapa yang nangis bego? Gue aja tadi abis jalan-jalan ke mall sama Liana, gila aja abis jalan-jalan malah nangis" ucap Olivia menyangkal.
"Ga usah boong sama gue Liv" ucap Dimas mengeram kesal.
"Apasih Dim, gue ga nangis, kalo ga percaya tanya aja ke Liana gue daritadi pagi sampe balik tadi sama dia kok" ucap Olivia mencoba untuk sebisa mungkin membuat Dimas percaya, ya walapun Dimas sedikit bodoh tapi kalo soal ginian dia susah banget buat di boongin, jadi ya mungkin membutuhkan lebih banyak usaha untuk membuat dia percaya.
"Udah ah, gue laper, mending makan daripada buat lo percaya" ucap Olivia sambil berjalan kearah dapur dan meminta Bi Lasti untuk membuatkan mereka berdua makanan.
"Awas aja lo boong ya, gue bakalan cari tau, kalo lo ketauan boong liatin aja, apalagi kalo ini ada hubungannya sama Vano, gue bakal buat dia tau rasa" ucap Dimas.
"Terserah lo aja ya pak" ucap Olivia, sedikit kesal pada Dimas, kenapa dia tidak percaya saja sih, kan dia yang bakal ribet kalo ketauan, jangan sampe Vano diapa-apain sama Dimas, duh.
"Terus kalo emang ga ada apa-apa kenapa lo nyuruh gue kesini?" tanya Dimas bingung.
"Gue kesepian kalo malem, lo tau la papa sama mama bakalan gaada dirumah karena mereka lagi keluar kota, gue kesepian, ga mungkin kan gue ngajak main bibi" ucap Olivia.
"Yaudah entar jam 6 kita jalan-jalan aja, gue males dirumah" ucap Dimas.
"Oke" ucap Olivia cepat, lebih baik dia jalan-jalan daripada terus memikirkan lelaki itu, membuatnya akan terus menangis saja.
***
Sudah jam 11 malam dan Olivia tidak bisa tidur, sudah setengah jam yang lalu ia pulang dari jalan-jalan malamnya bersama Dimas, senang sih tapi setelah pulang Olivia mulai merasa kesepian lagi.Jam sudah hampir 15 menit dia terus berpikir dengan keras dan tidak bisa tidur, banyak pikiran dibenaknya dan terus berputar-putar.
"Apa gue harus putus dengan baik-baik sama dia ya? Tapi dia yang selingkuh, kenapa gue harus baik? Tapi gue kangen dia, seengaknya mau ketemu dia emang ga boleh ya, tapi kalo gur ketemu dia dan ketauan Dimas, AH! Dimas pasti akan mengamuk, tapi gue kangen, ah gatau deh, Dimas urusan terakhir lah" ucap Olivia panjang lebar, lebih tepatnya berkutat dengan diri sendiri.
Dengan cepat Olivia mengambil ponselnya dinakas dan mengetik sesuatu diponselnya.
To: Vano.
Van, bisa kita ketemu besok?Setelah mengetik lalu dikirimnya pesan tersebut, butuh waktu sekitar 40 menit untuknya menunggu Vano membalas pesannya.
Hampir saja ia tertidur, kalau bukan demi bertemu Vano dan besok bukan hari liburnya, sudah pasti dia sudah tidur dengan sangat nyenyaknya.
From: Vano.
Oke, ditempat biasa.Tulis Vano, singkat padat dan sangat jelas.
"Tsk! Segitu ga sukanya dia sama gue, pesan aja dia bales singkat banget, nyesel gue kangen sama dia" ucap Olivia kesal.
Setelah membaca pesan itu dengan cepat Olivia meletakkan kembali ponselnya dinakas.
Ya tidak apa lah, yang penting Vano masih mau bertemu dengannya, mungkin memang mantannya itu lebih baik dari pada dirinya, makanya Olivia diselingkuhi.
"Gue harus nyelesain semuanya dengan baik, setelah besok gue yakin semuanya bakal baik-baik aja, dan gue ga perlu berurusan dengan dia lagi, gue dan dia bisa jalanin hidup kita masing-masing, pasti bisa" ucap Olivia pelan.
Yakin lo bisa liv? Tanpa dia? Kok kedengerannya ga meyakinkan ya? - ucap Olivia dalam hati.
4 Maret 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Love
Teen FictionApa jadinya jika bukan laki-laki yang mengejar wanita melainkan sebaliknya? Dan lebih parahnya lagi si laki-laki tidak menyukai wanita ini. Apa yang akan terjadi dengan percintaan keduanya nanti? When i love him, but him can't love me back, my love...