*Kongpob

4.5K 370 17
                                    

Kongpob tak tahu apakah hubungannya dengan Art bisa disebut sebagai teman, karena sampai saat ini pun Art tak pernah membuka dirinya. Yang lebih aneh lagi, saat Kongpob ingin membuka diri padanya, Art tak mau tahu, dan bilang dia merasa nyaman seperti ini. 

Kongpob tak tahu apa yang terjadi dengan Art tiga bulan yang lalu sehingga dia berbuat seperti itu, dan dia juga tak mengerti mengapa dia tak menolak Art malam itu. Kongpob mulai ragu akan hatinya sendiri, mungkinkah ketertarikannya pada Art lebih dari teman semata?.

flashback

Kami bicara banyak hal selama makan malam, tapi sepertinya Art menghindari pertanyaan yang bersifat pribadi, makanya aku pun melakukan hal yang sama. Sikap Art membuatku semakin penasaran dengannya, dan ingin mengenal dirinya lebih jauh.

"Jadi, apa lagi rencanamu untuk date kita selain makan malam?" tanyanya setelah kami selesai makan.

"Apa kamu keberatan kalau kita tetap disini dan mengenal lebih jauh satu sama lain?" aku balik bertanya.

"Aku tidak keberatan kalau kita tetap disini, tapi maaf aku tak ingin kita saling mengenal lebih jauh" jawabnya dengan suara tegas.

"Kenapa?" tanyaku tak mengerti.

"Aku tahu kamu sebenarnya tak tertarik denganku ,dan aku tahu aku hanya ajang taruhan kamu dan teman-temanmu kan?" jawabnya.

Ternyata Art tahu aku berbohong, dan aku benar-benar merasa bersalah karenanya.Aku tahu inilah saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya, tapi sesaat aku hanya bisa terdiam sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal, karena aku bingung harus mulai dari mana.

Aku tahu inilah saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya, tapi sesaat aku hanya bisa terdiam sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal, karena aku bingung harus mulai dari mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf kalau aku sudah berbohong soal merasa tertarik padamu, tapi kamu salah paham soal sesuatu, kami tidak pernah menjadikanmu sebagai ajang taruhan. Kemarin adalah hari ulang tahunku, dan sudah tradisi kami untuk memberi tantangan kepada yang berulang tahun, dan mereka memberiku tantangan untuk nge date dengan kamu" ucapku perlahan.

"Baiklah, aku memaafkanmu, tapi lain kali tolong jangan melibatkan orang lain dalam tradisi kalian" ucapnya setelah terdiam cukup lama.

"Tapi aku benar-benar ingin mengenalmu lebih jauh, sebagai teman tentunya" ujarku.

"Aku tak mau" ucapnya dengan ketus.

"Ayolah Art kita berteman, katanya kau sudah memaafkanku. Please?!" ujarku sambil menatapnya penuh harap.

"Selama kita tak saling menyinggung hal-hal yang bersifat pribadi, kenapa tidak?!" ucapnya acuh tak acuh.

Sepertinya Art bukan orang yang mudah membuka dirinya pada orang lain, sehingga aku pun tak ingin memaksanya. Selain itu aku mengerti kalau saat ini Art belum bisa sepenuhnya percaya bahwa aku tulus ingin berteman dengannya.

"Oh ya, karena kita sekarang berteman, bolehkah aku tau no HP mu?" tanyaku.

"Aku akan memberikan no ku kalau kamu mau berjanji satu hal padaku" jawabnya.

"Apa?" tanyaku.

"Kamu tak boleh menghubungiku lebih dulu" jawabnya.

"Kenapa harus seperti itu?" tanyaku penasaran.

"Just take it or leave it" jawabnya tanpa memberi penjelasan.

"Baiklah bila itu maumu, aku berjanji tak akan menghubungimu lebih dulu" ujarku menyetujui keinginannya.  

Setelah saling bertukar no HP, Art memutuskan untuk mengakhiri acara date kami. Sebenarnya aku tak rela, tapi aku tak bisa memaksakan kehendakku dan membiarkannya pergi. Aku pikir Art akan langsung menghubungiku, tapi ternyata tidak, butuh waktu hampir 4 bulan sebelum akhirnya dia mengajakku untuk hangout bersamanya.


Ada yang punya usul siapa nama baby Kongpop ma Arthit?

Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang