Mohon maaf sebelumnya jika foreplay scene nya kurang memuaskan
Sudah setahun Art menghilang dari hidupnya, selama itu pula Kongpob terkurung dalam kerinduan. Kongpob mencoba berbagai cara untuk melupakan Art, tapi tak juga berhasil. Kalau saja dia tak ingat bahwa kini dia telah Mattayom 6 dan sebentar lagi akan ujian, mungkin dia akan terus berusaha untuk mencari Art.
flashback
Aku memandang takjub barang-barang yang kutemukan saat membereskan kamar Pick.Aku memang belum pernah punya kekasih, tapi bukan berarti aku tak tahu arti barang-barang di hadapanku. Sebenarnya aku enggan mencampuri urusan Pick, tapi rasa penasaranku mengalahkan keenggananku sehingga aku pun mengirim pesan singkat padanya.
K : Gue ga nyangka kalo lo udah sejauh itu ma cewe lo.
P : Maksud lo?
K : Lo udah tidur ma dia kan?
P : Tau dari mana?
K : Gue nemu ikat rambut sama lube waktu beresin kamar lo tadi.
Tapi gue ga nemuin kondom, lo ga pernah make?
P : Pake lah, cuma mungkin keabisan.
Thanks bro udah ngingetin, gue mo beli kondom dulu. Bye!
Aku hanya bisa menggelengkan kepala membaca pesan dari Pick. Aku bingung harus disimpan dimana penemuanku tadi, dan akhirnya kuputuskan untuk menyimpannya di bawah tempat tidur. Setelah yakin kalau semuanya sudah rapi, aku pun lalu mandi.
Baru saja selesai berpakaian, ku dengar ketukan di pintu. Saat kubuka, ternyata itu Art, dan aku pun langsung menyuruhnya masuk. Aku menarik kursi dan mempersilahkannya duduk, tapi Art hanya berdiri di dekat pintu. Dari tatapan dan gerak tubuhnya, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
Aku pikir dia mungkin merasa canggung, karena inilah pertama kalinya dia tahu hal yang lebih pribadi tentangku. Aku pun menghampirinya, berniat menanyakan apakah dia ingin ke tempat lain saja, sehingga dia bisa merasa lebih nyaman.
Belum sempat ku berbicara, tiba-tiba Art menciumku di bibir. Tidak dengan bernafsu memang, tapi tetap saja hal itu membuatku kaget, dan kulihat dia pun sama. Kami hanya saling bertatapan, tak ada satupun dari kami yang berbicara.
Entah mengapa bibir Art saat ini terlihat menggoda, mengundangku untuk merasakannya lagi. Aku menyerah pada hasratku, dan kali ini aku lah yang menciumnya lebih dulu. Aku memiringkan kepalaku dan mengecup bibirnya dengan lembut, dan pelan tapi pasti Art mulai membalas ciumanku sehingga bibir kami saling melumat satu sama lain.
Aku merasa tak puas hanya melumat bibir Art saja, makanya kusapukan lidahku di bibirnya. Perlahan Art mulai membuka mulutnya, memberi jalan bagi lidahku untuk memasukinya. Tanpa sadar tangan kami sudah berada di pinggang masing-masing, dan tidak butuh waktu lama bagi lidah kami yang awalnya saling mengecap menjadi saling melumat.
Ku lepaskan ciuman kami saat ku merasa hampir kehabisan napas. Ku coba mengatur napasku sambil mencari alasan mencium Art seperti tadi. Tapi saat kulihat rona merah di pipinya yang menjalar sampai ke dadanya, semua alasanku sirna, yang ada hanyalah keinginan untuk mencicipi leher jenjangnya.
"Ah... Ko..." desah Art saat ku cium lehernya, yang membuatku semakin menggila.
"Ah!" teriak Art saat ku hisap lehernya kuat-kuat, meninggalkan sebuah hickey yang cukup besar disana. Ku cium lagi bibirnya, lidahku kembali bergumul dengan lidahnya, karena rasanya lebih memabukkan daripada beer yang sering ku minum.
Tanganku mulai meraba-raba puting Art lewat celah v-neck yang dipakainya. Aku tak ingin melepas ciuman kami, tapi aku pun tak puas hanya meraba-raba dengan satu tangan, sehingga tanpa sadar aku telah merobek bajunya hingga kini dadanya terekspos dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apaan Sih?!
Romanceku belai lembut pipinya yang putih yang merona merah karena risih dengan ketusnya dia bertanya "Apaan sih?!" aku pun mengecup bibirnya penuh kasih "Aku Mencintaimu" jawabku dengan lirih #Homopobic silahkan menjauh#