UTS sudah selesai, dan itu berarti sebentar lagi aku bisa melihat Arun secara langsung, tidak lewat video call seperti yang selama ini aku lakukan. Tapi sebelum liburan, ada Thank You Party sebagai agenda terakhir acara hazing, dan aku telah di beri izin oleh P'Arthit untuk memberitahu sahabat-sahabatku tentang hubungan kami. Jadi disinilah aku, di apit oleh Em lalu Wad di sebelah kiriku, dan Tew lalu Oak di sebelah kananku.
"Jadi, apa yang mau lo bicarain ma kita semua?" tanya Em, sambil menatapku penuh rasa ingin tahu.
"Gue ma P'Arthit pacaran" jawabku to the point.
"Hah?"
"Lo lagi bercanda kan?"
"Sejak kapan?"
Oak, Em dan Tew bereaksi secara bersamaan. Ku lihat Wad juga terkejut, tapi dia tak mengatakan apa-apa.
"Gue ga lagi becanda, gue ma P'Arthit jadian waktu malam terakhir kita hazing di luar kota" jawabku.
"Gue tau kalian penasaran gimana gue ma P'Arthit bisa pacaran, jadi gue bakal nyeritain semuanya. Tapi kalian harus janji ga akan motong omongan gue dan ga akan nanya-nanya setelah gue cerita, kalian bisa?" tanyaku, yang di jawab dengan anggukkan kepala oleh mereka semua.
Em lah yang paling terkejut saat ku bercerita bagaimana aku dan P'Arthit pertama kenal, lalu berubah ketakutan karena sepertinya dia mulai ingat kalau dia juga ikut bagian dalam 'tantangan ulang tahun' itu, dan sekarang Em terlihat merasa bersalah saat ku cerita bahwa P'Arthit membenciku karena ada kesalahpahaman antara kami.
"Kenapa lo?" tanyaku pada Em yang masih terdiam di sampingku, padahal Tew, Wad dan Oak langsung pergi untuk memberikan hadiah pada code member mereka setelah mengucapkan selamat padaku.
"Apa P'Arthit tahu kalau gue ada disana waktu pertama kali kita ketemu?" tanyanya dengan wajah merana.
"Menurut lo?!" tanyaku balik, lalu pergi meninggalkannya untuk menemui P'Arthit.
Aku sebenarnya tak tega mempermainkannya, tapi ini balasan untuk Em yang selama ini selalu merepotkanku.
"P'Arthit, bisa kita pulang sekarang?" tanyaku saat aku sudah ada di hadapannya.
"Kenapa? Kamu ga enak badan?" tanya P'Arthit cemas.
"Aku mau menagih janjimu malam ini" bisikku seduktif di telinganya, dan telinganya langsung memerah karena ucapanku.
Sejak pulang dari rumah P'Arthit, beberapa kali aku meminta izin padanya untuk bertindak 'lebih jauh' dari ciuman, yang tentu saja di tolak olehnya. Tapi aku tak menyerah dan terus-menerus 'menggodanya', sehingga P'Arthit pun akhirnya menyerah dengan berjanji akan memberikan yang aku mau setelah UTS berakhir.
"Di kamarku saja yah!" kata P'Arthit sambil tertunduk malu.
"Baiklah" ujarku dengan semangat, karena aku senang ternyata P'Arthit juga menantikan malam ini, sama sepertiku.
**
Saat P'Arthit melirikku di sela-sela suapannya, aku sebenarnya ingin menghampirinya lalu duduk di sampingnya. Tapi aku tak melakukannya karena aku takut kalau aku tak akan bisa menahan diriku untuk memeluknya, mencium bibirnya, dan mengulangi yang semalam jika aku ada di dekatnya. Aku tak ingin P'Arthit semakin 'sakit', karena sekarang saja P'Arthit belum kuat untuk berdiri, makanya dia makan di atas tempat tidur.
"Aku sudah kenyang" kata P'Arthit, dan aku pun tak punya pilihan lain selain menghampirinya untuk mengambil mangkuk dan gelas plastik yang sudah kosong.
Aku membuang gelas ke tempat sampah, lalu mencuci mangkuk dan sendok. Setelah selesai, aku kembali duduk di kursi.
"Kemarilah" kata P'Artit sambil menepuk tempat di sampingnya.
Aku pun berdiri dan duduk di sampingnya, dan harus berusaha dua kali lipat lebih keras menahan hasratku saat P'Arthit menjatuhkan kepalanya di pundakku. Setelah yang menurutku sangat lama, ku dengar dengkuran halus keluar dari bibir P'Arthit. Ku tahan kepalanya dengan tanganku, lalu dengan hati-hati ku jauhkan tubuhnya dariku.
Aku membaringkannya di tempat tidur, lalu pulang ke asramaku, tapi tak lupa aku meninggalkan note terlebih dahulu, kalau-kalau P'Arthit bangun saat aku pergi. Setelah sampai di kamar, aku mengambil koper yang telah ku siapkan dari kemarin. Setelah yakin kalau semuanya sudah terkunci, aku pun kembali lagi ke asrama P'Arthit.
Ku lihat P'Arthit masih tertidur dengan lelap, sehingga aku pun membuang note yang tadi ku tulis. Aku menyimpan koperku di samping kopernya, lalu ikut berbaring bersamanya. Aku merasa lelah memikirkan berbagai kemungkinan reaksi keluargaku besok saat mengetahui bahwa kekasihku selama ini adalah laki-laki, sehingga aku pun memutuskan bergabung bersama P'Arthit ke alam mimpi.
Minta bantuannya untuk memilih salah satu dari pilihan di bawah ini untuk chapter selanjutnya
1. POV Arthit adalah tentang 'kegiatan' mereka semalam
2. POV Arthit tentang pertemuannya dengan orangtua Kongpob
KAMU SEDANG MEMBACA
Apaan Sih?!
Romanceku belai lembut pipinya yang putih yang merona merah karena risih dengan ketusnya dia bertanya "Apaan sih?!" aku pun mengecup bibirnya penuh kasih "Aku Mencintaimu" jawabku dengan lirih #Homopobic silahkan menjauh#