*Special (2)

3.7K 291 19
                                    

RATED MATURE


Arthit merasa kakinya lemas dan tak mampu menopang berat tubuhnya, karena itulah dia memilih untuk beristirahat sebentar dengan duduk di atas toilet dan membiarkan Kongpob mandi terlebih dahulu.

Kongpob mandi dengan cepat, setelah itu dia keluar dari kamar mandi, mengeringkan tubuhnya dengan handuk yang tadi dia jatuhkan, lalu menutupi bagian bawah dirinya dengan handuk itu. Kongpob berjalan ke arah tempat tidur, menyisihkan sebuah handuk, lalu membereskan pakaian yang ada disana ke dalam lemari.

Arthit melongokkan kepalanya di pintu berniat meminta Kongpob mengambilkan handuk untuknya, yang langsung dia batalkan karena Kongpob sudah ada di depan kamar mandi.

"Ini" kata Kongpob sambil mengulurkan handuk, yang langsung disambar oleh Arthit.

Arthit menutup pintu, mengeringkan tubuhnya, lalu melilitkan handuk di pinggangnya. Arthit membuka pintu, dan langsung terkejut karena Kongpob masih ada disana.

"Aku boleh menggendongmu ke tempat tidur?" tanya Kongpob, yang di jawab oleh Arthit dengan mengalungkan tangannya di leher Kongpob.

Kongpob mengangkat tubuh Arthit, dan Arthit pun langsung melingkarkan kakinya di pinggang Kongpob dan menaruh kepalanya di pundak Kongpob, sehingga membuat Kongpob leluasa berjalan ke tempat tidur.

"Berbaringlah" kata Kongpob setelah mendudukkan Arthit di tempat tidur. Arthit menggeser tubuhnya ke tengah, baru kemudian membaringakan tubuhnya.

Arthit otomatis menutup matanya saat Kongpob memberi kecupan-kecupan ringan di dahi, mata, hidung, pipi, mulut, dan dagunya. Suara desahan lolos dari bibir Arthit saat Kongpob menghisap leher, pundak, dada, perut, dan selangkangannya, meninggalkan jejak kemerahan di setiap tempat yang bibirnya singgahi.

Kongpob kini menggigiti bibir bawah Arthit sambil sesekali menyapukan lidahnya disana, dan Arthit pun melakukan hal yang sama pada bibir atas Kongpob. Kongpob menyesap lidah Arthit, memaksa Arthit untuk membuka mulutnya dan Kongpob pun langsung mengganti giginya dengan lidahnya,membuat lidah mereka saling bergelut beberapa saat dan baru berpisah saat mereka kehabisan napas. 

"P', bolehkah aku memasukkan ini ke mulutmu?" tanya Kongpob, sambil membibimbing tangan Arthit ke kemaluannya yang mulai menegang, membuat Arthit membuka matanya. 

Melihat mata Kongpob yang diliputi gairah membuat Arthit menganggukkan kepalanya, dan Arthit merasakan kemaluannya ikut menegang juga. Arthit mengangkat tubuhnya berniat untuk duduk, tapi Kongpob malah menahannya, dan mengisyaratkan dia untuk kembali berbaring.

Kongpob menyampingkan tubuh Arthit, lalu menyampingkan tubuhnya juga, tapi dengan posisi 69. Arthit menjilati kemaluan Kongpob dahulu, baru perlahan-lahan memasukkannya ke mulutnya. Kongpob meraih lube yang tadi dia letakkan di dekat kaki Arthit, lalu melumuri jarinya dengan itu.

Kongpob memasukkan kemaluan Arthit ke mulutnya, dan erangan tertahan terdengar dari Arthit saat Kongpob memasukkan satu jarinya ke hole Arthit. Arthit kemudian memperdalam hisapannya membuat Kongpob menggerakkan jarinya maju mundur secara cepat.

"Ah..." desah Arthit.

Kongpob menambah satu jari lagi, menggerakkannya dengan gerakkan menggunting, sambil mempercepat hisapannya di kemaluan Arthit. Tubuh Arthit terasa panas oleh gairah, sehingga dia tak sanggup berpikir jernih lagi, karena itu Arthit hanya terus mendesah sambil sesekali menjilati kemaluan Kongpob.

Kongpob menghentikan gerakan jarinya dan menjauhkan kemaluannya dari mulut Arthit, yang membuat Arthit merasa kehilangan karenanya. Kongpob merubah posisinya ke semula dulu, baru kemudian menjilat dan menggigit puting Arthit sambil memasukkan tiga jarinya.

"Kong... Sudah... Cukup..." kata Arthit terengah-engah, dan kemaluannya mulai mengeluarkan precum.

Kongpob mengeluarkan jarinya, lalu berlutut dan menaruh kaki Arthit yang ramping di pundaknya. Kemaluan Kongpob mulai mengeluarkan precum juga dan berdenyut tak sabar ingin merasakan hole Arthit yang terpampang sempurna di hadapannya.

Kongpob pun langsung membuka kondom dengan giginya, memakainya dengan cepat, lalu memberi lube dalam jumlah banyak. Kongpob menggerakkan kepala kemaluannya dengan memutar di ring hole Arthit untuk melumasinya, baru kemudian membiarkan kepala kemaluannya ditelan perlahan oleh tempat yang ketat dan panas itu.

"Ah!" Arthit menjerit kesakitan, sehinga tanpa sadar tangannya mencengkram sprei di bawahnya.

"Rileks..." bisik Kongpob di telinga Arthit, lalu menggigit kecil-kecil dan menjilatinya.

"Pelan-pelan..." kata Arthit.

Kongpob merasakan jari Arthit mencengkram erat punggungnya saat dia memasukkan kemaluannya lebih dalam. Bibir Kongpob menciumi bibir Arthit lagi, dan tangannya membelai puting Arthit, membuat Arthit kembali merasa melayang di awan.

"Urgh..." erang Arthit saat kemaluan Kongpob telah masuk seluruhnya.

"Bergeraklah" kata Arthit setelah merasa dirinya sudah siap.

Kongpob menggerakkan kemaluannya secara perlahan, sambil tangannya memompa kemaluan Arthit, lalu menambah kecepatannya saat dia merasa hole Arthit mulai terbiasa oleh ukurannya.

"Ah... Kong... Ah... Disana..." racau Arthit saat Kongpob menyentuh titik ternikmatnya, yang membuat Kongpob menambah intensitas gerakannya.

"Aku... Ingin... Keluar..." ujar Arthit.

"Jangan keluarkan dulu... Tahan sebentar lagi... Kita keluarkan sama-sama..." kata Kongpob sambil memegang kemaluan Arthit dengan tangannya yang membuat Arthit merasa tersiksa karena tak bisa mengeluarkan muatannya.

Arthit merasakan kemaluan Kongpob semakin membesar, dan hal itu membuat dia mulai bernapas dengan lega karena sebentar lagi penyiksaan ini berakhir. Setelah beberapa kali sodokan, Kongpob akhirnya melepaskan genggamannya, dan mereka mengeluarkan muatan mereka bersamaan. 

Arthit merasa tenaganya terkuras habis, sehingga dia langsung memejamkan matanya untuk beristirahat begitu Kongpob mengeluarkan kemaluannya dari hole Arthit. Kongpob melepaskan kondom, mengikatnya, lalu membuangnya ke tempat sampah, lalu memeluk Arthit yang tidur menyamping dari belakang. 

Dengan keadaan mereka berdua yang naked, tak butuh waktu lama bagi Kongpob untuk merasa bergairah kembali. Kongpob pun menjepitkan kemaluannya yang mulai menegang diantara paha Arthit dan menggerakkannya dengan maju-mundur disana. Arthit yang belum sepenuhmya terlelap sebenarnya ingin menghentikan Kongpob, tapi dia terlalu lelah sampai tak sanggup bicara 

Tangan Kongpob mulai menggerayangi tubuh Arthit lagi, dan bibirnya memberi gigitan-gigitan kecil di punggung Arthit. Dengan rangsangan yang terus-menerus seperti itu, membuat kesadaran dan hasrat Arthit mulai kembali, sehingga desahan keluar dari bibirnya. Kongpob seakan menjadi gila karenanya, sehingga dia langsung memasukkan kemaluannya di hole Arthit.

Arthit langsung sadar sepenuhnya, karena kemaluan Kongpob langsung mengenai titik ternikmatnya. Arthit pun hanya bisa terus mendesah saat Kongpob menggerakkan kemaluannya secara intens di hole nya, yang membuat Kongpob juga ikut mendesah kenikmatan karena kemaluannya seperti sedang di remas oleh hole Arthit. 

"Keluarkan... Di luar..." kata Arthit saat merasakan Kongpob sudah dekat dengan puncaknya, dan saat Kongpob menarik kemaluannya, Arthit pun langsung mengeluarkan muatannya.


Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang