*Special (1)

4.1K 290 26
                                    

WARNING... EXPLICIT CONTENT!!!


"Aku atau kamu yang mandi duluan?" tanya Kongpob begitu Arthit mengunci pintu asramanya.

"Aku saja" jawab Arthit, lalu berjalan dengan cepat ke kamar mandi, diiringi tawa Kongpob di belakangnya, 

Saat baru selesai membuka baju, Arthit baru ingat kalau handuknya masih ada di jemuran. Bukan Arthit tidak punya handuk yang lain, tapi karena kesibukannya belajar untuk UTS ditambah mengerjakan laporan kerja lapangan yang harus diselesaikan sebelum liburan, membuat Arthit baru sempat me-laundry pakaian dan handuknya kemarin dan dia simpan begitu saja di atas tempat tidurnya.

Tanpa pikir panjang, Arthit membuka pintu kamar mandi, dan betapa terkejutnya dia melihat Kongpob sudah ada di depan pintu sambil membawa handuk di tangannya. Tubuh Kongpob langsung terasa panas oleh gairah saat melihat Arthit yang shirtless seperti itu, hingga tanpa sadar dia menjatuhkan handuk di tangannya, lalu melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi dan langsung mendorong tubuh Arthit sampai menempel di dinding.

Arthit yang terlalu terkejut hanya diam saat Kongpob menciumi bibirnya dengan lapar, dan baru menyadari apa yang terjadi saat dia merasa kehabisan napas, sehingga dia mencoba untuk melepaskan bibir Kongpob dari bibirnya dengan memukul-mukulkan tangannya ke dada Kongpob. Arthit langsung menghirup udara dengan rakus begitu Kongpob mengakhiri ciumannya, dan menatap kesal pada Kongpob yang sedang terengah-engah.

"Maaf P'Arthit, aku tak bisa menahan hasratku" ucap Kongpob saat napasnya mulai kembali normal, sambil menatap Arthit penuh rasa bersalah.

Arthit sebenarnya kesal pada Kongpob bukan karena dia dicium tiba-tiba, tapi karena Kongpob mendorongnya agak keras, sehingga membuat punggungnya terasa sakit. Arthit tak ingin membuat Kongpob semakin merasa bersalah, sehingga dia hanya mencium bibir Kongpob dengan lembut, sebagai tanda bahwa dia juga merasakan hal yang sama dan membuat senyum mengembang langsung terukir di wajah Kongpob.

"Bagaimana kalau kita mandi bersama?" tanya Arthit, yang di jawab oleh Kongpob dengan langsung membuka baju, celana, dan celana dalamnya dengan cepat, lalu melemparkannya ke keranjang cucian, dan Arthit pun tak kalah cepat membuka sisa pakaian yang melekat di tubuhnya.

Kongpob menatap Arthit dengan pandangan memuja, dan melingkarkan tangannya di pinggang Arthit, sedangkan Arthit melingkarkan tangannya di leher Kongpob. Arthit otomatis menutup matanya saat melihat wajah Kongpob mulai mendekatinya, lalu menikmati lembutnya bibir Kongpob yang mencium bibirnya dengan perlahan. 

Kongpob menggigit bibir Arthit yang atas dan bawah bergantian, sambil menyapukan lidahnya disana. Arthit membuka mulutnya, memberi akses bagi lidah Kongpob untuk menari melewati giginya, yang lalu meluncur lebih dalam ke dalam mulutnya. Kongpob menghisap keras ujung lidah Arthit, membuat Arthit mengeluarkan erangan yang tidak jelas. 

Arthit menekan kepala Kongpob lebih dekat dengannya, dengan keinginan untuk mengendalikan ciuman mereka. Tapi Kongpob tak membiarkannya, karena kini Kongpob mengaitkan lidahnya dengan lidah Arthit, memaksa Arthit untuk mengikuti ritmenya. Arthit membalas gairah Kongpob dengan menelusuri sepanjang garis punggung Kongpob dengan kedua tangannya, berhenti di pinggangnya, lalu bermain-main disana.

Saat Kongpob menghentikan ciumannya, dia lihat rona merah di pipi Arthit sudah menjalar ke telinga dan lehernya. Arthit terengah-engah menghirup udara yang seakan lepas dari bibirnya, dan setelah sekian lama, akhirnyadia membuka matanya. Kongpob seolah menunggunya kembali ke kenyataan, karena kini Kongpob tengah menatapnya dengan intens.

Arthit merasa tubuhnya memanas, membuatnya lemah dan tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri, sehingga tanpa sadar dia menelusuri sepanjang bibirnya secara perlahan dari sudut ke sudutdengan lidahnya. Melihat Arthit yang menjilat bibirnya dengan sensual seperti itu, erangan tertahan keluar dari tenggorokan Kongpob.

Lidah Kongpob menjilat bibir Arthit sesaat, menelusuri sepanjang dagunya, lalu berhenti saat mencapai jakunnya, karena lidah Kongpob digantikan oleh mulutnya untuk menghisap leher Arthit kuat-kuat dan meninggalkan jejak merah disana. Kongpob kini menjilat, menghisap, dan menggigit puting susu Arthit secara bergantian, dan Arthit hanya bisa mengerang kenikmatan dengan kedua tangannya mencengkram erat kepala Kongpob. 

Kongpob menciumi bibir Arthit lagi, dan kali ini lidah mereka langsung bergelut satu dengan yang lainnya. Kongpob menyatukan kemaluannya dengan kemaluan Arthit yang sudah mengeras dari tadi dengan tangannya, lalu menggerakkan tangannya naik turun di kemaluan mereka sambil sesekali menyentuh ujung kemaluan Arthit dengan jarinya, dan hal itu membuat Arthit mencapai klimaksnya beberapa saat kemudian.

Kongpob melepaskan pegangannya dari kemaluan mereka, menyambar tangan Arthit, lalu mengarahkannya ke kemaluannya sendiri. Arthit yang mengerti kalau Kongpob ingin dipuaskan oleh tangannya, langsung menggerakkan tangannya di kemaluan Kongpob, dan menambahkan lebih banyak kekuatan di tangannya saat dibutuhkan, yang membuat napas Kongpob kembali menjadi terengah-engah.

Kongpob mulai meremas-remas bokong Arthit, dan hal itu membuat Arthit jadi merintih dan bernapas secara tak teratur juga. Arthit semakin mempercepat gerakan tangannya saat merasakan kemaluan Kongpob yang semakin membesar dan mulai mengeluarkan cairan precum, dan setelah beberapa kali usapan, akhirnya Kongpob mengeluarkan muatannya di tangan Arthit dan Arthit pun klimaks untuk yang kedua kali.

Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang