*Arthit

3.3K 339 27
                                    

Sesuai tradisi, acara hazing terakhir dilakukan di luar kampus, yaitu di sebuah seaside resort. Semua kegiatan terlaksana dengan baik, tanpa kendala apapun, sehingga aku sebagai head hazer bisa bernafas lega sekarang.

Saat ini aku sedang duduk sendirian di pinggir pantai, menunggu dengan perasaan harap-harap cemas Kongpob akan datang. Mengumpulkan semua keberanian yang ada padaku, tadi aku meminta tolong pada salah seorang junior untuk menyampaikan pesan pada Kongpob bahwa aku ingin bicara dengannya disini.

Sejak pembicaraan kami waktu di backstage freshy night lalu, sikap Kongpob memang banyak berubah padaku. Selain selalu menyapaku duluan setiap kali kami berpapasan, dia juga selalu tersenyum setiap kali mata kami tak sengaja saling bertatapan.

Bukannya aku tak berusaha untuk bicara dengannya, tapi entah mengapa selalu ada orang di sekitar kami, sehingga tak mungkin bagiku untuk berbicara padanya. Makanya kali ini aku sengaja memisahkan diri dengan P'Dear dan teman-temanku, sehingga aku bisa bicara berdua dengan Kongpob dan membicarakan masalah kami.

"P'Arthit" sapa seseorang membuyarkan lamunanku.

Aku pun membalikkan badan, dan ku lihat Kongpob sedang memberi wai sambil tersenyum padaku. Ku balas wai nya, dan dengan sudut mataku memberi isyarat padanya untuk duduk.

"Maaf menunggu lama" katanya setelah duduk di sebelahku.

"Uhm... Kongpob, apa kabar?" tanyaku yang membuatku ingin memukul diriku sendiri karena aku merasa bodoh menanyakan itu.

Aku sudah menyiapkan dan menghapal apa yang harus ku ucapkan, tapi pikiranku tiba-tiba kosong hanya karena dia berada di dekatku.

"Kalau maksud P' kabarku saat ini, maka jawabannya adalah baik. Tapi kalau maksud P' kabarku setelah P' menghilang, maka jawabannya aku tidak baik-baik saja" ucapnya sambil memandang wajahku.

Aku sedikit terkejut karena dia tidak lagi memakai kata 'saya', tapi kata 'aku' seperti dulu. Aku tak mempermasalahkannya, karena saat ini ada masalah yang lebih besar yang harus diselesaikan.

"Aku minta maaf karena dulu menghilang begitu saja" ucapku sambil menundukkan kepalaku.

"Kalau boleh tau, apa alasannya P'?" tanyanya.

"Karena aku jatuh cinta padamu" jawabku.

"Kenapa P' harus menghilang hanya karena jatuh cinta padaku?" tanyanya lagi.

Aku diam dulu sejenak, mengenang kembali kejadian malam itu.

"Malam sebelumnya, aku melihatmu dengan seorang wanita di sebuah cafe, dan entah mengapa hal itu membuatku tak nyaman. Makanya aku memintamu bertemu secara private, karena aku ingin memastikan perasaanku padamu" jawabku sambil menoleh ke arahnya.

 Makanya aku memintamu bertemu secara private, karena aku ingin memastikan perasaanku padamu" jawabku sambil menoleh ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung menatapnya tajam saat ku lihat dia membuka mulutnya hendak berbicara, yang membuatnya menutup mulutnya lagi. Aku harap dia mengerti bahwa aku hanya ingin dia mendengarkanku dahulu, dan kalaupun ada yang ingin dijelaskannya, dia bisa melakukannya nanti. 

Aku alihkan lagi pandanganku, dan melanjutkan bicara.

"Aku merasa bahagia saat kamu mengundangku ke tempatmu, dan dadaku berdebar lebih kencang saat ku sadari bahwa hanya ada aku dan kamu disana, sehingga tanpa sadar aku menciummu di bibir. Aku tak mengerti dengan perbuatanmu padaku setelah aku menciummu, tapi aku terlalu bahagia untuk mempertanyakannya, karena ku pikir kau mungkin juga merasakan hal yang sama".

Aku berhenti sejenak, dan menghela napas panjang.

"Tapi ternyata semuanya hanya khayalanku saja, karena aku melihat ada ikat rambut wanita di bawah tempat tidurmu saat aku selesai memakai perban untuk menutupi tanda merah di leherku. Aku hancur saat menyadari bahwa aku tak menolakmu karena aku sudah jatuh cinta denganmu, sedangkan kau berhubungan badan denganku karena terbawa suasana saja"

Aku baru menyadari bahwa aku mengeluarkan air mata saat kurasakan tangannya menyentuh pipiku untuk menghapus air mataku.

"Aku takut kau akan berkata bahwa semuanya memang kesalahan saat kita bertemu lagi, makanya aku berusaha untuk melupakanmu dengan berpura-pura kau tak pernah hadir dalam hidupku. Tapi ternyata itu tak mudah, karena cinta yang aku rasakan padamu malah semakin bertambah" ucapku dengan tersedu.

Sebenarnya masih banyak yang ingin ku utarakan dan masih ada hal yang belum jelas di antara kami, karena aku memang belum mendengar penjelasannya. Tapi semuanya seakan tak penting lagi saat ku rasakan dia memeluk tubuhku dengan erat, sehingga aku bisa menangis dengan puas di dadanya.

Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang