Em mengajakku untuk ikut kompetisi bola basket di acara Freshy Day nanti, dan saat aku melihat wajah memelas Em, aku tak tega untuk menolaknya. Tapi karena aku juga ikut berkompetisi untuk menjadi moon kampus, aku pun menawarkan diri untuk hanya menjadi cadangan saja.
Saat test penentuan pemain inti kemarin, aku baru sadar kalau sepatu olahragaku sudah tak nyaman untuk di pakai, makanya hari ini aku pergi ke mall untuk membeli yang baru. Saat di perjalanan pulang ke asrama, perutku terasa lapar, sehingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti di depan sebuah cafe dan mengisi perutku disana.
Aku meminta tempat duduk yang bisa untuk merokok, dan aku pun di antar ke arah belakang cafe itu. Aku berniat pergi dan sedang berjalan menuju kasir untuk membayar makanan, saat ku dengar suara seseorang yang sangat familiar menyebut namaku. Aku mengintip dari balik tanaman untuk memastikannya, dan benar saja itu suara P'Arthit yang barusan aku dengar.
Aku menajamkan telingaku, dan aku sampai harus mencubit diriku sendiri karena tak percaya dengan apa yang ku dengar. Saat ku rasakan tanganku sakit, barulah aku yakin kalau semua ini bukan mimpi. Ingin rasanya aku berteriak, dan mengumumkan pada semua orang bahwa P'Arthit ternyata mencintaiku.
Selama perjalanan pulang, aku memikirkan cara yang tepat untuk memberitahu P'Arthit bahwa dia tidak bertepuk sebelah tangan, dan akhirnya aku memutuskan untuk mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Begitu aku sampai di kamar, aku segera mengirim pesan singkat ke Prae kalau sebaiknya kami bernyanyi untuk ajang kebolehan di acara Freshy Night nanti.
Acara Freshy Day sudah hampir berakhir, dan aku tak pernah melihat P'Arthit sekali pun. Aku cemas kalau P'Arthit berubah pikiran, dan menuruti saran temannya untuk menyerah. Tapi ternyata kecemasanku tidak beralasan, karena selain datang ke gym saat pertandingan final bola basket tadi, P'Arthit juga datang ke acara Freshy Night.
Akhirnya giliran kami untuk ajang kebolehan datang juga. Aku dan Prae pun menyanyikan tiga lagu yang kami persiapkan. Aku memberi penjelasan kenapa kami memilih tiga lagu tersebut, dan ku harap P'Arthit tahu kalau lagu yang terakhir adalah untuknya.
Sepertinya harapanku terkabul, karena setelah acara berakhir, ku lihat P'Arthit ada di backstage. Sepertinya P'Arthit ragu untuk menemuiku, makanya sedari tadi dia hanya melihatku dari jauh. Saat ku lihat P'Arthit pergi, aku pun segera mengejarnya.
"P'Arthit" Aku memanggilnya dengan sedikit nyaring saat jarak kami sudah agak dekat.
P'Arthit berhenti, tapi tak juga membalikkan badannya. Aku tahu saat ini P'Arthit pasti merasa terkejut dan bertanya-tanya alasanku untuk mengejarnya. Setelah lumayan lama, akhirnya P'Arthit membalikkan badannya juga.
"Ada apa?" tanyanya dengan ketus.
Beberapa hari yang lalu aku merasa sebal setiap kali melihat wajah galaknya, tapi kali ini wajah galaknya itu terlihat cute di mataku.
"P'Arthit suka dengan lagu yang saya nyanyikan tadi?" tanyaku sambil tersenyum.
Ku lihat P'Arthit terkejut, karena sejak kami bertemu kembali, inilah pertama kalinya aku tersenyum kepadanya. P'Arthit terdiam cukup lama, sepertinya dia sedang berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Lagu yang mana?" tanyanya dengan datar.
"Lagu yang terakhir, yang saya nyanyikan sendiri" jawabku, masih dengan senyuman di wajahku.
"Tidak terlalu buruk. Memangnya kenapa?" P'Arthit sepertinya mulai penasaran dengan arah pembicaraanku.
"Lagu itu saya pilih khusus buat P'Arthit" kataku to the point.
"Apa maksudmu?" tanyanya kebingungan.
Aku belum sempat menjawab, saat obrolan kami terganggu dengan datangnya 2 orang wartawan kampus. Mereka ingin mewawancaraiku karena selain aku berhasil menyandang predikat terpopuler, aku juga berhasil menjadi moon kampus tahun ini, yang memang tak pernah terjadi sebelumnya.
Aku ingin meminta P'Arthit menunggu sebentar, tapi ternyata dia sudah pergi saat aku berbicara dengan wartawa kampus tadi. Aku merasa sedikit kecewa, tapi aku yakin P'Arthit akan mengerti maksud perkataanku. Kalau pun tidak, masih banyak hari yang lain, karena aku akan terus meyakinkannya bahwa aku juga merasakan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apaan Sih?!
Romanceku belai lembut pipinya yang putih yang merona merah karena risih dengan ketusnya dia bertanya "Apaan sih?!" aku pun mengecup bibirnya penuh kasih "Aku Mencintaimu" jawabku dengan lirih #Homopobic silahkan menjauh#