*Kongpob

3.8K 323 17
                                    

WARNING!!! EXPLICIT CONTENT  


Hari ini Kongpob akan melakukan interview di universitas pilihannya, tapi dia merasa tidak bersemangat sama sekali karena bukan di jurusan yang diinginkannya. Kongpob sebenarnya ingin masuk jurusan ekonomi, tapi ibunya memaksanya masuk jurusan engineering. Hanya satu hal yang sedikit menghiburnya, sahabatnya Em juga masuk jurusan yang sama.

Setelah selesai interview, Kongpob memilih untuk melihat-lihat kampus terlebih dahulu, sedangkan Em memilih untuk pulang. Saat Kongpob sedang menuju taman kampus, matanya tak sengaja melihat satu sosok yang selama ini dirindukannya.

 Saat Kongpob sedang menuju taman kampus, matanya tak sengaja melihat satu sosok yang selama ini dirindukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya saat melihat Art. Kongpob senang karena akhirnya dia bisa menemukan Art, tapi dia juga sakit hati karena sepertinya kejadian malam itu memang tak berarti apa-apa untuk Art, terbukti saat ini Art terlihat sedang memeluk mesra seorang pria sambil memperlihatkan sesuatu di handphone nya.

flashback

Tanganku kini berada di punggung Art, sedang tangannya masih setia di pinggangku. Bibirku mulai menciumi wajahnya, lalu turun ke lehernya, dan berakhir di pundaknya. Sambil mencium bibirnya lagi, perlahan kulangkahkan kakiku menuju tempat tidur. Walaupun kurasakan Art terhuyung-huyung mengikuti langkahku, tapi aku tetap tak melepas ciuman kami.

Saat kurasakan kakiku menyentuh pinggir tempat tidur, barulah aku melepaskan ciuman kami. Tanpa sadar tanganku mendorong Art ke atas tidur, karena aku sudah tak sabar ingin mencicipi putingnya. Ku jilat, kuhisap, kugigit putingnya satu persatu, dan kurasakan tangannya mencengkeram erat rambutku.

Tubuhku benar-benar terasa panas, sehingga kuputuskan untuk membuka kaosku. Dengan sedikit gemetar tangan Art mulai meraba-raba tubuhku, sehingga kemaluanku pun menegang karenanya. Kuhentikan tangannya dan berdiri untuk melepaskan celanaku, dan kulihat Art pun melepaskan celananya. 

Kini tubuh kami berdua sudah tak tertutup sehelai benang pun, dan ku lihat kemaluan Art pun juga menegang. Ku posisikan tubuhku diatasnya, satu tanganku menyentuh kemaluannya, sedang tanganku yang lain membimbing tangannya untuk menyentuh kemaluanku. Aku mulai memaju mundurkan tanganku di kemaluan Art, dan dia pun melakukan hal yang sama.

Awalnya kami melakukan secara perlahan, tapi gerakan tangan kami semakin bertambah, sehingga tak lama kemudian aku merasakan tanganku dibanjiri oleh sperma Art. Setelah membersihkan tanganku dengan sprei, aku pun membantu Art untuk terus menggerakkan tangannya di kemaluanku hingga akhirnya aku pun mengeluarkan spermaku. 

"Aku ingin menyetubuhimu, bolehkah?" bisikku ditelinganya.

Art hanya menggangguk, karena sepertinya dia pun masih bernafsu, sama sepertiku. Aku pun turun dari ranjang, dan mengambil lube dari bawah tempat tidur. 

"Buka kakimu lebar-lebar" perintahku pada Art, yang segera dituruti olehnya.

Ku oleskan lube di lubang pantat Art, lalu memijatnya perlahan. Ku lihat kemaluan Art mulai menegang lagi.

"Rileks" ucapku, ketika melihat Art meringis saat kumasukan satu jariku di lubangnya. 

Kutambahkan lagi satu jari saat ku rasakan Art mulai tenang, ku gerakkan tanganku seakan tengah menggunting. Tiga jariku kini sudah di lubangnya, dan kemaluanku terasa benar-benar sakit karena sudah menegang dengan sempurna.

"Aku masukkan sekarang" ucapku, dan tanpa menunggu jawabannya ku oleskan lube secara merata di kemaluanku.

"Angkat sedikit pinggulmu" ucapku, dan saat melihat lubangnya yang berdenyut aku pun langsung memasukkan kemaluanku kedalamnya.

"Ah!" teriak Art kesakitan, padahal kemaluanku baru masuk sedikit. Aku pun kembali mengelus kemaluannya dengan satu tangan, dan memainkan putingya dengan tangan yang lain, supaya pikirannya teralihkan. 

"Masukkan saja langsung semuanya Ko" ucap Art dengan terengah-engah.

Aku tak ingin menyakiti Art, tapi aku sendiri tak tahan merasakan sakit di kemaluanku, hingga tanpa pikir panjang kutancapkan seluruh kemaluanku di lubangnya. Aku berhenti sejenak dan mengatur napasku, dan ku lihat Art sedang menggigit bibirnya menahan sakit.

Ku usapkan lidahku di bibir Art, sehingga dia mulai melepas gigitannya. Ku cium bibirnya dengan lembut, dan saat Art mulai membalas ciumanku, aku pun bergerak dengan perlahan. Kini bibirku menciumi lehernya, lalu turun ke dadanya dan meninggalkan hickeys disana. Desahan Art seakan menyemangatiku untuk menambah intensitas gerakanku.

Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang