*Kongpob

5.8K 306 26
                                    

Warning! Explicit content, skip it if you want...  


"Kenapa kamu marah?" tanya P'Arthit dengan suara pelan, begitu kami sampai di apartment.

"Kata siapa aku marah?" tanyaku dengan lembut, karena kekecewaanku langsung hilang begitu melihat wajah sedihnya.

"Kalau kamu memang tak marah padaku, kenapa kamu bersikap indifferent semenjak kita meninggalkan restoran?" tanyanya menuntut.

"Bagaimana kalau kita duduk dulu, baru kita bicara?" tawarku, dan P'Arthit pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Tadi sebelum naik mobil, Mae memberitahuku tentang apa yang kalian bicarakan, dan jujur saja aku merasa sedikit kecewa karena P' tidak bicara langsung padaku" kataku begitu kami duduk di sofa.

"Maaf!!!" ujarnya sambil menunduk.

"Apakah P' tidak percaya padaku bahwa aku tak akan memaksa P', kalau P' memang tidak menginginkan melakukan hubungan seks malam ini?" tanyaku.

"Bukan begitu..." sanggahnya.

"Aku percaya padamu, tapi aku tak percaya pada diriku sendiri" tambahnya dengan wajah yang mulai memerah.

"Maksud P'?" tanyaku sambil memandangnya tak mengerti.

"Semenjak kita tinggal bersama, karena ada Arun dan juga karena aku harus bekerja, kita hanya bisa melakukan hubungan seks di akhir minggu. Jadi, saat aku memikirkan bahwa kita akan melakukannya di hari kerja, membuatku takut tapi juga excited, membuatku tak percaya diri bahwa aku mampu menolakmu kalau seandainya kamu memintaku untuk melayanimu malam ini" P'Arthit menjelaskan.

Aku tak bisa untuk tak tersenyum mendengarnya, apalagi ku lihat warna merah di wajahnya telah menjalar ke telinga dan lehernya. 

"Sebenarnya, dekat dengan P' saja mampu membuatku turned on, apalagi melakukan skinship seperti ini. Jadi, bolehkah aku melakukannya?" tanyaku dengan seduktif sambil menggenggam tangannya.

Aku langsung berdiri saat ku lihat P'Arthit menganggukkan kepalanya, dan kemudian berjalan menuju kamar tidur sambil menggendongnya ala bridal.

————    

Aku naik ke tempat tidur sambil tetap menggendongnya, lalu merebahkan badannya disana. Kurasakan tubuhku sudah panas oleh gairah, membuatku tak ingin bermain-main seperti biasanya. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama, karena dalam waktu singkat tubuh kami berdua sama-sama tak tertutupi sehelai benang pun. Ku ambil lube dan kondom dari laci tempat tidur kami, lalu menyimpannya di tempat yang mudah ku jangkau. 

Aku memposisikan diriku di atasnya, kemudian langsung menyerang bibir bawahnya, dan dia merespon dengan menjilati bibir atasku dengan lidahnya. Aku pun mengeluarkan lidahku juga, dan tak butuh waktu lama bagi lidah kami untuk saling mendorong dan akhirnya saling terjerat. Perlahan ku gerakkan tanganku ke bawah, lalu membelai putingnya beberapa kali dengan ujung jariku. 

"Nngghhh.. Ah...." erangnya saat ku gantikan jariku di putingnya dengan mulutku, dan erangannya semakin keras saat aku menjilat dan menghisap putingnya sampai menjadi merah dan bengkak.

Tangan kananku meraih lube, membukanya lalu mengoleskannya di jari-jari tangan kiriku. Tangan kananku kinimencengkeram penisnya yang sudah bengkak dan basah sejak tadi, lalu ku gerakkan naik turun disana. 

Tangan kiriku bergerak ke arah pantatnya yang bulat, dan satu jariku kumasukkan ke dalam lubang di bagian bawahnya, membuat dia langsung terkesiap. Melihat mulutnya yang terbuka, aku pun langsung memasukkan lidahku kedalamnya, dan lidah kami pun kembali bergulat.  

Bibirku kini berpindah ke lehernya, memberi kecupan-kecupan kecil disana. Suara erangan tak terkendali keluar dari mulutnya saat aku menghisap lehernya, sambil menambahkan satu jariku ke lubangnya.

Sepertinya dia sudah akan mengeluarkan muatannya, karena saat ini kurasakan tubuhnya bergetar dengan hebat, sedangkan tangannya mencengkeram punggungku dengan erat, membuatku menggerakkan tanganku di penisnya lebih cepat, dan tak lama kemudian kurasakan tanganku di semprot oleh cairan basah yang panas.

Napasnya masih terengah-engah saat aku kembali menambahkan satu jariku lagi sambil mulai menciumi wajahnya, telinganya, lehernya, dan kemudian putingnya. Setelah merasa dia sudah siap, aku menyudahi ciumanku dan mengeluarkan jari-jariku dari lubangnya secara bersamaan. 

Setelah melumuri penisku dan lubangnya dengan lube, aku meletakkan kedua kakinya di atas bahuku, lalu memposisikan diriku sehingga tubuh kami saling menempel satu sama lain, kemudian langsung memasukkan penisku ke dalam dirinya sekaligus. Erangan kesakitan keluar dari mulutnya, sedang tangannya memegangi tanganku erat-erat, sampai-sampai kuku jarinya tampak seperti tenggelam ke dalam dagingku. 

Aku sedikit merasa bersalah, karena walaupun kami sudah melakukan hubungan seks berulang kali dan aku selalu mempersiapkannya dengan benar, tetapi inilah pertama kalinya aku langsung mendorong penisku kedalam lubangnya.

Aku berniat menunggunya sampai rasa sakit yang dia rasakan berkurang, tapi daya tahanku sudah mencapai batasnya, terbukti dari dahiku yang basah kuyup dengan lapisan keringat tipis. Jadi aku pun berusaha mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit yang dia rasakan dengan kembali menggerakkan tanganku di penisnya, sambil mulai bergerak pelan.

Sepertinya dia sudah tak merasa sakit lagi, karena ku dengar suara desahan mulai keluar dari mulutnya. Aku pun mempercepat gerakanku, dan tak berhenti saat dia mencapai klimaks. Gerakanku malah semakin intens, dan sesaat kemudian aku pun mengeluarkan muatanku di dalam lubangnya sambil memeluknya erat-erat, menopang tubuhnya yang masih gemetar, membuat tubuh kami yang basah kuyup oleh keringat saling menempel.   

  ————      

"Kong, cepat keluarkan penismu" kata P'Arthit dengan panik.

"Aku masih ingin memelukmu" kataku.

"Tapi kamu lupa memakai pengaman" katanyasambil berusaha mendorong tubuhku untuk menjauhinya.

"Maaf P'... Aku memang sengaja tak memakainya..." ujarku.

"Kenapa?" tanya P'Arthit sambil memandangku tak mengerti.

"Karena aku berniat membuat P' hamil lagi, sehingga aku punya alasan untuk cepat-cepat menikah denganmu" jawabku, membuat P'Arthit langsung meninju tanganku.

Sepertinya P'Arthit ingin memukulku lagi, karena ku lihat tangannya mulai terangkat. Aku pun langsung menahan tangannya di samping kepalanya, kemudian sambil menunduk aku mencium bibirnya, lalu menghubungkan lidah kami berdua, dan memulai ronde baru dengan menggerakkan penisku yang masih ada di lubangnya.


Note : 

Maaf baru bisa update.

Cerita ini akan aku akhiri disini.

Makasih buat yang udah follow, vote, comment, termasuk yang hanya jadi siders.

Aku sedang menulis fanfic lain dalam bahasa inggris berjudul "Once Upon a Time", yang merupakan long version dari "The Moon That Embrace The Sun". Aku ga tau kapan bisa publish cerita ini, tapi diusahakan dalam minggu ini.




Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang