*Kongpob (1)

3.9K 325 12
                                    

Mohon maaf sebelumnya buat semua karena mulai chapter ini akan ada sedikit perubahan dalam cara penulisan, semoga tidak membingungkan.


Aku rasanya ingin mendatangi Art saat itu juga, meminta jawaban atas semua pertanyaan yang ada di kepalaku, namun egoku berhasil menahan langkahku. Bukankah aku akan terlihat menyedihkan karena bertindak berlebihan yang mungkin bagi Art hanyalah one night stand saja? pikirku, dan aku pun memilih pergi dari sana.

Saat ku telah sampai di rumah dan berada di kamarku, aku memikirkan berbagai kemungkinan alasan Art ada di taman kampus tadi, yang salah satunya adalah dia berkuliah disana. Kalau itu benar, dilihat dari pakaiannya kemungkinan dia seniorku. Aku memikirkan akan bersikap bagaimana jika bertemu dengannya lagi.

*****

Hari ini adalah hari pertamaku sebagai mahasiswa. Setelah melakukan registrasi ulang, aku dan mahasiswa baru lainnya dikumpulkan di sebuah aula. Saat kami sedang saling memperkenalkan diri sambil menyanyi dan menari, tiba-tiba pintu aula terbuka dan segerombolan pria berkaos hitam dan jas merah marun masuk, membuat kami semua terdiam.

Aku benar-benar kaget saat melihat Art ada diantara mereka, karena aku tak menyangka akan bertemu lagi dengannya secepat ini. Saat ini Art berdiri dihadapan kami, melihat kami dengan pandangan yang tajam dan mengintimidasi. 

"Salam para mahasiswa baru, saya Arthit, senior tingkat 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Salam para mahasiswa baru, saya Arthit, senior tingkat 3. Tanggung jawabku adalah mengurus kalian selama tahun pertama kalian, juga melatih kalian agar berdisiplin dan menaati aturan. Aku berharap kalian bisa bekerjasama" ucapnya dengan suara tegas.

Aku terkejut karena ternyata nama asli Art adalah Arthit, dan dia dua tahun lebih tua dariku, jadi aku harus memanggilnya P'Arthit. Terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, aku tak terlalu mendengar perkataannya yang lain.

"Apakah kalian ingin mengenal senior kalian?" tanyanya dengan membentak, dan membuyarkan lamunanku.

"Iya" jawab kami serentak.

"Aku mengizinkan kalian untuk mengenal senior dengan meminta 1000 tanda tangan mereka dalam waktu satu minggu" ucapnya lagi.

"Apa kalian punya masalah?" tanyanya dengan tegas, saat melihat kami saling berbisik.

"Ah, salahku yang lupa mengajari kalian tatakrama. Sebelum kalian berbicara sesuatu padaku, kalian harus berdiri, beritahu nama dan kode kalian" tambahnya.

Aku mengacungkan tangan dan berdiri, dan kulihat dia sedikit terkejut walau hanya sesaat. Selain penasaran dengan reaksinya saat melihatku, aku pun ingin memperlihatkan padanya bahwa kejadian malam itu sama tak berartinya untukku. 

"Kongpob, kode 0062 meminta izin. Seminggu terlalu singkat, kami mungkin tidak dapat melakukannya" ucapku dengan tenang. 

flashback

"Art, apa kau ingin ke kamar mandi terlebih dahulu?" tanyaku, saat napasku mulai teratur.

"Duluan saja, Ko!" jawab Art, masih sedikit terengah-engah.

Tanpa bertanya lagi, aku pun langsung menuju ke kamar mandi, membersihkan badanku yang terasa lengket. Di bawah guyuran air hangat dari shower, aku mulai memikirkan perbuatanku tadi. Apakah hal itu terjadi karena nafsu saja, ataukah aku memang tertarik pada Art lebih dari teman? tanyaku dalam hati.

Sekian lama aku mandi, tetap tak kutemukan jawabannya, sehingga aku pun memutuskan mengakhiri acara mandiku. Ku lilitkan handuk di pinggangku, dan sebelum keluar ku siapkan bathrobe untuk Art, karena dengan hickey sebanyak itu ditubuhnya, dia pasti merasa risih kalau hanya memakai handuk saja.

Saat akan mengambil baju dari lemari, kulihat Art sudah tertidur, dia sepertinya kelelahan akibat aktifitas kami tadi. Setelah selesai berpakaian, aku kembali ke kamar mandi, mengisi baskom dengan air hangat dan mengambil handuk kecil. 

Perlahan ku seka tubuh Art yang lengket oleh keringat dan sperma kami, melihat kulitnya yang begitu putih, aku tak bisa menahan diriku untuk tak meninggalkan kecupan-kecupan kecil di setiap tempat yang selesai aku seka. 

Art sepertinya merasa terganggu oleh ulahku, sehingga aku pun menyudahi menyeka tubuhnya, setidaknya sekarang dia akan merasa sedikit nyaman pikirku. Ku masukkan handuk ke dalam baskom, dan ku simpan begitu saja di bawah tempat tidur. 


Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang