*Arthit

3.3K 327 18
                                    

Amarah yang dari tadi kurasakan, tak bisa ku bendung lagi, sehingga tanpa sadar tanganku sudah menarik t-shirt yang dikenakannya. Kurasakan ada seseorang yang memegang tanganku dari belakang, begitu ku palingkan muka, Knot sedang menggelengkan kepalanya yang membuatku melepaskan cengkeramanku.

Aku tahu Knot dan juga yang lainnya berpikir bahwa aku akan memukulnya, padahal tidak, aku tadi hampir saja menanyakan apa dia sedang menyindirku tentang malam itu. Aku merasa sangat berterimakasih pada Knot, karena kalau dia tak memegang tanganku, aku pasti sudah mempermalukan diriku sendiri.

Hari ini aku memutuskan untuk mengumpulkan mahasiswa baru di lapangan.Walaupun sudah sore, panas matahari masih terasa, makanya aku menyuruh para mahasiswa baru untuk duduk sambil menundukkan kepala dan memegang leher teman di sampingnya. 

Saat ini aku sedang menegur mereka karena datang terlambat ke pertemuan. Aku tahu kalau selain mengikuti pertemuan, mereka juga harus mengikuti kuliah, tapi aku hanya ingin mereka belajar untuk memanajemen waktu dengan lebih baik.

"Karena ini pertama kalinya kalian datang terlambat, aku akan memberi kalian kesempatan lain. Akan tetapi, aku akan memilih salah satu dari kalian untuk menjawab pertanyaanku. Jika dia tak bisa menjawab, kalian semua akan dihukum" ucapku, sambil menatap mereka satu persatu.

"Kode 0062, angkat kepalamu dan berdirilah" ucapku dengan suara yang lebih keras.

Ku lihat dia menatapku dengan heran, mungkin dia pikir setelah 'sindiran' nya kemarin, aku tak akan berurusan dengannya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku lihat dia menatapku dengan heran, mungkin dia pikir setelah 'sindiran' nya kemarin, aku tak akan berurusan dengannya lagi. Aku terkejut karena kali ini dia bisa menjawab dengan tepat jumlah mahasiswa baru fakultas engineering, sehingga aku pun memutar otak untuk tetap bisa menatap wajahnya lebih lama.

Aku ingat kalau dia menyebutkan jumlah mahasiswa baru jurusan industrial engineering yang aku yakin tidak semua datang ke pertemuan, makanya aku pun menyuruhnya untuk menghitung temannya yang hadir. Sesuai perkiraanku, ternyata memang ada yang tidak mengikuti pertemuan, yaitu sebanyak 54 orang.

Dia hanya terdiam, saat aku menanyakan kemana sisanya. Aku sudah akan memberikan hukuman saat dia memotong ucapanku dan menjawab bahwa mereka tidak pergi kemana-mana, yang tentu saja membuatku merasa kesal.

"Buka matamu dan periksa mereka ada disini atau tidak. Bagaimana kamu bisa bilang kalau mereka tidak pergi kemana-mana?" tanyaku dengan sinis.

"Mereka benar-benar tidak pergi kemana-mana. Walaupun mereka tidak ada disini, tapi mereka mengirimkan hati dan semangat mereka" jawabnya.

"Aku harap hati dan semangat itu cukup untuk kalian semua lari 54 keliling" ucapku, sambil menatap seluruh mahasiswa baru.

"Tidak bisa, mereka mengirimkannya pada saya, hanya pada saya" ujarnya.

Aku benar-benar tak suka dengan nada bicaranya yang tenang, dia seakan-akan mengingatkanku bahwa tak perlu melibatkan orang lain dalam masalah kami.

"Kenapa mereka memilih hanya mengirimkannya padamu?" tanyaku, karena aku merasa penasaran dengan jawaban yang akan dia beri.

"Karena saya sudah memberikan seluruh hati saya pada P', jadi saya membutuhkan itu sebagai penggantinya" jawabnya.

Awalnya aku merasa senang mendengar jawabannya, tapi kemudian aku merasa marah karena ku yakin kalau itu tak tulus dari dalam hatinya.

"Kongpob!" bentakku.

"Iya" jawabnya pendek.

"Lari keliling lapangan 54 kali" ucapku. 

"Baik" jawabnya, dan dia pun mulai berlari.

Perasaan cemburu mulai menguasai pikiranku, saat ku lihat Fang menghentikan larinya dan menyuruhnya beristirahat di tenda, sehingga tanpa sadar kakiku melangkah untuk menghampiri mereka. Begitu sudah sampai di tenda, tak kutemukan Fang disana. Aku lupa akan rasa cemburuku, dan malah merasa sedikit cemas saat ku lihat wajahnya yang kelelahan.

"Sudah selesai?" tanyaku datar, berusaha menutupi kecemasanku.

"Belum" jawabnya.

"Lalu kenapa kamu berhenti?" tanyaku lagi.

"P'Fang menyuruhku berhenti. P'Fang adalah senior saya juga dan saya hanya menuruti perintahnya, apakah saya salah?" dia balik bertanya.

Tadinya aku akan menyuruhnya untuk lari hanya 10 keliling saja, karena ku kira dia akan menjawab bahwa dia hanya akan beristirahat sebentar dan akan mulai berlari lagi, tapi dari jawabannya bisa ku simpulkan kalau dia adalah orang yang selalu menghormati dan mendengarkan perintah yang lebih tua.

Aku mulai mempertanyakan keputusanku untuk menarik perhatiannya lagi, karena walaupun aku bisa hamil, aku tetaplah lelaki, sehingga ada kemungkinan orangtuanya tidak bisa menerimaku dan Arun. Saat itu terjadi, apakah dia akan mampu menentang orangtuanya? pikirku, dan itu membuatku merasa kecewa dengannya.

"Jadi itu hanya kata-kata buatmu. Hanya berkata, tanpa bertindak" ucapku dengan sedih.

Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang