ku belai lembut pipinya yang putih
yang merona merah karena risih
dengan ketusnya dia bertanya "Apaan sih?!"
aku pun mengecup bibirnya penuh kasih
"Aku Mencintaimu" jawabku dengan lirih
#Homopobic silahkan menjauh#
Ku langkahkan kakiku menuju klinik kampus, karena aku ingin melihat keadaan gadis yang tadi pingsan saat aku mengajarkan Unity kepada mahasiswa baru. Begitu tiba di klinik, ternyata gadis itu sudah pergi, jadi aku pun hanya menyerahkan obat-obatan yang tadi aku beli.
Aku terkejut melihat dia ada disini, bersama lelaki yang kemarin ku pinjam ID Card nya untuk mengetes apakah dia benar teman lelaki itu atau bukan. Ternyata dia memang tahu semua tentang lelaki itu, bahkan sampai no ID nya.
Sekali lagi aku merasa cemburu melihat dia dekat dengan orang lain, sehingga tanpa sadar kunaikkan volume suaraku saat bertanya tentang alasan mereka ada disini. Fang lah yang memberi tahu bahwa dia ada disini karena Fang ingin menjadikannya perwakilan fakultas engineering untuk berkompetisi menjadi moon kampus di ajang Freshy Day tahun ini.
*****
Dengan tujuan memberi kesempatan kepada mahasiswa baru untuk fokus mengikuti berbagai aktifitas di ajang Freshy Day, kegiatan hazing pun ditiadakan selama seminggu, yang berarti team hazer bisa bersantai sejenak. Tapi waktu luang kali ini ku manfaatkan untuk melihat pesanan gear yang akan diberikan pada mahasiswa baru nanti.
Aku minta diantar oleh Knot kesana menggunakan sepeda motor, dan setelah memastikan semuanya sesuai dengan pesanan, kami pun memutuskankan tanggal pengirimannya. Aku dan Knot sepakat untuk berjalan-jalan dulu di sekitar sana, dan saat ku rasakan perutku mulai keroncongan, aku pun mengajak Knot mengisi perut kami di salah satu cafe.
Apakah keinginanku untuk masuk kembali ke kehidupannya adalah hal yang benar untuk ku lakukan? tanyaku dalam hati,saat memikirkan kejadian beberapa hari ini. Aku beralasan bahwa demi Arun setidaknya kami bisa menjadi teman, tapi akankah aku puas hanya menjadi temannya saja? pikirku, dan jawabannya sudah jelas yaitu TIDAK.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa sih lo?" tanya Knot, saat mendengar aku menghela napas dengan berat.
Aku ragu harus bercerita atau tidak pada Knot, tapi aku juga butuh pendapat seseorang tentang masalahku.
"Lu tau anak baru yang namanya Kongpob kan?" tanyaku dengan hati-hati, dan ku lihat Knot mengangguk.
"Gue udah kenal dia sebelumnya, dan kita pernah one night stand" ucapku pelan.
Ku lihat dari sudut mataku kalau Knot terkejut, tapi buru-buru menutupinya, karena sepertinya Knot tahu masih ada hal yang ku tutupi.
"Terus apa masalahnya?" tanya Knot.
"Masalahnya gue jatuh cinta sama dia, dan sampai sekarang pun gue masih cinta sama dia, tapi dia sendiri ga ngerasain hal yang sama" jawabku dengan sedih.
"Kenapa lo bisa yakin kalo dia ga ngerasain hal yang sama?" tanya Knot lagi.
"Lo inget kan waktu gue negor dia soal punya dua notebook di kantin?" Knot tak menjawab, dan hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Dari tatapan matanya gue bisa lihat kalo aja gue bukan seniornya, dia males berurusan ma gue" aku melanjutkan ucapanku.
"Kalo tau dia ga suka ma lo, kenapa lo ga nyerah?" tanya Knot dengan heran.
Apakah aku harus menceritakan tentang Arun? pikirku, tapi aku bingung bagaimana cara menjelaskan pada Knot bahwa aku bisa punya anak, walaupun aku ini laki-laki. Setelah menimbang sejenak, ku putuskan bahwa sekarang bukan saat yang tepat buat bercerita.
"Gue punya alasan kuat buat ga menyerah, tapi gue ga bisa nyeritain apa alasannya sekarang" jawabku akhirnya.
Knot terdiam, dan hanya meminum minuman di depannya, sedang aku sendiri hanya mengaduk-aduk minumanku saja.
"Gue cuma mo bilang kalo lo udah siap cerita, lo bisa cari gue atau pun yang lainnya" ucapnya sambil tersenyum.
"Thanks..." ucapku sambil membalas senyumnya.
"Sebaiknya kita pulang sekarang kalo ga mau kena macet" ucap Knot, lalu berdiri, yang langsung ku ikuti.
Kami berdua sama-sama terdiam selama perjalanan pulang ke asramaku, dan begitu sampai di depan asramaku, aku langsung melepas helm, lalu turun dari motor Knot.
"Sekali lagi, thanks udah mau dengerin curhatan gue. Gue janji kalo gue udah siap cerita, lo lah orang pertama yang gue datengin" ucapku sambil menyerahkan helm pada Knot.
"Gue balik yah!" ucap Knot setelah menerima helm dariku.
"Hati-hati di jalan" ujarku.
Aku pun masuk ke asrama saat ku lihat motor Knot mulai mejauh. Aku bersyukur memutuskan untuk bercerita pada Knot,karena aku merasa saat ini bebanku sedikit lebih ringan. Aku bertekad sebelum aku mendengar penolakan dari mulut Kongpob sendiri, aku akan terus mencoba untuk menarik perhatiannya.