*Arthit

3.6K 282 14
                                    

Rasanya baru kemarin Kongpob menyatakan perasaannya padaku saat di pantai, tapi ternyata dua tahun telah berlalu sejak saat itu. Tidak banyak yang terjadi selama dua tahun ini, hanya ada dua hal besar yang mempengaruhi hubungan kami menjadi lebih baik dan lebih kuat dari sebelumnya.

Pertama, tak lama setelah mendapat restu dari kedua orangtuanya, Kongpob memutuskan untuk memberitahu semua orang tentang hubungan kami dan juga keberadaan Arun lewat sosmed. Tentu saja tidak semua orang bisa menerima hubungan kami, dan tindakan mereka pun beragam untuk menyatakan ketidaksukaannya. 

Di sosmed, ada yang hanya meng-unfollow Kongpob, tapi ada juga yang memberikan komentar dengan kata-kata kasar dan menyakitkan. Sedangkan kalau di kampus, ada yang hanya memandang kami sebagai 'orang aneh', dan ada pula yang bertindak extreme dengan memperlakukan kami seperti 'orang yang menjijikan' dan mem-bully kami. 

Kami (khususnya keluarga kami) pun tak tinggal diam dan mengambil tindakan tegas dengan melaporkannya ke pihak Universitas dan Kepolisian, membuat tidak ada lagi hater yang menyerang Kongpob di sosmed, dan dapat melalui kehidupan kampus dengan lancar.

Kedua, sebelum aku lulus dari Universitas, Kongpob memberitahuku bahwa dia ingin tinggal bersamaku dan juga Arun. Tentu saja aku merasa ragu untuk menerimanya, karena selain aku belum tahu akan bekerja dimana, aku juga tak ingin Arun diasuh oleh orang asing.

Tapi Kongpob tak menyerah begitu saja, dia bahkan melibatkan orangtuanya untuk meyakinkanku. Po membujukku untuk bekerja di perusahaannya, sedangkan Mae menawarkan dirinya untuk mengasuh Arun saat aku bekerja. Setelah berkonsultasi dengan orangtuaku, akhirnya aku memutuskan menerima, sehingga segera setelah aku lulus, kami bertiga pun tinggal bersama dan aku bekerja di perusahaan keluarga Kongpob.

"Apa P' sudah lama menungguku?" tanya seseorang membuyarkan lamunanku.

Aku mendongakkan kepalaku dan langsung tersenyum saat melihat Kongpob berdiri di hadapanku sambil mengulurkan pinkmilk padaku.

"Tidak juga" jawabku sambil mengambil pinkmilk dari tangannya, lalu menyesapnya.

"Ayo kita pergi sekarang" kata Kongpob setelah pinkmilk ku habis, membuatku langsung berdiri dan kemudian berjalan bergandengan tangan dengannya ke parkiran.

Untuk anniversary kami yang kedua, aku sengaja mengundang sahabat-sahabatku dan mempersilahkan mereka membawa pasangannya masing-masing. Jujur saja, aku merasa rindu untuk berkumpul dengan mereka, karena sudah tiga bulan ini kami tak bertemu, karena mereka sibuk sebagai intern di tempat mereka bekerja.

Aku merasa tak enak kalau diantara sahabat Kongpob hanya akan ada N'Wad dan N'Tew yang sudah pasti menemani pasangan mereka masing-masing, sehingga aku pun menyarankan pada Kongpob untuk mengundang sahabatnya yang lain. Dari Kongpob aku mengetahui kalau dia sudah mengundang N'Aim dan kekasihnya N'May, N'Oak, N'Dee, N'Maprang dan N'Prae, tapi mereka semua menolak.

————   

Begitu sampai di cafe milik Kongpob, kami langsung naik ke lantai dua. Begitu sampai diatas, tubuhku terasa kaku, karena selain sahabat-sahabatku, aku melihat keluarga kami dan semua yang Kongpob undang ada disana. Aku merasakan tubuhku didorong oleh Kongpob dari belakang menuju mereka, dan sekarang aku di kelilingi oleh mereka semua.

"Maaf karena aku telah berbohong pada P', aku hanya ingin memberikan kejutan pada P' di anniversary kita" kata Kongpob, membuat kesadaranku kembali.

"Kejutan apa maksudmu?" tanyaku sambil memandangnya tak mengerti, karena ku lihat P'Pin menyerahkan sebuah kotak pada Kongpob. 

"Will you marry me?" tanya Kongpob sambil membuka kotak itu, yang ternyata berisi dua buah cincin.

"Aku tahu P'Arthit ragu karena aku belum lulus kuliah, tapi P' tak usah khawatir karena kita tidak akan menikah dalam waktu dekat. Saat ini, aku hanya ingin meningkatkan status kita dari boyfriend menjadi fiance" tambah Kongpob saat aku hanya terdiam.

"Terima... Terima... Terima...." ucap yang hadir berulang-ulang, membuatku akhirnya menganggukkan kepalaku menyetujui, dan suara sorakan pun langsung memenuhi seluruh ruangan.

Senyum bahagia langsung terpasang di wajahku saat Kongpob memakaikan cincin di jariku, dan senyum yang sama pun ada di wajahnya saat aku juga kemudian memakaikan cincin ke jarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum bahagia langsung terpasang di wajahku saat Kongpob memakaikan cincin di jariku, dan senyum yang sama pun ada di wajahnya saat aku juga kemudian memakaikan cincin ke jarinya. 

"Terimakasih karena sudah membuatku merasa menjadi pria yang paling berbahagia di dunia ini" kata Kongpob, kemudian mengecup keningku.

Keluarga Kongpob kemudian mengucapkan selamat pada kami, disusul orangtuaku, kemudian sahabat-sahabat kami. Hanya satu yang tak ikut merasakan kebahagian kami, yaitu Arun, karena dia sedang tertidur, dan sepertinya  sangat lelap karena dia tak terganggu sama sekali oleh suara berisik di sekitarnya.

Setelah semuanya memberi selamat, mereka langsung menghampiri sebuah meja panjang yang sebenarnya terdiri beberapa meja yang disatukan, dan diatasnya kulihat sudah tersedia berbagai makanan laut. 

"Kenapa seafood?" tanyaku.

"Aku tak bisa menyulap tempat ini menyerupai pantai, jadi setidaknya aku ingin merasakan suasananya dengan memakan seafood" kata Kongpob, lalu menggandeng tanganku menuju dua buah kursi yang diperuntukkan untuk kami.

Aku dan Kongpob harus rela makan dengan tidak tenang, karena sahabat-sahabat kami tak henti-hentinya 'menggoda' kami. Mereka menyuruh Kongpob membukakan cangkang kepiting untukku, menyuruhku mengupaskan udang untuk Kongpob, menyuruh kami saling menyuapi satu sama lain,dan tugas-tugas 'konyol' lainnya.

————    

Keluarga P'Jane, P'Pin dan sahabat-sahabat kami satu persatu beranjak pulang, membuat hanya orangtua kami saja yang masih ada di parkiran. Ku lihat Kongpob sedang mengobrol dengan orangtuanya dan juga Po, sehingga kugunakan kesempatan ini untuk menarik Mae sedikit menjauh dari mereka.

"Mae dan Po menginap saja di apartment kami" tawarku pada Mae.

"Kenapa? Kamu takut kalau kamu sampai tak bisa berjalan besok?" goda Mae membuatku wajahku memerah seketika.

"Ai'Oon, Mae dan Po sudah berjanji akan menginap dirumah orangtua Kongob, jadi bukankah tak sopan kalau kami tiba-tiba membatalkannya? Lagipula, Mae merasa tak ada gunanya walaupun kami ada disana, karena Mae yakin kalau Kongpob tetap akan mencari cara supaya kamu tak tidur bersama kami" tambah Mae.

Aku ingin menjelaskan alasanku pada Mae, kalau aku melakukan itu karena aku malu menghadapi keluarga Kongpob di kantor besok, tapi kudengar Po memanggil Mae kalau sudah saatnya mereka pergi. Aku hanya bisa menelan kembali kata-kataku, karena ku lihat orangtua Kongpob sudah berada di dalam mobil mereka. 


Note : Maaf lama tak update, karena liburan Ied kali ini aku habiskan dengan pulang kampung, lalu liburan bersama keluarga.

Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang