*Arthit

3.4K 336 39
                                    

"Ehem..." suara deheman seseorang mengejutkan kami yang sedang berusaha menormalkan napas.

Seperti ada yang mengomando, kami pun serempak berbalik. Mataku langsung melotot saat melihat salah satu sahabatku, Bright, sedang berdiri di belakang kami. Apa dia baru datang, atau sudah dari tadi disini? tanyaku dalam hati.

"Sorry ganggu, tapi lo dicariin P'Dear dari tadi, Ai'Arthit" katanya. Dari kata-kata dan smirk di wajahnya, aku pun mendapatkan jawaban dari pertanyaanku.

"Ah, dan kamu Kongpob, kamu ikut kita kesana" tambahnya, lalu pergi meninggalkan kami.

"Ayo P'Arthit" kata Kongpob.

Aku palingkan wajahku, dan tak kudapati dia di sampingku. Aku pun mendongakkan kelapa, dan ku lihat Kongpob sedang menatapku dengan heran. Aku terlalu kaget dengan semua yang terjadi, hingga tak menyadari kalau dia sudah berdiri dan sedang mengulurkan tangannya padaku.

Ku pikir dia hanya ingin membantuku saja, tapi ternyata setelah aku berdiri pun dia tak melepas genggaman tangannya padaku. 

"Apa P'Arthit tidak mau teman-teman P'Arthit tahu tentang kita?" tanyanya saat kami mulai berjalan.

Aku menatapnya dengan bingung, tapi dia malah melihat tangannya dengan sedih. Ku ikuti arah pandangannya, dan aku langsung mengerti perkataannya. Dia sepertinya berpikir kalau aku malu kalau sampai teman-temanku tahu tentang kami, karena aku sama sekali tidak membalas genggaman tangannya.

"Maaf, aku hanya masih kaget sama kehadiran Bright" ucapku sambil membalas genggaman tangannya.

Aku sebenarnya merasa malu melakukan PDA seperti ini, tapi saat ku lihat senyum lebar yang tercipta di bibir Kongpob, aku jadi berpikir bahwa aku rela sesekali melakukannya kalau itu bisa membuat Kongpob bahagia.

Aku sudah mengira bahwa bukan hanya akan ada P'Dear disana, tapi sahabat-sahabatku yang lain juga pasti ada. Aku mencemaskan pemikiran mereka dan juga P'Dear tentang Kongpob,sehingga tanpa sadar aku mengeratkan genggaman tanganku padanya. 

Aku mulai kembali merasa tenang saat kurasakan ibu jari Kongpob bergerak-gerak di punggung tanganku, seakan dia berkata bahwa dia baik-baik saja, jadi tak ada yang perlu ku khawatirkan.

Kongpob melepaskan genggaman tangan kami dan memberikan wai pada semuanya, saat kami sudah dekat dengan mereka. P'Dear langsung berdiri dan berjalan ke arah kami, sedang sahabat-sahabatku yang lainnya hanya melihat kami dengan pandangan tertarik. Bright yang memang lebih dulu sampai, sepertinya telah mengatakan sesuatu kepada mereka semua.

 Bright yang memang lebih dulu sampai, sepertinya telah mengatakan sesuatu kepada mereka semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"N'Kongpob, ayo ikut minum sama kami" kata P'Dear.

"Baik" jawab Kongpob sambil tersenyum.

Setelah kami bertiga duduk, Prem menuangkan minuman ke dalam gelas plastik dan menaruhnya di hadapanku dan Kongpob.

"Chok dee" kata P'Dear sambil mengangkat gelas dihadapannya, yang langsung diikuti oleh kami semua.

"Jadi, kenapa lo bisa bareng ma N'Kongpob?" tanya Knot sambil tersaenyum penuh arti, karena dia sebenarnya sudah tahu jawabannya.

"Saya dan P'Arthit adalah sepasang kekasih" jawab Kongpob sebelum aku sempat membuka mulutku, yang langsung mendapat tepuk tangan dan suitan dari mereka semua.

"Gimana ceritanya kalian bisa jadian? Soalnya dari laporan yang ku terima, kalian seperti Tom dan Jerry saat hazing kemarin" ujar P'Dear sambil menatap kami berdua.

Kongpob lah yang bercerita kalau sebenarnya kami sudah saling kenal sebelumnya, dan bersikap bermusuhan hanya karena terjadi salah paham di antara kami. Aku bersyukur Kongpob tak menceritakan bagaimana kami saling mengenal, karena aku tak mau mereka berpikiran buruk pada Kongpob.

Aku sebenarnya masih ragu, tapi aku pikir inilah saat yang tepat utuk bercerita tentang Arun pada mereka. Tapi tentu saja aku harus minta izin dulu pada Kongpob, karena aku tak yakin dia juga berpikiran sama.

"Apa aku boleh menceritakan tentang Arun ke mereka?" tanyaku sambil berbisik di telinga Kongpob, yang dijawab olehnya dengan anggukan kepala.

"Woi, kita belum ngerestuin kalian, jadi dilarang mesra-mesraan depan kita" kata Bright yang langsung mendapat high five dari sahabat-sahabatku yang lain, dan ku lihat P'Dear hanya menggelengkan kepala saja melihat tingkah junior-juniornya.

"Ada satu hal lagi yang mau kami beritahu sama kalian" kataku yang langsung menghentikan tawa mereka dan memusatkan perhatian mereka padaku.

Aku mengeluarkan handphone dari saku celanaku, lalu kubuka kuncinya, dan senyumku pun langsung mengembang begitu melihat wallpaper ku. Aku tersadar dari lamunanku saat ku rasakan ada yang menepuk bahuku, yang ternyata adalah Kongpob.

Ku tatap matanya dengan tajam, mencari tahu apakah dia benar-benar yakin ingin menceritakan tentang Arun. Kongpob menganggukan kepalanya, seakan mengerti arti tatapanku.

"Ini Arun..." ucapku sambil menyimpan handphone di meja.

Dengan sigap Prem yang duduk disampingku mengambil handphone ku, lalu menyerahkannya pada Knot. Mereka memandangku penuh tanya, setelah mereka semua melihat wallpaper di handphone ku.

"Dia anak kami" ucapku.


Note:

Maaf baru bisa update, soalnya minggu ini lagi bener-bener sibuk.

Makasih buat semua yang tetap setia dengan cerita ini, dengan tetap membaca, meng vote, dan memberikan komentar.

Apaan Sih?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang