Seven | Wonwoo : Our Ordinary Habit

5.1K 714 21
                                        

"Kim! Ayo berduet denganku!"

"Sudah kubilang, aku tidak pintar menyanyi, Jeon.."

"Ayolah Kim, sekali ini saja? Ya?"

Mingyu melihat perempuan dihadapannya sudah mulai mengeluarkan jurus aegyo andalannya. Tentu saja Mingyu tidak bisa menolak. Ia tidak tahan melihat gadis manis yang mempout-kan bibirnya seperti Jeon Wonwoo ini.

"Gyu..."

Kini Mingyu mendengar gadis itu menyebut nama belakangnya. Sesuatu yang membuatnya menjadi lemah terhadap permintaan gadis itu.

"Baiklah, baiklah. Ayo kita berduet."

Mingyu mengacak rambut Wonwoo pelan sambil mengambil mic yang sedari tadi Wonwoo sodorkan padanya. Senyum gadis itu mulai merekah dan membuat Mingyu ikut tersenyum karenanya.
.
.
.

Ketika mengantarku pulang, Jun terus-terusan menanyaiku mengenai hubunganku dengan Kim Mingyu. Hal tersebut, jujur membuatku jengah. Kubilang saja berulang kali Kim Mingyu adalah kakak kelasku saat SMA dan sering pergi karaoke bersamaku. Junhui menatapku tidak percaya. Dan aku hanya bisa memberikannya senyuman datar, berharap ia mengerti aku sedang tidak ingin membahas hal ini.

Kalau dipikir-pikir, wajar saja Junhui menanyaiku sampai seperti itu. Bahasa tubuh yang kulakukan kepada Mingyu sangat tidak wajar untuk ukuran teman karaoke saat SMA. Ya, tanpa sadar aku melakukan hal-hal yang biasa kulakukan kepada Mingyu saat kami berpacaran dahulu. Aku melakukan ad-lib untuknya saat kami bernyanyi dan kentara sekali aku yang begitu bersemangat ketika sedang bernyanyi.

Sejak dulu aku memang menyukai karaoke, dan aku menjadi seperti orang lain ketika sudah memegang mic. Mingyu selalu mengatakan hal itu dahulu. Katanya melihatku memegang mic sama halnya dengan melihatku mabuk saat minum soju. Sama-sama membuatku seperti orang lain.

Tak hanya memberikan ad-lib, aku juga menyodorkan mic yang kupegang kepada Mingyu tanpa kusadari. Lagi-lagi kebiasaan lamaku. Mingyu dahulu sangat tidak suka bernyanyi. Sehingga hanya akulah yang menyanyi seorang diri. Ia tidak pernah mau memegang mic sampai-sampai aku harus menyodorkan punyaku padanya. Lelaki itu baru mau membuka suaranya ketika aku berbagi mic dengannya.

Kebiasaan itu berjalan hingga tiga tahun lamanya. Di tahun keempatku berpacaran dengan Mingyu, ia sudah mau memegang mic nya sendiri. Namun sayangnya aku sulit menghilangkan kebiasaanku berbagi mic dengannya. Sehingga lagi-lagi aku melakukan hal itu, seperti yang kulakukan barusan. Dan bodohnya, ia menerima saja mic yang kusodorkan tanpa menolak. Lagi-lagi ini soal kebiasaan. Ya, kita hanya sudah terlalu terbiasa. Itu saja.

Dan ngomong-ngomong, salahkan juga posisi dudukku yang bersebelahan dengan Kim Mingyu. Kenapa tiba-tiba seperti itu, sih? Seingatku Minghao masuk duluan ke ruangan itu diikuti Kim Mingyu, dan langsung saja mereka duduk berdampingan di kursi panjang yang disediakan. Aku awalnya mengekor Junhui, dan tiba-tiba saja ia menyuruhku masuk duluan. Aku mau tidak mau harus duduk disamping Mingyu karena hanya disediakan satu sofa berbentuk panjang untuk empat orang. Ya, itulah yang membuatku duduk bersebelahan dengan Kim Mingyu.

Bicara soal Kim Mingyu, aku sedikit banyak terkejut melihat ia menggandeng seorang perempuan. Minghao namanya, dan ia dikenalkan padaku sebagai tunangan dari Mingyu. Bahkan bukan Mingyu sendiri yang menjelaskannya padaku, melainkan Junhui. Dan ternyata Junhui merupakan teman kecil Mingyu sekaligus sahabat Minghao semasa kuliah.

Waw, dunia ini sempit, bukan?

Dan cukup memusingkan.

Seketika itu juga aku merasa seperti orang lain disana. Maksudku, mereka bertiga sudah saling memiliki hubungan satu sama lain. Junhui mengenal Mingyu, Mingyu bertunangan dengan Minghao, dan Minghao merupakan sahabat kuliah Jun.

Ah, tapi tentu saja aku juga memiliki hubungan dengan mereka.

Jun adalah teman kencanku dan Mingyu adalah mantan pacarku.

Mantan pacar yang sekarang sudah bertunangan.

Sebetulnya dari pada dibilang terkejut, aku lebih merasakan cemburu saat melihat Mingyu bersama wanita lain. Aku tahu dengan jelas. Dadaku terasa sesak. Aku mengakuinya, aku belum bisa move on dari Kim Mingyu.

Haha, tapi tenang saja. Aku yakin seratus persen Kim Mingyu tidak dapat membaca air mukaku. Kentara sekali ia beberapa kali mencuri pandang kepadaku ketika duduk disebelahku untuk menerka-nerka kalau-kalau aku cemburu karenanya atau tidak.

Tidak Kim, kau tidak akan semudah itu membacaku.

Kalaupun aku memang benar cemburu padamu, aku akan mengubur rasa cemburuku dalam-dalam sampai aku mati.

Tak akan kubiarkan seseorang mengetahuinya, apalagi oleh dirimu, Kim Mingyu.

- mxw -

Kesempitan dunia ini terasa makin menjadi-jadi ketika kutahu bahwa pacar Seungkwan, Choi Hansol, adalah sepupu dari Kim Mingyu. Aku tidak tahu bagaimana ceritanya itu bisa terjadi sampai tiba-tiba Seungkwan bercerita padaku bahwa pacarnya itu ternyata sepupu dari Mingyu.

"Heol! Ini gila sekali." Seruku setelah mendengar cerita Seungkwan. Saat ini adalah jam istirahat, dan Seungkwan bercerita padaku dengan mulut penuh roti yang sedang ia makan.

"Iha han? Ihla huhan?" Ia berkata dengan bahasa alien.

"Hey, telan dulu rotimu."

Seungkwan menelan rotinya dan melanjutkan bicaranya padaku, "Iya kan? Gila bukan?"

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku melihatnya.

"Hey, jangan-jangan kau masuk di perusahaan ini karena sudah tahu kalo pemiliknya adalah ayah dari sepupu pacarmu?"

"Yak! Tentu saja bukan! Aku hanya iseng saja melamar kesini dan aku mengikuti tes masuk sama seperti yang lainnya."

Aku tertawa melihat protes dari Seungkwan. Namun sepersekian detik berikutnya tawaku mulai menyurut. Aku merasa takut sekarang kalau-kalau pacar Seungkwan itu mengetahui hubungan masa laluku dengan Kim Mingyu dan menceritakannya pada Seungkwan. Entahlah, aku hanya tidak mau sampai ada orang di kantor ini yang tahu hubunganku dengan Mingyu.

"Lalu, seberapa dekat pacarmu dengan manager kita itu?" Aku berusaha bertanya setenang mungkin. Aku sedang berusaha mencari informasi sekarang dengan cara yang cukup halus menurutku.

"Sepertinya mereka dekat, hanya saja jarang bertemu. Mereka hanya bertukar sapa lewat SNS."

Dalam hati aku bersyukur selama empat tahun pacaran dengan Kim Mingyu, aku dan dirinya sama sekali tidak pernah mengupload foto kami berdua di SNS. Jadi kalaupun memang benar Kim Mingyu pernah suatu saat menceritakanku pada Hansol lewat SNS, ia tidak akan mengetahui wajahku.

Heol, kenapa aku memikirkan hal itu sih? Itu semua terjadi dua tahun yang lalu, dan Kim Mingyu yang dikenal orang-orang saat ini sudah memiliki tunangan. Tidak akan ada yang tahu kalau dahulu aku pernah menjalin cinta selam empat tahun dengannya.

Ngomong-ngomong aku tidak suka berbicara mengenai tunangan. Rasanya dadaku menjadi sesak.

"Hey, sekali-kali kenalkanlah aku pada pacarmu itu, Boo."

"Tidak akan, Jeon. Aku tak bisa menjamin kau tidak akan naksir dengan pacarku."

Aku tertawa lagi mendengar ucapan Seungkwan. Wajahku memang terlihat tertawa, tapi aku merasakan getir di hatiku.

Ya, kalau saja ucapan Seungkwan benar, kalau saja aku benar-benar akan naksir begitu melihat sosok Choi Hansol, aku akan sangat berterimakasih padanya. Karena hal itu dapat membuatku lupa pada Kim Mingyu.

Sayangnya kurasa hal itu tidak mungkin.

Hati dan pikiranku masih terisi penuh oleh sosok Kim Mingyu.

Bahkan setelah dua tahun aku berpisah dengannya.

- tbc.

Us, Who Can't Break Up ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang