Tiga hari lagi aku akan menikah.
Hanya tinggal tiga hari lagi.
Undangan telah disebarkan, gedung telah dipesan, sepasang gaun pengantin telah disiapkan, hidangan makanan, bunga, cincin, altar, semuanya.
Semuanya.
Dan hari Minggu ini, ketika semuanya sibuk mempersiapkan pesta pernikahanku, aku lebih memilih untuk mengurung diri di apartemenku. Mematikan ponselku, dan mengunci diri di kamar. Orangtuaku, juga Minghao, seperti tidak peduli pada aku yang tidak ikut serta mengurus acara pesta pernikahan. Mungkin dipikiran mereka, aku ini hanya pemeran pembantu. Tugasku hanya datang ke gedung pernikahan, mengucap janji didepan pendeta, bertukar cincin dengan Minghao, melempar bunga, dan mungkin berciuman dengan Minghao di depan para tamu untuk memperlihatkan kesungguhan janji suci kami.
Hanya itu.
Selebihnya mereka tidak peduli, apa yang kulakukan, apa yang kukerjakan, bagaimana perasaanku, mereka tidak peduli.
Mereka bahkan tidak tahu, kalau calon pengantin pria ini, baru saja merasakan patah hati untuk kedua kalinya. Astaga, tidak. Kali ini yang kurasakan lebih menyakitkan daripada dua tahun lalu ketika Wonwoo memutuskan hubungannya padaku. Gadis itu kemarin dengan beraninya mencium lelaki lain, tepat di depan mataku.
Dan itu cukup membuatku patah hati.
Dan mungkin menyerah?
Benar sekali. Kali ini aku harus menyerah. Kalau memang itu keinginan Jeon Wonwoo, kalau memang bersama Jun hyung lebih membuatnya bahagia,
Maka aku akan merelakannya.
Aku tersenyum kecut pada diriku sendiri. Sedih, kesal, marah, kecewa, semua perasaan itu campur aduk di dalam diriku. Bohong kalau aku tidak marah. Tentu saja aku merasa marah sekali kepada Jeon Wonwoo. Aku merasa dikhianati olehnya.
Tapi disisi lain, aku juga merasa sedih. Dan mungkin rasa sedihku ini melebihi rasa marahku padanya.
Aku menyesali semuanya,
Aku yang seharusnya berada di samping Jeon Wonwoo saat ini.
Bukan Jun hyung.
Ketika aku tengah asyik melamun, tiba-tiba aku mendengar suara bel dari arah luar. Siapa? Padahal aku yakin sekali tidak akan ada yang tertarik menemuiku. Semua tidak ada yang peduli padaku. Ah, atau mungkin Kwon Soonyoung yang menekan bel dari luar sana? Demi apapun, aku tidak sedang ingin menemui siapa-siapa siang hari ini. Meskipun itu adalah Kwon Soonyoung.
Sampai sepuluh menit berikutnya, aku masih diam di kasurku. Menunggu tamu yang tidak di undang itu pulang dengan sendirinya. Hanya saja, bukannya pulang, tamu-ku malah semakin giat menekan bel diluar sana. Seperti sengaja sekali ingin menggangguku. Padahal seharusnya ia pulang saja mengingat aku yang tidak menggubrisnya selama beberapa menit kebelakang.
TING TONG!
Suara bel itu begitu memekakkan telingaku. Rasanya kalau ada tombol mute seperti pada alarm ponsel, aku ingin segera menekannya.
TING TONG!
TING TONG!
Baiklah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Who Can't Break Up ✔
FanfictionKim Mingyu adalah mantan kekasihnya. Diputuskan sepihak oleh Jeon Wonwoo tanpa alasan. Dua tahun mereka berpisah, hingga akhirnya bertemu kembali. Ketika Kim Mingyu berusaha mendekat disaat Jeon Wonwoo berusaha menjauh, siapakah yang akan menang? ...
