"Kau tidak bisa terus-terusan seperti ini, Kim Mingyu! Pulanglah!"
Ini ketiga kalinya dalam hari ini aku mendengar Jeon Wonwoo berkata seperti itu padaku. Pertama ketika aku bangun tidur pagi tadi, kedua ketika aku sarapan bersamanya, dan ketiga adalah kali ini, ketika aku sedang menyeduh jahe panas di dapurnya. Ia mendatangiku dan berdiri persis di belakangku.
Lama-lama semuanya terasa menyebalkan, sudah berulang kali kukatakan kalau aku tidak akan pulang.
"Tidak mau." Seruku datar.
"Ya ampun, kau ini keras kepala sekali? Kau tidak kasihan dengan orangtuamu? Kalau kau tidak bisa menyelesaikan masalah mereka, setidaknya pergilah menemui mereka."
Jeon Wonwoo dan mode cerewetnya. Terkadang aku tidak suka mendengar ia bicara banyak seperti ini. Apalagi menyangkut masalah pribadiku. Bukannya aku tidak suka ia ikut campur, hanya saja kali ini aku benar-benar tidak ingin pergi kemana-mana. Aku hanya takut kehilangan Jeon Wonwoo untuk kedua kalinya.
"Jadi kau mengusirku?" Seruku sembari membalikkan badan setelah aku selesai menyeduh jahe panasku. Tubuh kami kini saling bertatapan.
"Iya, aku mengusirmu." Jawabnya dengan nada dingin dan tegas.
Aku kesal.
Aku kesal tapi aku terlalu mencintainya untuk sekedar marah kepadanya.
"Kau berjanji tidak akan pergi lagi dariku, dan sekarang kau mengusirku?"
"Itu dua hal yang berbeda Kim Mingyu."
Aku menatap Wonwoo lekat-lekat. Terlihat raut wajahnya memancarkan kekhawatiran disana. Oke Kim Mingyu, Jeon Wonwoo hanya mencoba peduli padamu.
"Jeon–"
"–tenanglah, oke?"
Aku berusaha menenangkannya dengan meletakkan kedua tanganku diatas bahunya. Aku meremasnya pelan, seperti mencoba memberikan pengertian padanya kalau aku baik-baik saja, dan ia tidak perlu mengkhawatirkanku. Tapi sayangnya usahaku gagal, dan kecemasannya padaku semakin menjadi-jadi.
"Bagaimana aku bisa tenang?! Seluruh media berkata kalau JY Group hancur! Dan itu karena... Karena..."
"Makanya, kusuruh kau untuk tidak menonton televisi kan?"
Seluruh media saat ini sedang ramai membahas perusahaan ayahku dan sayangnya apa yang diberitakan tidak begitu baik. Aku selalu melarang Wonwoo menonton televisi karena aku tahu jadinya akan seperti ini. Tapi kemarin malam itu, sialnya aku mengantuk dan tertidur lebih dulu daripadanya. Wonwoo diam-diam menonton berita tanpa sepengetahuanku, dan inilah hasilnya.
Ah, tapi Jeon Wonwoo itu baik sekali. Ia sudah dibuat susah oleh ibuku dan masih saja membela orangtuaku. Kalian lihat bukan, barusan ia menyuruhku pulang? Ck, dia terlalu baik.
"Tenanglah, aku pasti akan menyelesaikan semuanya. Aku janji." Aku mencoba menenangkannya lagi. Nada bicaraku kubuat selembut dan setenang mungkin. Kupaksakan senyum di wajahku agar Wonwoo tahu kalau aku baik-baik saja.
"Tapi, bagaimana–"
"Ssst..." Ucapku memotong pembicaraannya.
"Diamlah, dan percayakan semuanya padaku."
Aku menyeringai kepadanya seraya melepas pegangan tanganku pada bahunya. Wonwoo masih memandangku dengan tatapan tak puas. Aku lalu mencoba mengalihkan pembicaraan kami dengan membahas hal lainnya.
"Daripada itu, Jeon Wonwoo, apa rencanamu setelah keluar dari perusahaan itu?"
"Aku sudah dapat pekerjaan baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Who Can't Break Up ✔
FanfictionKim Mingyu adalah mantan kekasihnya. Diputuskan sepihak oleh Jeon Wonwoo tanpa alasan. Dua tahun mereka berpisah, hingga akhirnya bertemu kembali. Ketika Kim Mingyu berusaha mendekat disaat Jeon Wonwoo berusaha menjauh, siapakah yang akan menang? ...