Aku memang memiliki banyak teman dari mulai Namyangju sampai Pulau Jeju, tapi Kwon Soonyoung mungkin dapat kukatakan sebagai satu-satunya sahabat yang benar-benar berada disisiku selama dua tahun terakhir ini. Aku mengenalnya dua tahun lalu ketika aku tengah minum-minum di sebuah bar. Matanya sipit dan wajahnya seperti hamster. Rasanya bukan wajah yang cocok untuk minum-minuman keras sepertiku.
Saat itu aku tengah depresi karena kehilangan Wonwoo dan tiba-tiba saja lelaki itu datang kepadaku dengan lagak sok kenal. Si sipit itu kemudian bercerita padaku hal-hal absurd yang rasanya agak aneh untuk dijadikan topik pembicaraan dalam pertemuan pertama seseorang. Dari ceritanya, kutahu kami memiliki hobi yang sama : kuliner.
Keluarga Kwon Soonyoung memiliki kedai udon kecil di pinggiran kota Seoul yang cukup laris. Aku pernah mencobanya dan langsung ketagihan. Aku sesekali diperlihatkan tata cara pembuatan udon khas keluarga Kwon Soonyoung dan pernah kupraktekkan sekali di apartemenku. Meski sayangnya rasanya tidak seenak udon buatan mereka.
Aku kemudian mengajaknya untuk membuka bisnis kuliner. Dan ia menyetujuinya. Dengan uangku sebagai modal, kami membuka kedai ramyun kecil di daerah gangnam. Aku sendiri yang menjadi koki dan menciptakan resepnya, sementara Soonyoung mengelola kedai. Meski baru setahun, rupanya kedai kami banyak diminati. Kamipun berencana untuk pindah dan menyewa bangunan yang agak luas demi kedai kami.
Jadi, selain mengelola restoran keluarganya, Soonyoung juga mengelola kedai kami sebagai partner bisnisku. Tidak ada yang tahu usaha sampinganku. Aku memang merahasiakannya dari siapapun. Karena kuyakin apa yang kukerjakan ini pasti akan ditentang. Terutama oleh ibuku.
Berawal dari cerita-cerita hobi, aku mulai menceritakan masalah pribadiku pada Kwon Soonyoung. Ia juga menjadi orang kedua yang mengetahui kalau aku depresi karena wanita setelah Hansol. Tapi entah mengapa, meskipun dia tidak banyak memberikan nasihat-nasihat seperti yang Hansol lalkukan untukku, bercerita padanya membuatku merasa tenang. Tahu-tahu saja aku sudah tertawa mendengar komentarnya dan melupakan sejenak masalahku dengan Wonwoo.
Hari ini aku berjanji untuk bertemu dengannya di sebuah kafe. Apalagi kalau bukan untuk membicarakan bisnis kami. Kami berencana akan berdiskusi mengenai bangunan baru untuk kedai kami. Selain perlu bangunan yang lebih luas, kami juga butuh tempat yang strategis untuk mengundang para pembeli baru.
Ah iya, ngomong-ngomong kudengar ia baru saja mendapatkan pacar baru. Adik kelasnya ketika SMP. Waw, hebat sekali. Dan kali ini ia akan membawa pacarnya itu untuk dikenalkan padaku.
"Mingyu-ya! Mingyu-ya!" Soonyoung melambaikan tangannya padaku ketika aku baru saja memasuki kafe. Aku dapat melihat matanya yang semakin sipit ketika tersenyum padaku.
"Aigoo, kita tidak bertemu tiga bulan dan matamu makin sipit?"
"Sialan!" Ucapnya sambil tergelak.
"Mana pacar barumu? Katanya kau akan mengenalkannya padaku?"
"Dia ada perlu sebentar jadi akan datang terlambat. Dia juga menyuruh kita untuk memesan duluan."
Aku mengangguk-angguk paham. Selanjutnya aku membuka-buka buku menu untuk memilih makanan.
"Eiii eiii, ada apa dengan Kim Mingyu-nim ini? Sepertinya hatimu sedang baik?" Aku mendongakkan kepalaku dan melihat Soonyoung sedang tersenyum dengan menjijikkan sembari menggodaku.
"Daebak. Apakah kelihatan sekali?" Tanyaku sembari terkekeh.
"Jadi ada kabar baik apa Tuan Kim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Who Can't Break Up ✔
FanfictionKim Mingyu adalah mantan kekasihnya. Diputuskan sepihak oleh Jeon Wonwoo tanpa alasan. Dua tahun mereka berpisah, hingga akhirnya bertemu kembali. Ketika Kim Mingyu berusaha mendekat disaat Jeon Wonwoo berusaha menjauh, siapakah yang akan menang? ...