Ten | Wonwoo : Sleepover

5.1K 695 19
                                        

Tahu-tahu saja ternyata aku sudah ketiduran di kasur Mingyu. Dan ketika aku bangun dan mengecek jam beker di atas nakas samping kasur Mingyu, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Bukan waktu yang baik lagi untuk menjenguk seseorang.

Beberapa jam yang lalu itu, ketika aku mau mengambil kompres untuk Mingyu yang sedang demam, lelaki itu tiba-tiba menarik lenganku dan memintaku untuk tidak pergi. Lama-lama pegangannya kepadaku makin lemah dan berhenti di jempol tangan kananku. Dia menggenggamnya dengan sangat erat sebelum kemudian jatuh tertidur.

Sebetulnya aku bisa saja melepas genggamannya hanya saja aku tidak tega dan takut membangunkanya. Ah, mungkin bisa dibilang juga aku tidak rela melepas genggamannya padaku. Bagaimanapun juga aku sudah sangat rindu dengan Kim Mingyu.

Dengan Kim Mingyu yang menggenggam jempolku itu membuat posisi dudukku menjadi tidak enak. Aku jadi harus duduk di pinggir kasur berhadapan dengannya dan itu membuatku sangat pegal. Aku berharap ia melepaskan genggamannya padaku, hanya saja sampai tiga puluh menit kemudian tidak ada tanda-tanda pergerakan dari tangannya.

Karena aku tidak tahan lagi duduk dengan posisi seperti itu, akhirnya kuputuskan saja berbaring di sisi kasur milik Kim Mingyu. Badanku cukup kurus, dan membuatku muat-muat saja berbaring di bagian kosong yang sempit di sisi kasur Kim Mingyu itu.

Aku melakukannya dengan santai, karena toh ini bukan kali pertamaku tidur satu ranjang dengan Kim Mingyu. Maksudku bukan tidur bersama dalam tanda kutip, kami hanya benar-benar tidur dalam satu ranjang bersama-sama. Tanpa melakukan apapun lagi.

Ngomong-ngomong ketika aku bangun, Mingyu sudah tidak ada disampingku. Jadi aku berjalan saja keluar kamar untuk mencarinya. Aku sudah sangat hafal letak ruangan di apartemen ini. Di tahun ketigaku berpacaran dengan Mingyu, ia pindah dari apartemen lamanya kesini. Sehingga aku masih sempat sekedar berkunjung atau bahkan sampai bermalam disini ketika kami pacaran dulu.

Aku melongok ke ruang tengah dan Mingyu tidak ada disana. Kulangkahkan kakiku, kali ini menuju dapur. Dan Mingyu berada disana, sedang memasak sesuatu. Baunya sangat harum, dan sepertinya kali inipun masakannya enak. Mingyu merupakan koki yang handal. Dahulu ia sering sekali membuatku menjadi kelinci percobaannya dalam mencicipi masakannya. Dan masakannya tidak ada yang tidak enak.

"Kau bangun Jeon?" Mingyu menoleh sedikit padaku sambil tetap fokus pada masakan didepannya.

"Hey, apa-apaan ini? Kenapa orang sakit malah masak-masak dengan santai begini sih?" Kataku sambil berjalan mendekatinya.

"Apa boleh buat, aku lapar." Mingyu berkata sambil terkekeh. Membuat gigi taringnya yang panjang terlihat.

"Kau bisa membangunkanku dan memintaku memasakkan sesuatu, Kim." Aku mendekat pada badannya dan kemudian mengangkat tanganku menuju dahinya untuk mengecek suhu tubuhnya.

Aku bodoh, memang.

Harusnya hal-hal seperti ini harus kuhindari sebisa mungkin, kalau aku ingin meninggalkannya sejauh-jauhnya. Kalau aku benar-benar ingin move on darinya.

Hanya saja tubuhku bergerak tidak sesuai dengan perintah otakku. Tanganku terangkat begitu saja dan, yah, seperti inilah jadinya.

Mingyu sedikit terkejut dengan perlakuanku barusan. Namun ia hanya diam saja, tanpa penolakan atau apapun dan kemudian tersenyum tipis sambil berkata, "Masakanmu tidak enak, Jeon."

Hah, harusnya ia tepis saja tanganku yang nakal itu. Dan apa-apaan itu soal menyinggung masakanku? Padahal kami sudah lama tidak pernah bertemu. Kemampuan masakku sudah membaik, Kim!

Mingyu mematikan kompornya dan mengangkat pot berisi masakannya ke atas meja. Kuperhatikan ternyata ia sedang memasak sup ayam.

"Jeon, ayo makan." Ajaknya.

Us, Who Can't Break Up ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang