Twenty Five | Wonwoo : Meet an Evil Called Mother

3.9K 605 61
                                    

"Jihoon-nie..."

Aku menyapa Lee Jihoon pelan melalui sambungan telepon. Sementara Jihoon hanya bergumam menanggapiku.

"Hm?"

"Bagaimana menurutmu kalau aku kembali lagi pada Kim Mingyu?"

"HAH?? APA??"

Jihoon berteriak cukup keras sekali. Membuatku harus menjauhkan ponselku beberapa senti dari telingaku.

"Aish! Jangan teriak-teriak di telepon!" Ucapku kesal.

"Tunggu Wonwoo-ya, maksudmu apa?"

"Kim Mingyu bilang padaku kalau ia masih mencintaiku..."

Jihoon tidak langsung menjawab. Ia menghela nafas cukup panjang di seberang sana sebelum akhirnya menaggapiku.

"Hhh... Sudah kuduga."

"Apanya?" Ucapku setengah bodoh.

"Tidak ada. Dengar, aku memang tidak suka dengan si Kim tinggi itu. Tapi aku lebih tidak suka kalau kau tidak bahagia."

Jihoon berhenti menyerocos di tengah-tengah. Memberikanku kesempatan untuk berpikir. Jihoon benar, kali ini aku harus bahagia.

Tapi....

"Jadi Wonwoo-ya, putuskanlah apa yang menurutmu baik, aku akan selalu mendukungmu."

"Tapi Jihoon-nie..."

"Kenapa?" Ucapnya tak sabar.

"Mingyu sudah bertunangan, maksudku bagaimana nanti nasib tunangannya? Lalu kalau mereka tiba-tiba membatalkan pertunangan? Bukankah menurutmu ini akan menjadi berita yang buruk?"

Jujur aku khawatir jika benar-benar melakukan hal ini. Membatalkan pertunangan bukanlah hal sepele. Bagaimana nantinya hubungan Kim Mingyu dengan pihak keluarga tunangannya? Bagaimana citra Kim Mingyu di mata orang lain? Belum lagi, bagaimana kalau tunangannya betul-betul mencintai Kim Mingyu? Bukankah itu menyakitkan?

"Kau terlalu banyak berpikir, Wonwoo-ya."

Jihoon berkata dengan nada datar. Kelihatan sekali seperti ia sudah terlatih menghadapi sifatku yang satu ini.

"Kim Mingyu mengajakmu kembali, itu artinya ia sudah siap menerima semua konsekuensi yang akan terjadi."

Perkataan Lee Jihoon ada benarnya, memang. Seharusnya kalau Kim Mingyu siap untuk membatalkan pertunangan itu, ia juga harus tahu konsekuensinya apa. Hanya saja aku tetap merasa hal ini tidak begitu baik.

"Tapi..."

"Tidak usah banyak berpikir, dan hubungi ia sekarang juga!"

Setelah beberapa kalimat percakapan, Jihoon menutup sambungan dari seberang dan meninggalkanku yang kini tengah berpikir cukup keras. Haruskah kuikuti sarannya? Ataukah aku lagi-lagi harus mempertahankan sisi keras kepalaku demi kebaikan?

Aku terdiam selama kurang lebih satu jam. Tidak ada yang kulakukan, hanya memainkan ponselku tanpa menaruh minat disana.

Ketika sedang melamun, dengan tiba-tiba wajah Kim Mingyu melayang-layang dalam otakku. Sifat aneh dan menyebalkan, tapi memabukkan dari sosok Kim Mingyu.

Us, Who Can't Break Up ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang