Twelve | (Not Really) A Coincidence

4.4K 638 10
                                    

Wonwoo Pov.

Hari Minggu ini, Seungkwan mengajakku berbelanja untuk mencarikan hadiah ulang tahun untuk pacarnya. Ulang tahunnya masih satu minggu lagi dan rupanya Seungkwan cukup kesulitan untuk memilih hingga akhirnya memutuskan untuk mengajakku. Kami berbelanja sejak pukul sepuluh dan ini sudah pukul dua belas. Seungkwan belum saja mendapatkan barang yang ia mau bahkan setelah dua jam kami mengelilingi Mall.

Tadi di tengah-tengah kami belanja, pacar Seungkwan menelponnya dan menanyakannya sedang ada dimana. Seungkwan bilang sedang pergi ke mall bersamaku, dan kemudian langsung merasa bersalah setelahnya. Katanya hari ini adalah perayaan 500 hari mereka berpacaran, dan Seungkwan malah melupakannya. Namun kemudian Seungkwan kembali cuek karena toh sekarang ini kami sedang berupaya membeli kado untuk menyenangkan pacarnya Seungkwan itu.

"Wonwoo-ya, bagaimana ini... Aku bingung mau membeli apa..." Seungkwan menatapku dengan pandangan memelas.

Aku sendiri jarang membelikan hadiah ketika Mingyu ulang tahun dulu. Lebih karena uangku cukup pas-pasan untuk sekedar membeli hadiah. Apalagi bisa dibilang pernak-pernik lelaki itu mahal sekali.

Sebagai gantinya, aku membuatkan hadiahku sendiri untuk Mingyu. Mulai dari scrapbook sampai box foto. Intinya kerajinan-kerajinan tangan seperti itu. Barang yang tidak berguna, memang. Tapi hanya itulah yang bisa kulakukan.

Mingyu sendiri tidak pernah protes atas hadiah yang kuberikan. Lelaki itu malah terlihat senang. Mungkin karena ia tidak pernah diberikan sesuatu hasil dari buatan tangan. Ya, sepertinya begitu.

Kembali lagi kepada Seungkwan, rasanya aku tidak cukup membantunya kali ini. Aku bilang saja padanya untuk membelikan kemeja karena ia mulai masuk kerja. Seungkwan kelihatan tertarik dengan ideku lalu mengajakku melihat-lihat bagian pakaian pria.

Tak lama, aku mendengar ponsel Seungkwan berbunyi, dan ia mengangkatnya. Wajahnya kemudian berubah panik ketika ia berbicara dengan lawannya di seberang. Beberapa menit kemudian, Seungkwan menutup teleponnya dan menatap gelisah ke arahku.

"Bagaimana ini Wonwoo-ya? Katanya Hansol akan menyusulku kemari..."

-mxw-

Mingyu Pov.

Aku dan Hansol menaiki mobil yang berbeda menuju COEX Mall, tempat pacarnya dan Wonwoo berbelanja. Kami kemudian bertemu di basement parkiran mobil, dan aku langsung bersemangat menyuruh Hansol menelpon pacarnya untuk segera bertemu.

Hansol hanya menatapku heran, tapi tak urung juga ia akhirnya mengikuti permintaanku. Pacar Hansol bilang kalau saat ini mereka sedang berada di area tas wanita di lantai dua, dan aku langsung menyeret Hansol menuju kesana.

Di dalam perjalanan kami menuju lantai dua, Hansol tak henti-hentinya bertanya padaku. Tapi kubilang saja aku ada perlu dengan teman pacarnya itu. Kalau kubilang aku ingin bertemu Wonwoo, pasti Hansol tidak akan setuju dan menyeretku pulang.

Kami telah sampai di pusat tas wanita lantai dua dan tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk menemukan Jeon Wonwoo. Ia sedang bersama Boo Seungkwan, gadis berpipi chubby yang lebih pendek darinya. Pacar sepupuku. Kucolek saja Hansol disebelahku yang masih mencari dan seketika itu juga matanya membulat melihat perempuan yang ada disamping pacarnya.

"Hyung, itu—"

"Ssst..." Aku memotong ucapannya.

"Aku tahu kau mau protes, tapi tidak sekarang Choi Hansol. Tolong, untuk kali ini saja, kumohon kabulkanlah permintaanku..." Aku berkata padanya sambil memelas.

"Aku minta kau bilang saja pada pacarmu tak sengaja bertemu denganku kalau ia bertanya—"

"—dan tolong jangan ceritakan apa-apa masalah Wonwoo padanya."

Us, Who Can't Break Up ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang