Twenty | Wonwoo : Confusion

4.1K 629 48
                                    

"Dia masih mencintaimu, Wonwoo-ya."

Jihoon berkata datar padaku ketika kami sedang berbincang berdua di salah satu kafe. Wajahnya terlihat cuek. Seperti tanpa dosa mengucapkan kalimat tidak bertanggungjawab seperti itu.

"Kau gila. Dia sudah bertunangan." Aku menyeruput dengan gusar milkshake coklatku yang tinggal separuh. Tidak terima dengan ucapan Lee Jihoon.

"Kalau begitu bisa kau jelaskan apa maksudnya meminjamkanmu dua baju hangatnya sekaligus, yang bahkan tidak pernah kau minta? Oh, tidak. Ia bahkan menyuruhmu untuk memilikinya."

Aku terdiam dan menelan ludahku sendiri.

"Jelaskan juga padaku asalan lelaki itu dengan senang hati membuatkan coklat hangat kesukaanmu, yang bahkan lengkap dengan bubuk creamernya. Heol. Si Kim jelek itu masih ingat saja rupanya kebiasanmu."

Kepalaku kemudian tertunduk dan menatap tanganku sendiri yang kini tengah mengaduk asal minumanku yang sudah sisa seperempatnya.

"Dan lalu, dia apa katamu? Mengeringkan rambutmu? Menggodamu? Merangkulmu di depan tunangannya? Astaga. Adakah lagi yang lebih buruk? Apa ia juga menciummu?"

"Yak! Lee Jihoon! Mana mungkin seperti itu kan?" Aku berteriak kesal kepadanya. Namun perempuan itu malah menanggapiku dengan tawanya.

"Akui sajalah Jeon Wonwoo, lelaki itu masih mencintaimu. Dan ia menginginkanmu. Lalu kau mau apa sekarang? Terus-terusan menghindarinya?" Jihoon berkata ketus padaku.

"Lelaki itu menyukaimu, kau juga menyukainya. Lalu apa masalahnya? Ibunya? Sudah kubilang bukan, ibunya tidak memiliki alasan lagi untuk memisahkan kalian kali ini."

Aku cemberut kesal kepadanya. Lagi-lagi Jihoon si pendek itu mengungkit-ungkit masalah Nyonya Kim padaku. Padahal aku sudah tidak mau mendengarnya lagi.

"Tidak Lee Jihoon, aku yakin Kim Mingyu tidak memiliki perasaan seperti itu padaku." Ucapku sambil menghela nafas. Aku ingin segera menyudahi perdebatan konyol dengan sahabatku ini.

"Kalau begitu, katakan padaku alasannya."

Aku menerawang. Menatap kosong langit-langit kafe bercat biru muda di atas kepalaku.

"Entahlah Jihoon-ah, mungkin dia–"

"–terbawa suasana?"

- mxw -

Tiga minggu berlalu, dan tidak ada yang berubah. Junhui masih tetap baik padaku seperti biasanya. Terkadang ia masih mengajakku makan malam, dan kurasa hal itu cukup menyenangkan. Sayangnya aku tidak dapat memandang Junhui lebih daripada seorang kakak. Ya, aku menyayanginya tapi hanya sebatas itu. Junhui sepertinya mengerti akan perasaanku dan menghargai semua yang kulakukan.

Sementara untuk Boo Seungkwan, kadang aku masih mendapatinya menatap aneh padaku. Tapi tidak terlalu kupikirkan, karena sikap wanita chubby itu kepadaku masih sama seperti dulu. Ramah dan bersahabat. Aku bahkan merasa ia semakin baik padaku akhir-akhir ini. Entah apa alasannya.

Tunangan Mingyu, seperti kesal sekali padaku. Ketika rapat gabungan kemarin saja ia membuang mukanya padaku. Heol, tentu saja. Siapa yang tidak kesal ketika tunanganmu menggoda dan merangkul perempuan lain di depan matamu sendiri? Yah, kalo aku jadi dirinya, aku juga akan kesal terhadap sosok bernama Jeon Wonwoo ini.

Us, Who Can't Break Up ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang