Berat.
Siapa-?
Aku masih setengah mengantuk ketika terbangun, sehingga aku tidak begitu menyadari apa yang membuat punggungku terasa berat. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di belakang sana. Aku lalu mencoba berbalik dari posisi tidurku untuk mengetahui apa yang sedari tadi mengganjal tubuhku. Tapi ternyata lebih sulit dari yang kukira, karena kemudian aku merasa seperti ada sesuatu yang terjulur pada pinggangku dan mendekapku erat. Dan ternyata itu adalah–
Tangan.
Tunggu dulu, apa yang barusan kulihat?
Tangan?
Dengan mata yang masih berat, kupaksakan tubuhku untuk berbalik. Ingin tahu siapa si empunya tangan itu. Dan begitu berbalik aku melihat pemandangan seorang lelaki dengan tubuh bongsornya itu, tengah meringkuk merapatkan dirinya padaku: Kim Mingyu.
Aku kemudian memaksakan otakku berpikir-lebih tepatnya mengingat-tentang apa saja yang kulakukan selama sepuluh jam terakhir ini hingga akhirnya aku bisa tidur satu ranjang dengannya. Potongan-potongan memori itu lalu menyeruak ke dalam otakku dan menampilkan rangkaian-rangkaian kejadian yang sangat jelas seperti dalam drama, mulai dari kepergianku dan Kim Mingyu ke Changwon, aku yang mengunjungi makam orang tuaku, aku yang menangis seharian di depan Kim Mingyu, Kim Mingyu memelukku seperti beruang, dan...
Hotel?
.
.
.
10 Jam yang lalu
"Jeon? Kau tidak apa-apa?"
Kim Mingyu bertanya dengan hati-hati pada Jeon Wonwoo setelah tangisan Wonwoo berangsur-angsur berhenti. Perempuan itu tidak menjawab dan malah sibuk menyeka air matanya dalam pelukan Mingyu. Lelaki itu kemudian melonggarkan sedikit pelukannya agar ia bisa menatap wajah gadis di depannya.
"Hey, berhentilah menangis, ya? Kumohon..."
Tangan Mingyu terulur untuk ikut menyeka air mata Wonwoo. Setelah itu lelaki itu kembali mendekapnya sembari mengelus pelan punggungnya.
"Berhentilah menangis, ya? Kalau kau berhenti menangis aku akan mengajakmu kemanapun kau suka."
"Gyu..."
Setelah setengah jam lebih menangis Wonwoo akhirnya membuka suaranya untuk pertama kali, dan membuat Mingyu langsung terfokus dan kemudian menatapnya dengan lekat.
"Hm?"
"Aku lapar..."
Mingyu terkekeh kecil. Merasa lucu atas tingkah Wonwoo yang menangis dan kelaparan di waktu yang bersamaan.
"Baiklah, ayo kita makan."
Waktu kemudian menunjukkan pukul tujuh malam ketika mereka akhirnya sampai ke kedai samgyeopsal langganan Wonwoo. Wonwoo tidak berbicara banyak malam itu. Hanya tertawa sedikit-sedikit ketika Mingyu melontarkan guyonan-guyonannya yang tidak terlalu lucu. Tapi entah mengapa cukup menghibur.
"Jeon, kau tahu? Aku agak lelah malam ini."
"Lalu?" Wonwoo bertanya tanpa menatap ke arah Mingyu. Masih sibuk memainkan samgyeopsal di tangannya.
"Yah, maksudku, aku rasanya tidak kuat kalau harus menyetir pulang ke Seoul."
"Aku saja yang menyetir." Ujarnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Who Can't Break Up ✔
FanfictionKim Mingyu adalah mantan kekasihnya. Diputuskan sepihak oleh Jeon Wonwoo tanpa alasan. Dua tahun mereka berpisah, hingga akhirnya bertemu kembali. Ketika Kim Mingyu berusaha mendekat disaat Jeon Wonwoo berusaha menjauh, siapakah yang akan menang? ...
