pesantren 27

4.3K 236 5
                                    

"Apa dinda bilang? Ga..ma nge-hamilin orang?"

"Plis tante, tante boleh marah atau apapun sama dinda. Ini emang salah dinda" ucap gue menangis ketika melihat wajah tante yolani berubah menjadi pucat dan wajah yang sangat kaget

"Mana gama sekarang?"tanya tante yolani dengan menahan amarah dan tangisnya

"Suruh dia pulang, ada yang harus ia bicarakan dengan saya dan ayah nya" lanjutnya dengan dingin, dan pergi ke kamar nya. Sedangkan gue hanya bisa menangis di meja ruang tamu, yang terbuat dari marmer ini.

Gue mencari telepon dan segera menelpon gama untuk segera kesini, kerumahnya.

"Apa orangtua kamu udah tau dinda?"tanya tante yolani ketika tidak lama keluar dari kamar nya dengan wajah yang sembab.

"Orangtua dinda nggak ada yang tau tan, tapi dinda emang udah bilang sama mamah kalo dinda emang udah putus sama Gama. Dinda udah tau ini sejak lama"

"Tante pedahal selalu mengaharapkan kamu untuk menjadi menantu, nantinya. Tapi setelah tante tau tentang semuanya, tante bener bener minta maaf tentang kelakuan anak tante yang udah bikin hati kamu sakit hati" balas nya dan mengucurkan kembali air mata di pipi yang sudah mulai keriput, mulai menua. Gue merasakan dimana rasa sakit nya hati seorang ibu, dimana ia tau bahwa anak laki laki nya meng-hamili anak orang, yang jelas jelas ia tidak tau siapa wanita tersebut.

"Aku udah anggap tante sebagai mamah aku sendiri, aku berterimakasih banget apa yang selama ini tante lakuin dan perhatiin buat aku. Aku sama sekali nggak pernah benci tante, tante punya anak yang kuat,tangguh, dia sangat tampan. Tante nggak harus benci dia, tante hanya cukup benci sikap nya. Sikap yang harus di ubah" balas gue mengelus ngelus punggung tante yolani yang sesegukan karena menangis.

Tidak lama dari itu, suara mobil terdengar di garasi luas nya gama. Terlihat om herman keluar mobil dengan gama, om herman terlihat raut wajah nya yang menakutkan penuh amarah. Kenapa bisa gama bareng sama om herman? Apa mereka bertemu dijalan? Apa gimana? Masih saja terlintas pikiran tersebut.
Om herman masuk ke dalam rumah membanting tas leptop yang ia bawa dan melepaskan dasi nya, di susul oleh gama yang berdiri tepat di dekatnya.

"KAMU PIKIR PAPAH NGGAK MALU APA TAU ANAK PAPAH NGE-HAMILIN ANAK ORANG" bentak om herman di hadapan wajah gama, sedangkan wajah gama yang terlihat tampan kini usai dengan wajah rasa takut dan gelisah, ia tidak berani menatap wajah ayah nya tersebut.

"KURANG APA SAYA KE KAMU? SAYA UDAH NGASIH APA YANG KAMU BUTUHKAN! SAYA SUDAH MENDIDIK KAMU DENGAN BENAR TAPI KENAPA KAMU MALAH BEGINI?" Bentak om herman dengan kesal nya hingga menyebut diri nya sendiri 'saya'.

Terlihat lebam dan sedikit mengeluarkan darah dari sudut bibir merah gama. Ayah nya baru saja menghantam pipi nya dengan se-bogem tangan. Hingga ia terjatuh ke lantai, ia sama sekali tidak melawan.

"Pah, udah pah. Biarin gama ngejelasin semuanya"tahan tante yolani yang memegang tangan om herman dan menariknya untuk menjauhkan diri dari gama. Dan membawa nya untuk duduk di kursi.

Gue yang melihat kejadian itu hanya terdiam dengan tangisan yang tersedu-sedu, melihat antara dimana ayah sedang menghukum anak nya. Ini sangat memilukan, ini masih gama yang gue kenal diam,tidak pernah melawan orangtua. Tapi ini bukan hati yang gue kenal, ia yang rela melihat gue menangis dibandingkan ia yang sama sekali nggak rela untuk melihat sarah tahu bahwa kita sudah putus.

"Siapa wanita jalang yang sudah membuat mu jatuh cinta? Siapa gama?!" Tanya om herman, sedangkan gue berusaha membuat gama berdiri dan duduk di kursi.

"Dia adalah sarah, saya tidak mencintai nya. Dia adalah wanita yang membawa saya untuk berada di kehidupan nya, ia yang membiarkan saya untuk.... meng...gaulinya" jawab gama dengan wajah yang masih menuduk, ia pasti menyesesal!

PESANTREN, I'M COME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang