pesantren 38

3.6K 196 2
                                    

"Fir, makan dulu lah ayo" meysha membujuk fira yang susah makan akhir-akhir ini. Dan membawakan sepiring nasi dan lauknya.

"Gue bukan anak kecil, nggak usah di suapin" balas shafira masih menggenggam pulpen dan tertuju hanya kepada lembaran kertas tugas nya.

"Mau sampe kapan coba mogok makan?"tanya meysha

Sedangkan gue, ririn dan karina hanya melihat mereka berdua. Meysha sudah kode mata dengan artian "gue harus gimana nih?"

"Yaudah fir, lo jelasin ke kita semua lo maunya gimana. Lo kan paling dewasa di antara kita semua, harusnya lo jangan gini dong" ucap ririn

"Gue ngga mau apa-apa"

"Yaudah kenapa sikap lo berubah kayak gini?"tanya meysha, sedangkan shafira bangun dari duduknya dan pergi keluar.

Karina akan menghampiri nya namun shafira segera menghadap ke belakang. Dan bilang "stop, nggak usah kejar gue"

Gue disini masih merasa sangat bersalah, gue seakan - akan memang menikung nya. Gue kenapa setega itu sih sama shafira, pedahal jelas dia nggak pernah ngelakuin yang bikin hati gue sakit. Seolah-olah gue dan algi adalah salah satu pasangan yang bahagia ketika berdua, tapi ketika gue ingat kembali kita adalah bukan salah satunya. Namun kita adalah salah satu hubungan yang rumit, disisi lain gue sayang sama algi tapi gue nggak mau nyakitin hati shafira. Tapi jelas hati gue nggak pernah mau jauh dari algi, jelas gue merespon nya.
Dibalik itu, gama masih menghantui. Dia masih berdiri menunggu gue untuk berbalik kepadanya. Tapi gue masih menghadap ke depan untuk memperlihatkan ke algi,kalo gue emang sayang. Gue nggak bohong.

"Kalo gini terus mau gimana lagi?" Tanya karina kepada kami.

"Gue nggak mau sampe harus shafira keluar dari kamar kita,dan milih pindah ke kamar lain" ucap meysha

"Yaudah kita tungguin aja,sampe kapan selesai marah nya"

"Gue nggak mau tau, kita harus minta bantuin algi. Buat balikin mood nya" ucap meysha

"Iya entar aja minta bantuan nya, kasian algi lagi latihan futsal buat final besok" balas ririn.

Sedangkan gue tidak merespon apapun, gue hanya melihat mereka berbicara. Gue nggak mau salah omong.














---













"Lo mau pesen apa?"tanya furqon ketika berada di sebuah cafe bersama ririn.

"Gue nggak mau apa-apa"

"Mas"panggil furqon kepada seorang pelayan

"Ice Cappucino nya dua, sama steak nya dua" ucap furqon ketika memesan.

"Buat siapa dua?" Tanya ririn

"Buat lo sama gue"

"Gue kan tadi bilang nggak mau apa-apa"

"Ya takut aja nanti lo laper"

"Terserah" balas ririn dengan ketus.

Untuk ajakan furqon kemarin makan akhirnya kesampaian juga. Mereka makan disebuah cafe, sekarang menunjukan pukul sepuluh pagi. Pergi dari pesantren,karena masih ada lomba, memanfaatkan waktu untuk keluar dibanyak keramaian orang.

"Kenapa sih lo sekali aja buat nggak marah sama gue?" Tanya furqon

"Gue nggak marah"

"Iya, tapi lo selalu ketus terus tiap gue nanya"

"Lo nya aja yang baper"

"Gue aneh deh rin sama lo, emang selama ini gue salah apa? Gue cuma mau ngajak lo ngobrol aja, gue cuma pengen deket sama lo. Tapi kenapa sih lo malahan kayak nggak suka? Lo seolah-olah nggak anggap gue"

"Kalo lo emang serius mau deketin gue, halalin gue jangan cuma main deket kemudian pergi"

Furqon menghela nafas panjang.

"Yaudah gue mau halalin lo" ucap furqon tiba-tiba membuat mata ririn terbelalak.

"Apaan sih lo nggak usah becanda!" Bentak ririn.

"gue nggak becanda, gue serius. Gue udah nungguin lo dari lama"

"Gue... ng...nggak bisa"

"Loh kenapa emangnya,"

"Gue... gue udah nggak perawan. Dan gue tau setelah ini lo bakalan pergi dan nggakan suka lagi sama gue"

"Hah? Ko bisa?"

"Ini ceritanya panjang, gue nggak percaya sama cowok. Kalo emang dia sayang gue pengen dia langsung halalin gue nikahin gue bukan cuma pacaran yang nggak jelas"

"Gue siap buat halalin lo secepatnya disaat kita udah lulus SMA nanti"

Sedangkan ririn hanya tersenyum dan sedikit menitikan air mata.














---














Gue mendekati shafira yang sedang duduk dibangku semen menghadap ke lapangan.

"Lo masih marah sama gue fir?"tanya gue, dia menoleh ke arah gue.

"Ngapain lo kesini? Lo nggak cape ganggu gue terus?"tanya nya dengan ketus

"Gue nggak bermaksud buat bikin hati lo sakit,"

"Yakin nggak bermaksud? Kalo emang nggak bermaksud ngapain terus ngedeketin algi? Lo seneng hubungan pertemanan gue sama algi rusak? Lo itu emang cuma perusak hubungan orang doang din," ucap shafira membuat gue tertegun.

"Yaudah gue minta maaf sama lo, gue bakalan jauhin algi kalo itu emang mau lo" ucap gue pada dinda.

"Telat" balasnya dan pergi meninggalkan gue sendiri disini, sampe kapan sih fir lo nggak maafin gue?

Tiba-tiba bang rifat menghampiri dengan senyuman manis nya.

"Eh kak"

"Din, mau liat algi main futsal nih?"

"Hehehe, nggak juga. Kak rifat ngapain juga nih?"

"Eh din, besok jalan yuk" ajak kak rifat kepada gue.

"Jalan kemana kak?"

"Kemana aja gampang lah, kak rifat mah banyak tempat yang seru"

"Meysha nanti marah gak?"

"Nggaklah, kita kan sodara jauh din mana mungkin sih dicurigai"

"Yaudah deh, besok ya."

"Iya din, eh iya aku udah ketemu mantan kamu loh"

"Mantan aku?"tanya gue kebingungan

"Iya mantan kamu yang waktu itu diceritain ke kak rifat"

"Ohiyaiya, kok tau sih?"

"Iyalah kan kak rifat liat kamu lagi ngobrol sama dia kemaren" sedangkan gue hanya mengangguk-ngangguk saja.




---

Maaf ya kalo gaje, otaknya lagi buntu. Insyaallah sebentar lagi bakalan selesai.

PESANTREN, I'M COME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang