Tiffany POV
"terimakasih atas perhatiannya hari ini, jangan lupa kerjakan tugas kalian dan persentasi minggu depan.." ucapku mengakhiri mata kuliah hari ini.
Saat jalan di koridor tak sengaja aku menabrak seorang pria entah aku atau dia yang menabrak.
"mianhae, sorry.." ucapnya dan segera membantuku untuk membersihkan serakan kertas yang jatuh, aku masih tak menjawabnya.
"I'm so sorry, let me help you.." sambil mengambil alih berkas yang ada di tanganku.
"It's ok. It was my fault. I dont saw my way" aku mengambil berkas yang ada di tangannya kembali. Matanya berwarna hazel mungkin dia blesteran dan faseh dalam pengucapan bahasa inggrisnya tadi, saat aku berfikir sejenak ia melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.
"hello Ms.." aku langsung salah tingkah.
"owhh iya.." singkatku.
"bisakah saya membantumu Ms.." tanyanya sambil tersenyum.
"tidak usah aku bisa sendiri.." aku meninggalkannya namun orang itu mengekor di belakangku.
"kenapa masih mengikutiku.." aku sedikit berdecak.
"karena saya ingin membantu Ms" ucapnya santai dan menundukkan kepalanya, dasar anak kemarin sore batinku. Dengan terpaksa aku memberikan berkas-berkas yang aku bawa kepadanya, memang sedikit berat, ada untungnya juga.
"anda tahu Ms, saya mengidolakan Ms. dari lama namun sayang Ms. tak pernah masuk dalam kelas kami, terkadang saya mencuri-curi bolos hanya untuk melihat Ms. yang sedang mengajar.." aku mulai tidak nyaman dengan percakapannya, memang tak hanya satu dua kali aku sering mendengar pengungkapan dari mahasiswaku ataupun dosen-dosen muda yang belum menikah.
"Ms tidak mendengar yang saya katakan?" tanyanya sambil mengembalikan buku ke rak buku yang ada di perpustakaan ini, sudah kebiasaanku saat mengajar membawa satu buku untuk menjadi pedoman saat ngajar. Dan aku hanya tersenyum dan mengangguk, aku duduk di sofa bundar favoriteku, karena warnanya pink aku jadi suka duduk di sofa itu dan sofa itu mempunyai filososi yang penting bagi hidupuku.
Anak laki-laki itu juga mengikutiku duduk di sofa, dia bernama Peter.
"Ms jika saya mengajak Ms sekedar menonton apakah Ms akan menolak?" tanyanya dan aku hanya mengangguk.
"apakah Ms sudah ada yang punya? Maksud saya ya seperti suami atau pacar?" tanyanya kembali dan aku tak menjawab karena tiba-tiba seseorang muncul dan sedikit mengeraskan suaranya.
"IYA DIA UDAH ADA YANG PUNYA.." ucapnya sambil duduk di sampingku, siapa lagi kalau bukan wanita yang aku cintai selama ini.
"maksud kakak apa?" astaga dia memanggil Taeyeon kakak, aku baru sadar kalau Taeyeon hanya memakai hoddie dan jeans ripped serta sepatu boot warna hitam dan snapback hitam tak lupa tas ranselnya. Apakah dia tidak pergi ke kantor? Tanyaku dalam hati. Aku hanya diam membiarkan mereka berbicara.
"iya wanita yang di sampingku ini sudah ada yang punya, bahkan dia sangat cinta mati dengan Ms. Tiffanymu ini, jadi jangan macam-macam kalau tidak mau bermasalah dengannya." Peter sedikit menelan ludahnya dan aku hanya terkekeh. Sedangkan Taeyeon menyeringai dan memainkan mata kanannya, aku menyenggol lengannya malu-malu.
"ahhh... jadi begitu ya kak? Apakah kakak sangat dekat dengan Ms Fany hingga kakak tau tentang Ms Fany.." Taeyeon hanya memutar kedua matanya, dan menatap intens anak laki-laki itu.
"itu rahasia, kamu tak akan pernah bisa mendekatinya, dan sekarang lebih baik kamu kembali ke kelasmu.." ucapnya sarkastik. Dan Peter menuruti kata-kata Taeyeon dengan ekspresi yang tak bisa ku jelaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
FanfictionCerita ini mengandung unsur 21+ dan GxG heheh aku ingetin lagi ya.. Disini Tiffany jadi dosen Taeyeon, dimana umur mereka tidak jauh beda karena saking pintarnya Tiffany lulus kuliah duluan. Tapi Tiffany mengalami nasib yang buruk sehingga dia hampi...