Author POV
Sudah berapa kali ia mondar-mandir di koridor ini, wajahnya terlihat amat sangat kawatir ketika mendapat kabar bahwa kekasihnya sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Tak di pedulikan lagi tentang berkas yang menumpuk di mejanya. Kaki nya dengan lincah menancap gas mobil, di sapu-sapunya debu jalanan.
Sesekali menghembuskan nafas berat, saat dokter membuka pintu ia langsung menghujami dokter dengan pertanyaan yang memperlihatkan dirinya bahwa ia sangat kawatir dengan kekasihnya itu.
"dokter bagaimana keadaannya? Dia tidak kenapa-kenapa kan dokter, katakan padaku.." tanyanya bertubi-tubi kepada dokter yang bernama Kim Tan dan merupakan salah satu dokter pribadi keluarganya.
"sabar Taeyeon biarkan aku menjawab satu, kekasihmu baik-baik saja, ia hanya kelelahan dan ia harus dirawat selama 3 hari saja.." papar dokter Kim Tan.
"ahh leganya, makasih kalau begitu" Taeyeon membungkukkan badannya dan menghampiri Tiffany yang ternyata sudah sadarkan diri.
Langkahnya sangat lembut dan wajahnya merautkan kekhawatiran, rambutnya terlihat tidak tertata. Karena saat di runag tunggu ia seperti orang frustasi.
"sayang kamu kenapa bisa pingsan emm .." di cium pucuk kepala Tiffany dan menggenggam kedua tangan Tiffany.
"entah Tae, tadi aku merasa pusing"
"aku sangat mengkhwatirkanmu, cepat sembuh ya.." di rengkuhnya tubuh Tiffany dalam pelukannya, tak terasa air matanya menetes. Tiffany menyadari itu dan mendongakan wajahnya menatap wajah Taeyeon.
"uljima Tae.." Taeyeon tersenyum dan merapikan anak-anak rambut Tiffany, Tiffany menghapus air mata Taeyeon dengan jarinya.
"istirahatlah sayang" ucap Taeyeon penuh lembut. Tiffany hanya mengangguk dan menuruti ucapan Taeyeon.
Tiffany POV
Beberapa hari ini tubuhku terasa lelah dan pusing di kepala terus melandaku, namun aku tidak ingin terlihat lemah di depan Taeyeonku. Aku tau jika aku mengatakan padanya bahwa aku merasa tidak enak badan pasti ia akan sangat khawatir.
Aku adalah wanita yang sangat beruntung bisa memiliki kekekasih yang sangat peduli denganku. Mungkin tidak seperti manusia normal lainnya di luar sana, tapi aku merasa bahagia. Aneh tapi nyata, cinta ini makin tumbuh makin besar untuknya, begitupun rasa cemburuku makin tumbuh jika melihatnya bersama pria lain terlebih dengan wanita. Pesona nya tak pernah pudar.
Ahhh lagi-lagi hari ini aku harus menatap layar laptop, pusing ini makin menjadi. Saat aku ingin mengambil air minum tiba-tiba suasana di ruangan ini terlihat gelap dan gelap. Mataku terpejam dengan sendirinya dan aku mendengar suara kegaduhan, tubuhku terasa terangkat, sedikit demi sedikit aku tidak bisa mendengar suara kegaduhan yang terjadi.
Perlahan-lahan aku membuka mataku, dimana ini bukan tempat terakhirku berpijak. Bau di sekitar ku ini seperti obat-obat, benar ini rumah sakit setelah melihat jarum dengan sempurna menempel pada pergelangan tangan kananku.
Aku melirik ke arah pintu, Taeyeonku berada di luar. Terlihat jelas wajah kawatirnya walaupun samar-samar. Saat ia memasuki ruangan ini, wajahnya begitu sedih dan khawatir. Lalu aku tersenyum padanya.
"sayang kamu kenapa bisa pingsan emm .." tanyanya dengan raut yang khawatir lalu mencium pucuk kepalaku dan menggenggam kedua tanganku.
"entah Tae, tadi aku merasa pusing" jawabku singkat.
"aku sangat mengkhawatirkanmu, cepat sembuh ya.." di rengkuhnya tubuhku dalam pelukannya, tak terasa air matanya menetes. Tentu aku menyadari itu, aku mendongak menatap wajahnya.
"uljima Tae.." ucapku, Taeyeon tersenyum dan merapikan anak-anak rambutku yang terjuntai bebas. Ku hapus air mata yang menetes dengan jariku.
"istirahatlah sayang" ucap Taeyeon penuh lembut. Aku mengangguk dan menuruti ucapannya.
Tuhan aku merasa bersalah dengannya, seharusnya aku tak membuatnya khawatir seperti ini. Bisa kurasakan tangannya mulai mengelus-ngelus rambutku, aku merasa nyaman dengan hadirnya Taeyeon di sekitarku. Tubuh yang terasa sakit seperti hilang begitu saja saat batang hidungnya terlihat.
Taeyeon POV
Aku seperti kekasih yang buruk tak memperhatikan kesehatan kekasihnya. Sungguh menyesali karena terlalu sibuk dengan berkas-berkas yang makin menumpuk. Bagaimana bisa Tiffany tiba-tiba pingsan.
Tuhan aku sangat khawatir dengan kesehatannya. Cepat sembuhkan kekasihku. Tak tega aku melihatnya tergelatak di ranjang rumah sakit, dengan pergelangan yang di tusuk dengan jarum. Aku tau kalau dia sangat takut dengan jarum, tapi di depanku mencoba untuk menghilangkan rasa takut itu.
Sudah dua hari ia menginap di rumah sakit ini, aku lega karena saat aku ke kantor umma ataupun appa menjenguknya begitupun dengan teman-temanku. Lihatlah walaupun dengan wajah yang pucat pasi ciptaan-Mu ini tetap terlihat cantik dan ceria. Aku tak pernah bosan melihat senyumnya yang indah itu.
Sangat berat rasanya meninggalkannya sekarang ini. Ingin rasanya aku membatalkan semua kerjasama dengan perusahaan lain dan hanya fokus pada kesehatan kekasihku ini. Tapi ia melarangnya karena aku tak boleh egois ungkapnya.
"sayang.. Fany-ahh... aku tinggal mencari sesuap nasi dulu ya" ucapku sambil mengecup dahinya.
"yes baby, be careful right. Jaga mata dan hatinya yaaa.." aku tersenyum mendengar kata-katanya.
"always sayang, aku selalu mengingatmu jadi jangan khawatir" ucapku sambil mencium pipi dan beralih pada bibirnya. Aku sungguh tak tau malu padahal sekarang di sampingku ada umma.
"Tae maluu.." pipinya merona. Tiffany mendorong tubuhku dengan lemah.
"kenapa malu sih. Kan itu sudah biasa untuk pasangan, ya kan umma?" ucapku dengan melirik umma, ohh apa yang terjadi pipi ummaku merona juga melihat aksi kami berdua.
"omo omo omo.. umma kenapa pipi umma merona juga?" tanyaku pada umma dengan mata yang membulat.
"aishhh.. umma mengingat masa muda umma Taengoo-ahh.." balas umma dengan malu-malu.
"ckckckc kalian berdua memang yaa, ahh sudah aku berangkat dulu. Sayang jangan lupa makan siang ya, dan umma jika kekasihku yang susah makan ini tidak mau makan pecat aja dari menantu ya umma, dia kadang sangat bandel umma.." Tiffany memukul lengannku dan umma hanya tersenyum.
Aku beranjak dari kursi dengan berat hati. Saat berada di ambang pintu aku berbalik badan dan mencium kekasih ku kembali. Sontak membuat kedua wanitaku ini kaget. Aku hanye nyengir kuda.
"heheheh.. masih kurang tadi" Tiffany hanya diam begitupun umma. Tak lupa pipi umma ku cium dengan tiba-tiba. Ummapun kaget aku hanya tertawa meninggalkan mereka berdua dengan keadaan yang mematung.
"AHAHHAHAHHAHAH..." ketawaku jelas saat menutup pintu. Ahh mereka berdua bisa kupastikan pipinya merona seperti udang rebus.
.
.
.
Mian baru update.
Aku sungguh senang ternyata banyak yang minat membca FF gadanta ini. Ga nyangka udah 20K lebih yang baca :" aku terharu. Awalnya aku ga yakin untuk nulis di wattpad, takut gak ada yang minta, ehh ternyata :" ya ampun..
Makasih yang setia komen dan vote buat FF ini :" yang sabar aja nunggu updateannya, kehidupan kampus sangat keras :") kalau ada waktu luang pasti aku sisihkan buat nulis kok :"
SEKALI LAGI MAKASIH GUYS. SAYANG KALIAN!!!! :******
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
FanfictionCerita ini mengandung unsur 21+ dan GxG heheh aku ingetin lagi ya.. Disini Tiffany jadi dosen Taeyeon, dimana umur mereka tidak jauh beda karena saking pintarnya Tiffany lulus kuliah duluan. Tapi Tiffany mengalami nasib yang buruk sehingga dia hampi...