You're Not A Good Liar - 46

22.6K 1K 63
                                    

Happy Reading.

Karel membuang arah pandangnya ke mana saja asal tidak memandang dua manusia tak punya malu. Okay. Katakan saja dia kurang kerjaan karna membuntuti Jessie dan lelaki tinggi itu. Dan tebak apa yang mereka lakukan?

Berpelukan di tepi jalan. Ya. Hal wajar memang mengingat negara yang tengah dipijaknya adalah negara bebas. Bahkan kegiatan semacam ciuman sudah biasa.

Ah, jadi itu Mark? Well, Jessie benar-benar bodoh karna memilih lekaki itu. Oh ayolah! Lihat saja! Bahkan tinggi lelaki itu menjulang meninggalkan sebatas dadanya saja. Jessie terlihat kerdil dan tak pantas untuknya. Karel berdecak kemudian mengutuk tangan lelaki yang merangkul pinggang gadis itu.

Sial. Sial. Sial. Karel merasa ada sesuatu yang membakar hatinya. Bodoh. Tiba-tiba saja dia mengutuk dirinya.

Pada akhirnya Karel memilih untuk berbalik dan kembali ke hotel. Lebih baik dia tidur untuk mempersiapkan rencananya menjadi perusak. Ya... benar-benar perusak yang sebenarnya.

***


BRAK! BRAK! BRAK!

Ketukan pintu—ah tidak! Jauh lebih pantas gedoran brutal itu membuat dua anak manusia itu bergerak pelan. Salsha langsung mengambil guling untuk menutup telinganya. Ah...dia begitu lelah. Sangat amat lelah. Sedangkan Iqbaal yang telah mencabut diri dari tidur nyenyaknya harus menggerutu sebal.

BRAK! BRAK! BRAK!

Suara itu kembali berbunyi. Tidak mengurangi intensitas kuatnya. Iqbaal langsung bangun dengan cepat. Rambutnya acak-acakan dan matanya merah. Ugh! Menggelikan. Kemudian dia bangun dari ranjang, bergerak menuju pintu untuk melihat siapa si pembuat kerusuhan.

"Kenapa lama? Tangan Aqila sampai merah karna ketuk pintu dari tadi!" Semburan itu Iqbaal dapatkan ketika ia baru saja membuka pintu.

Aqila di sana. Dengan piyama keropi hijau dan wajah tertekuk sebalnya. Sedangkan Nicole yang mengenakan piyama shaun the sheep itu memeluk boneka lotso sembari menatapnya lekat. Ah, Iqbaal tak bisa marah pada dua malaikat kecilnya jikalau begini.

"Mama mana? Aqila mau bangunin mama," ucap Aqila sembari berjalan masuk sebelum Iqbaal menghadapnya.

"Biar Papa aja yang bangunin. Kamu mandi aja nanti kita jalan-jalan," jawab Iqbaal sembari merentangkan tangannya.

Aqila mengernyit heran, ah lebih tepatnya curiga. Mata bulatnya itu memicing ke arah papanya dengan sinis.

"Kenapa?" tanyanya pada Iqbaal.

"Eum...gak boleh aja. Udah kamu mandi sana."

"Jalan-jalan kan, Pa?" sahut si bungsu dengan mata berbinar.

"Iya. Adek ajak kakak mandi."

Mata Aqila menyorot tak suka, "Kasih tau satu alesan yang masuk akal kenapa aku gak boleh masuk."

Err... Iqbaal mengutuk satu sifat Aqila yang ini. Lelaki itu memutar otaknya, berpikir keras untuk mencari alasan yang pas.

"Karna memang gak boleh, Sayang," ucapnya memberi tatapan pengertian pada Aqila agar mengerti.

"Iya kenapa?"

"Karna memang enggak boleh." blam! Pintu tertutup kemudian. Aqila mendelik menatap pintu bercat putih gading itu.

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang