Games - FF Sword Fight

525 12 0
                                    

Putu Felisia:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putu Felisia:

Tring! Tring!
Pukulan bersahut-sahutan dengan tendangan. Sabetan pedang terayun mantap. Bai Xue melompat dan berputar di udara, bersiap melayangkan serangan paling mematikan. Ujung pedang mengenai sehelai rambut lawan. Helaian itu gugur di udara. Jatuh tercampakkan di tanah.
"Sampai kapan kita akan bertarung seperti ini, Xue-er?"
Pedang itu teracung di depan Bai Xue. Perempuan itu berdiri mantap. Sama seperti laki-laki berbaju zirah di depannya.
"Sampai kapan seorang lelaki akan menindas seorang perempuan lemah?" Jawabnya sinis.
"Xue-er... kau lupa dengan siapa kau berhadapan? Aku--Pangeran Ming ini adalah suamimu! Laki-laki yang mencintaimu!"
"Puih!" Bai Xue menusukkan pedang ke depan. Gerakan menghindar sang pangeran membuat serangan itu hanya mengenai udara kosong. Beberapa gerakan menyambung pertarungan mereka. Berpuluh tahun dalam pelarian telah membuat Bai Xue semakin kuat. Pangeran Ming tak menyangka, akhirnya pedang Bai Xue kini menempel di dadanya.
"Tidakkah kau merasa kata cinta dari mulutmu itu terdengar menjijikkan?" Bai Xue menggerakkan alis, "Cinta sejati itu sopan adanya. Tidak manipulatif. Adil dan berada dalam jalan kebenaran."
Pangeran Ming tertawa terbahak-bahak. Tapi Bai Xue melanjutkan kalimatnya. Tangannya masih menggenggam pedang menyiratkan ancaman.
"Jika kau menganggap perempuan yang diseret ke dalam tandu pernikahan mampu kau jadikan seorang istri, maka kau salah besar!"
Tangan Bai Xue bergerak menancapkan pedang itu. Mulut Pangeran Ming segera menyemburkan darah. Tapi dia tetap tertawa geli. Kekuatannya besar, tentu saja. Luka itu tak berarti apa-apa.
Dan pertarungan itu masih panjang...

 Dan pertarungan itu masih panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hudatun Nurrohmah:

Anna sedikit berjinjit ketika pedangnya yang tajam menyentuh leher Pieter. Anna menekan pedangnya. Namun, Pieter masih menatap dengan tatapan yang sama. Anna mendengus, kemudian menjatuhkan pedangnya.
"Jangan remehkan aku lagi. Atau kau benar-benar tidak akan bisa menatapku dengan pandangan kotormu itu!"

Pieter mengulum senyumnya,"Kau, seorang putri. Anna, dan sebentar lagi menjadi permaisuri..."
"Apa kau pikir, aku peduli? Aku, Anna Valensie. Satu-satunya Lady yang akan menjadi ratu di kerajaan negeri ini. Tanpa bantuan laki-laki! Satu lagi, Jika kau tetap memaksa menikah denganku, aku akan menusukkan pedangku ke arah jantungmu. Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku!"
"Aku mencintaimu, Princess Anna!"
Tiing!! Pedang itu bertumbukan dengan baju Zirah pangeran, menyisakan keheningan antara keduanya. Jika kalian lihat, di taman yang indah dan besar itu... masing-masing dari mereka menyimpan cinta dan kebencian yang sama.

 masing-masing dari mereka menyimpan cinta dan kebencian yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maya Batari:

"Aku tidak akan pernah mau pergi denganmu!" wanita itu mundur beberapa langkah. Pedangnya tak mampu melukai sedikitpun kulit pria itu. Dengan memasang wajah tenang menyebalkan, pria itu mendekat tanpa takut ke arah sang wanita.

Dewi Kenanga mengacungkan pedang mengkilat miliknya ke arah pria itu. Kedua bola mata indahnya memancarkan keteguhan tekad. Dia mulai takut dengan perasaannya sendiri.
"Tapi kau harus kembali." pria itu berusaha membujuk dengan suara tenang.
"Pergi! Dan jangan pernah menemuiku lagi!" teriakan Dewi Kenanga membuat sekelompok burung di atas dahan beterbangan karena kaget.
"Bukan aku yang menginginkannya. Tapi pedang itu yang sudah membuat kita tak bisa terpisah satu dengan yang lain."
Pedang yang sudah menempel di leher pria itu tampak bergetar. Bagus Kamajaya memanfaatkan kesempatan itu untuk menguasai keadaan. Dengan gerakan cepat, jari-jari tangannya menotok beberapa bagian penting tubuh wanita itu.
"Kau masih saja licik seperti biasa!" Dewi Kenanga pasrah ketika pedang kebanggaannya itu terjatuh ke tanah.
"Panggil namaku, maka aku akan melepaskanmu."
"Jangan harap!"
Tangan halus pria itu mulai membelai kulit pipi Dewi Kenanga yang lembut. Sorot mata hitamnya, terlihat penuh hasrat kerinduan.
Seketika kebencian dan kekesalan luar biasa, seakan menguar dari tubuh Dewi Kenanga. Sentuhan itu sudah membuatnya terlena. Tubuhnya mendambakan pria itu. Dia benci mengakui, jika ada cinta di dalam hatinya.
"Kanda Bagus Kamajaya." bisik Dewi Kenanga parau.
"Ya, Dinda. Akupun sangat merindukanmu."
Cahaya putih menyilaukan keluar dari tubuh Bagus Kamajaya. Cahaya keperakan itu menyelubungi tubuh mereka berdua, berpadu dengan cahaya keemasan yang menguar dari dalam tubuh Dewi Kenanga.
"Sejauh apapun aku pergi. Diri ini selalu saja hanya milikmu, Kanda."
"Akupun begitu adanya, istriku."
Pedang Kencana yang bersemayam dalam tubuh Bagus Kamajaya, dan warangka yang menyatu dengan Dewi Kenanga. Keduanya takkan dapat terpisah. Seperti cinta yang perlahan tumbuh di hati keduanya.

^_^ Terima kasih sudah berpartisipasi ^_^

#KelasGames diadakan tiap Jumat ^_^


Cerita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang