Fanfiction GA Finding Destiny

87 1 0
                                    

KelasPraktekGA #FindingDestiny #RomanceAdventure #Fanfiction

Membuat sebuah adegan dengan film sebagai sumber inspirasi, setting dan penokohan.

Frozen by Stefany Jovita
--------
“Adikmu mati! Karenamu!”
.
Seketika, Elsa merasa seluruh dunianya berputar. Matanya melirik-lirik tak menentu, seakan mencari bayangan adiknya yang seharusnya masih hidup. Namun, kata-kata Hans mengingatkannya akan rasa takut yang selama ini dia pendam. Dalam dingin yang seharusnya nyaman, untuk pertama kalinya Elsa terjatuh lemas.
.
Bersamaan dengan itu, kabut putih yang menyelimuti Arendelle bergerak menjauh dalam satu entakan.
.
Tak jauh dari sana, Anna berdiri gemetaran. Tanpa badai penghalang, dia bisa melihat jelas sesosok pria di depannya. "Kristoph?" ucapnya lemah.
.
Kristoph pun menyadari Anna. Tak buang waktu, pemuda itu berlari ke arahnya, sementara Anna mengangkat kakinya yang lemah satu demi satu menuju Kristoph. Napas keduanya memutih seiring tenaga dikerahkan. Masing-masing dari mereka sudah mengakui perasaan. Jarak semakin menyempit, meski tidak bisa terbilang dekat.
.
Namun, suara denting membuat Anna menoleh.
.
Hans tengah mengangkat pedang, mengarahkannya pada Elsa. Melihat kembali ke Kristoph, Anna mengepalkan tangan erat-erat, lalu mengambil sebuah keputusan.
.
Dia berlari sekuat tenaga, masuk di antara Hans dan Elsa, lalu mengangkat tangannya. "Tidak!"
.
Mulai dari dada, tubuh Anna membeku. Ketika es mencapai seluruh jemarinya, pedang Hans membentur tangan itu dan patah. Seakan ada gelombang ledakan tak terlihat, Hans terpental.
.
Anna masih sempat mengembuskan napas putih terakhirnya dari balik tubuh es itu.

----------------------------------------
The100 by Inasni Dyah R

Bellamy memejamkan mata, meresapi kata-kata Clarke dari radio. Enam tahun tujuh hari mereka berpisah, dan selama itu Bellamy merasakan kelegaan paling menenangkan.

Petugas Gargarian, pesawat luar angkasa yang membawa narapidana, memberinya radio itu sejak Bellamy dan enam temannya tertangkap. Dia hanya perlu menahan perlawanan, maka suara Clarke bisa dia dengar setiap hari.

Bellamy ingat, Clarke pernah berkata, ia memiliki hati yang besar. Namun untuk bertahan hidup, dia juga perlu otak cemerlang. Seharusnya, Bellamy bisa mengandalkan Clarke untuk urusan itu. Seharusnya, Bellamy tidak meninggalkannya. Dan tidak bertemu kembali dengan cara seperti ini.

Bellamy dan enam temannya digiring ke arah pintu keluar. Desisan besi yang turun memenuhi udara. Cahaya matahari menyelinap, sebelum kemudian menyilaukan. Matanya segera mencari di antara pepohonan dan hamparan tanah luas. Hingga menemukan gerakan di sudut kiri matanya.

"Bellamy...?" Seorang gadis berambut sebahu, dengan sapuan warna merah di beberapa helainya, menatap Bellamy dengan pandangan berkaca-kaca.

"Clarke," pria itu membalas, tersenyum senang. Dengan tangan terikat dan pengawasan petugas Gargarian, Bellamy membiarkan Clarke berlari dan memeluknya.

Persis seperti enam tahun lalu.

Seperti yang seharusnya terjadi.

--------------------------------------------
Eragon by Shirley Du Assa

Eragon memacu kudanya lebih kencang.  Dibelakangnya, puluhan Urgal masih memburu dengan membabi buta. Mereka membabat dan menyeruduk apa saja yang menghalanginya menggunakan kapak dan tanduknya.  Jalan di hadapan Eragon kian melebar. Sebentar lagi tidak ada bangunan dan pepohonan yang bisa menyembunyikan tubuhnya. Jurang yang besar di hadapannya memaksa Eragon untuk menghentikan kudanya.

Sebuah lengkingan dahsyat memekakkan telinga terdengar. Tubuh besar Saphira muncul dari dalam jurang. Secepat kilat Eragon melompat ke atas punggungnya. Meraih sisik-sisik Saphira yang dengan sigap mengusir para Urgal dengan menyemburkan api dari mulutnya.  Beberapa Ra’zac  yang mendekat ikut terpental  terkena kepakan sayapnya.

Cerita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang