Halo readers ^0^)/ ketemu lagi di kelas games.
Kali ini, KANOI menantang memberdeul untuk membuat sebuah prolog yang baik.
Perlu diketahui, kalau prolog itu ibarat appetizer yang bakal membuat orang tertarik atau langsung sepet baca ceritamu :v BigSist sendiri selalu suka dengan first line yang langsung mengundang pertanyaan dan bikin penasaran bagian selanjutnya.
Kalau di sebuah penerbitan, editornya langsung rolling eyes kalau nemu first line "bekerku berbunyi", 'aku terlambat' dan semacamnya. Untuk dongeng sendiri, first line yang dipakai biasanya,"Pada zaman dahulu kala..."
Challenge kali ini adalah membuat prolog tanpa menyebutkan dongeng apa yang sedang diceritakan ulang. Contohnya seperti ini:
Tidak mungkin ada kain sehalus ini di dunia. Benang-benangnya berkilau, meski bukan emas. Teksturnya lembut, meski bukan beledu.
Intan mengulurkan tangan, menyentuh selendang itu. Sayup-sayup, terdengar gending kuno di telinganya. Pikirannya berkelana ke bagian-bagian asing. Sebuah dunia yang terhampar di atas awan. Membentang melebihi angkasa.
"Kau akan mendapatkan impianmu," suara itu berbisik dalam benaknya.
Intan meraih selendang itu, lalu menyampirkannya ke bahu. Hanya sedetik, helai halus itu melebur ke tubuh Intan. Kilaunya meresap dalam kulit Intan, sementara cahaya menyelimuti Intan dari atas kepala ke ujung kaki.
Intan mengamati wajahnya di cermin. Gadis itu tidak tampak seperti dirinya. Kulit sawo matangnya kini mengilap dan segar. Matanya berbinar indah. Hidung dan mulut terbentuk sempurna, seolah dia baru melakukan operasi plastik.
"Bagaimana mungkin?" Intan memekik. Tapi suara itu masih terdengar lembut, membesarkan hati Intan.
"Kaulah bidadari itu."
#134kata
@putufelisia
@putufelisia_s
Penasaran gimana hasil karya memberdeul KANOI? Yuk cekidot! Dapatkah kamu menebak mereka sedang cerita dongeng apa?'
***
Seperti apakah dunia di atas sana?
Akhir-akhir ini, keinginan itu mengganggu pikiranku. Aku bosan berada di sini. Setiap hari hanya melihat air, koral, dan teman-teman yang berenang.Hari ini aku membulatkan tekad. Aku harus melihat dunia atas!
Aku terus berenang, tidak menghiraukan ucapan teman-teman. Aku sudah sampai di permukaan laut. Aku melihat benda-benda asing yang tidak kutemukan di istanaku. Ada bangunan tinggi. Ada gumpalan putih dengan latar belakang biru. Apakah nama benda-benda itu?
Inikah yang dinamakan dunia manusia?
Apriliana Kuntorowati
***
Aku memang bukan anak yang sempurna. Tampangku buruk rupa. Aku membuat ayah bunda malu. Hingga mereka pergi entah kemana. Ketika sudah bertemu pun, mereka seolah ingin menjauh dariku. Banyak alasan diutarakan. Hingga mereka mengajukan permintaan yang tidak masuk akal.
Bayangkan, aku harus melingkari gunung Telomoyo dengan badanku. Hanya untuk sebuah pengakuan sebagai anak.
Lalu warga desa malah ingin berpesta dengan hidangan potongan-potongan tubuhku. Aku tidak terima! Lihat saja! Meski hanya dengan sebuah lidi, aku akan tenggelamkan kalian nanti.
Nita Oktifa
***
"Anda adalah mastah saya yang ... entah ke berapa."
Sosok biru itu terus mengekor di belakang gue. Mau gue komentari, tapi lagi banyak orang. Masalahnya, yang bisa lihat dan denger dia cuma gue doang.
Bener-bener bikin keki. Udah dibilangin diem masih aja dia ngomong. Buta hati amat nih makhluk. Mau gue sumpalin mulutnya, nanti yang lain malah ngeliat benda terbang nggak jelas. Mau nutup telinga juga ga mungkin. Sebagai CS bank, gue harus melayani keluhan costumer.
Kelar deh, siksaan batin gue sampai sore.
Mau ngebebasin diri dari dia, tapi ribet banget. Dia harus ngabulin tiga permintaan gue, bilangnya sih gitu. Tapi ada terms and conditionnya. Ala ala perjanjian perbankan. Gue nggak boleh minta yang aneh-aneh. Harus sesuai keinginan dia pula. Pilih-pilih bener. Padahal, dulu dia yang terjebak dalam botol kaca murahan.
Nyesel gue buka tuh tutup botol. Kirain pas dia nongol, gue bisa jadi miliarder.
Muhammad Nuul Hiyat
***
Tak apa apabila setiap langkah yang kujejakkan di tanah bagai seribu sembilu menyayat telapak kakiku.
Tak apa apabila mulut ini tak mampu berucap sepatah katapun.
Tak apa apabila semua kehidupanku yang bergelimang tawa di dunia biru ditukar dengan kebisuan dan kesakitan di hamparan bumi yang mengoyak kewarasanku.Asalkan aku bisa bersamamu dan menatap jernihnya matamu.
Suatu saat, aku yakin kau akan menyadari bahwa akulah penyelamat hidupmu...
Dini Virtaliana
***
Satu.
Dua.
Tiga.Ia bernapas.
Matanya mengerjap berkali-kali, membuang buram yang sempat menghalangi. Kini bola matanya bergerak mengamati ruangan yang selama ini ditempatinya bertahun-tahun. Sempit, kotor, pengap. Ada mantel kusam yang tergantung di dekat tangga yang menguarkan aroma familier, tapi entah apa.
Anak laki-laki itu lalu menoleh ke kiri, mendapati jendela yang menghadap ke rumah sederhana dengan taman kecil yang cantik. Saat tangannya menyentuh jendela, ia merasakan sesuatu--dingin.
Bibirnya menyunggingkan senyum. Ini benar-benar sesuatu yang baru. Detik itu ia sadar, kalau kini ia hidup. Seperti impiannya selama ini.
Yessie L Rismar
***
Keisha selalu merasa hidupnya tak adil. Sejak lahir, tubuhnya sekecil jempol. Dan, dunia manusia tempatnya tinggal serupa mimpi buruk yang menjelma jadi nyata.
Berbeda dengan teman-teman perinya yang lain, Keisha harus tinggal di antara semak dan bunga-bunga, kadang selokan dan gorong-gorong air; dan jika beruntung, dia bisa menetap di dahan pohon ketika tak ada yang melihat.
Tentu, sayapnya seindah milik teman-temannya--tapi, Keisha kesal karena tubuhnya tidak tumbuh seukuran manusia normal. Harus sampai kapan dia tiba-tiba menerima terjangan banjir, sampah yang dibuang sembarangan, juga asap kendaraan yang semakin hari rasanya semakin menyesakkan?
Kali ini, di hari ulang tahunnya yang ketujuh belas, Keisha mengunjungi taman pusat kota. Tiap pukul sepuluh malam, selepas taman tutup, peri-peri sepertinya berkumpul di dekat air mancur. Dia yakin akan mendapat informasi di sana.
Namun, saat hendak mendekat, mata Keisha menangkap satu sosok yang dikerumuni. Sosok semungil dirinya, berparas tampan, dan... bersayap hitam.
Inasni Dyah R
***
Rupanya warga kota ini ingin main-main denganku. Mereka enggan memberikan sepuluh ribu keping emas yang telah mereka janjikan padaku. Sebagai gantinya, akan kuambil sesuatu yang lebih berharga dari emas. Tunggu saja!
Malam itu, kukenakan lagi pakaianku yang meriah dan berwarna-warni. Kuambil serulingku. Kupandangi pintu-pintu rumah yang kulewati. Beberapa saat lagi, seluruh warga kota akan menyesali perbuatan mereka padaku.
Nurria Betty
***
Gimana? Bisa menebak memberdeul lagi cerita apa? LOL ^_~
![](https://img.wattpad.com/cover/84546676-288-k830423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pilihan
NouvellesCerita-cerita yang ada di sini merupakan hasil karya para Memberdeul KANOI. Enjoy reading! ^_^