Hari ini kita kelas games. Gampang kok cukup buat cerita 300 kata (maksimal) tentang memory yang tak bisa dilupakan atau sangat berkesan memberdeul saat bersekolah dulu
*****
"Sa, gue pinjam catatan ekonomi dong," Galih menepuk bahu Elsa sambil tersenyum.
"Dasar pemalas,"
"Biarin, yang penting pinjam dulu. Dua hari lagi baru gue balikin ya?" Galih mulai usil. Elsa tak menjawab dan langsung menyerahkan buku catatan ekonominya.Dua hari berlali namun Galih tak hadir ke sekolah. Galih sakit dan harus opname di rumah sakit, itulah informasi yang didapat Pak Zul dari ayah Galih.
"Catatan gue," Elsa tertunduk lesu. Jika guru ekonomi tahu ada siswa yang tak membawa catatan, pasti akan dapat bonus yaitu hukuman lari keliling lapangan basket 10 kali.
Namun ajaibnya, semua siswa dipulangkan dengan alasan rapat seluruh dewan guru. Elsa bisa bernapas lega. Akhirnya Elsa dan beberapa teman sekelas memutuskan menjenguk Galih di rumah sakit. Namun ketika dihubungi lewat ponsel, Galih meminta semua temannya pergi ke rumahnya karena dia sudah pulang.
"Kangen ya Sa sama gue sampai mau ikut ke rumah?" Galih bertanya blak-blakan saat semua temannya tiba di rumahnya.
"Nggak, gue kangen buku catatan ekonomi. Sini balikin sekarang,"
"Ay lo mah gak seru. Bilang aja iya Lih gue kangen gitu. Lo cepetan sekolah biar kita bisa belajar bareng,"
"Nggak,"
"Nggak salah," Galih tertawa dan disambut soraka teman-temannya yang ikut tertawa saat Galih sukses membuat Elsa terdiam.*****
Everlasting Smile
Honey DeeAku tidak banyak mengenalnya. Dulu, yang kutahu dia ketua anak-anak yang mendaftarkan diri di persatuan remaja menolak pacaran.
Aku mengenalnya saat MOS sebagai kakak kelas yang berbaik hati memberiku tanda tangan. Selain itu, aku tidak pernah bertemu dengannya karena gedung sekolah kelas satu dan kelas tiga berbeda.
Dia cowok sederhana, tinggi, berkulit gelap, dan senyum yang seolah tidak pernah hilang dari bibirnya. Saat pertemuan pertama kami, dia cuma tersenyum melihatku sambil mengatakan, "sabar, ya? Jangan nangis!"
Dengan alis berkerut aku menjawab, "nggak nangis, kok. Kan nggak diapa-apain sama kakaknya."
Dia tersenyum lagi sambil menandatangani buku kumpulan tanda tanganku.
Setelah masa MOS selesai, kami bertemu lagi di koridor gedung kelas tiga saat kelasku latihan menjadi petugas upacara bendera. Dia berdiri menatapku dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya. Hanya itu. Kami tidak berbicara atau bertegur sapa. Mungkin dia tidak berani. Mungkin juga karena dia termasuk persatuan remaja menolak pacaran dan aku adalah anggota klub dancer dengan penampilan seronok.
Lalu, pada malam perpisahan angkatan kelasnya, kami bertemu lagi. Dia dengan setelan resmi yang membuatnya terlihat sangat tampan dan aku dengan kostum Tango yang belum kuganti setelah turun panggung. Dia tersenyum, sama seperti kemarin. "Kuharap kita bisa lebih banyak bicara," ucapnya pelan.
Aku mengerutkan kening dan berkata, "sebagai apa?"
Dia tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dan memandangiku lama sampai pacarku datang membawakan jaket dan mengantarkanku pulang.
Kini, kami bertemu lagi. Setelah bertahun-tahun dan rambut hitamnya sudah menipis dengan banyak helaian uban, dia tetap menatapku dengan senyum yang sama. Setelah menit-menit dengan tatapan intens itu, dia berkata, "kuharap kita bisa bicara lebih banyak."
Lagi-lagi, aku menjawabnya dengan, "sebagai apa?"
Lagi-lagi dia tidak menjawab. Dia hanya mengeratkan pegangan pada gadis kecil bergaun biru. Tidak berapa lama suamiku menjemput, tersenyum padanya, dan mengajakku pergi. Ada undangan lain yang harus kami kunjungi hari ini selain reuni.
Saat sudah jauh, kulihat dia berbicara pada perempuan. Kukira, itu istrinya. Sejenak dia berpaling padaku, lalu tersenyum. Kali ini dia melambaikan tangan dan mengangguk pelan. Kupikir, itu adalah ucapan salam perpisahan. Mungkin dia ingin melepas semua memori di antara kami. Mungkin saja.
Ah, aku sendiri hampir tidak mengenalinya waktu pertama berjumpa.
***
By Stefani Jovita
Rudi itu anak terbelakang yang duduknya paling belakang, nilainya paling bawah, dan dalam pertemanan pun bisa dibilang gagal. Banyak cewek di kelas mencemooh, terutama karena bicaranya pun gagap.
.
Fani bukan salah satu dari cewek itu. Dia malah nggak suka sama cewek-cewek centil dengan rok dipotong, baju super ketat, yang kerjaan sehari-hari kalau nggak dandan, ngobrol, pinjam PR orang.
.
Karena itulah, Fani lebih cocok gaul sama cowok, dari yang pinter sampai yang badung, dan tentunya beberapa cewek cupu tapi pinter lainnya.
.
Itulah yang membuat Fani, pada suatu hari, sebangku sama Rudi. Kasihan lihat anak itu nggak punya teman. Ke sekolah selalu pakai topi. Gayanya kelewat culun. Maka, entah kenapa, Fani menceletuk, "Rambut lo kayaknya bagusan belah tengah deh. Gantengan gitu."
.
Rudi cuma senyam-senyum. Fani juga acuh tak acuh menjalani sekolah seperti biasa.
.
Dan entah kenapa, keesokan harinya Rudi ganti gaya rambut jadi belah tengah.(143 kata)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pilihan
Short StoryCerita-cerita yang ada di sini merupakan hasil karya para Memberdeul KANOI. Enjoy reading! ^_^