Delapan

668 104 53
                                    

Hingga seseorang menahah bola itu untuknya. Alya berlari kegirangan ke arah orang itu namun tidak memperhatikan wajah orang itu. "Makasih ya!" ucap Alya kemudian pandangannya teralih ke wajah orang itu. Ia tampak terkejut melihat wajah orang itu, wajah yang sangat familiar.

"Sama siapa kamu disini?" tanya orang itu dengan tatapan tajam. Alya terkejut dengan pertanyaan orang itu. Harusnya ia tidak heran dengan pertanyaannya.

"Uhm... sama temen kak," ucap Alya terhadap kakaknya, Kak Aldi, tanpa memandang mata Kak Aldi. Sebenarnya, Kak Aldi sangat protektif terhadap adik-adiknya, terutama Alya, karena Alya terlalu sering tersakiti dengan alasan cowok. Hanya saja Kak Aldi terlalu sibuk untuk memperhatikan adik-adiknya. Jadi, kalau Alya ingin pergi ke mana atau pergi dengan siapa, ia lebih memilih untuk meminta ijin dengan Kak Alin.

"Temen?" tanya Kak Aldi. Alya mengangguk kaku. "Cowok?" tanyanya lagi. Dan lagi-lagi Alya mengangguk kaku. "Kamu suka?" lagi-lagi Kak Aldi bertanya dengan nada yang sama. Alya mengangguk lagi. Kak Aldi menghela nafas. "Mana orangnya? Kakak mau ngomong," ucap Kak Aldi tiba-tiba, membuat Alya langsung mengangkat kepalanya.

"Eh? Ngapain kak?" tanya Alya dengan gelagapan.

"Mau ngobrol bentar," ujar Kak Aldi.

"Kakak ke sini sama siapa?" tanya Alya berusaha untuk mencari topik lain.

"Laras. Lagi lihat-lihat baju. Jangan nethink. Kakak bosen nungguin dia. Mending kamu yang nungguin dia di sini. Udah, temenmu mana?" ucap Kak Aldi. Terpaksa, Alya mengantar Kak Aldi menemui Dirga.

"Udah dapet bolanya?" tanya Dirga ketika matanya menangkap sosok Alya tengah berjalan ke arahnya sambil membawa bola basket di genggamannya.

"Udah," jawab Alya singkat. "Uhm... Dir, ada yang mau ketemu sama lo," ucap Alya. Dirga mengangkat sebelah alisnya. Hingga seseorang berdiri di samping Alya.

...

Alya berdiri tak jauh dari Kak Laras yang sedang memilih-milih baju. Kak Laras adalah pacar Kak Aldi sejak 3 tahun lalu. Empat bulan lagi mereka anniv ke-4. Kadang Alya iri dengan mereka. Karena sampai saat ini ia belum pernah pacaran sekalipun.

"Kak Laraasss..." rengek Alya dengan nada manja. Kak Laras yang sedang membandingkan baju merah dengan baju hitam di depan cermin menoleh sedikit.

"Iya?" tanya Kak Laras kemudian fokus lagi membandingkan kedua baju itu. Alya menghela nafas.

"Kok kalian bisa di sini sih kak? Gaada tempat yang jauhan?" tanya Alya ketus. Kak Laras menoleh lagi kemudian menghampiri Alya.

"Kenapa? Kesel ya lihat kakakmu ngambil alih 'temenmu' itu?" tanya Kak Laras sambil tersenyum menggoda.

"Itu tau," jawab Alya dengan wajah yang masih ditekuk. Kak Laras terkekeh.

"Sudahlah, Lia. Dipinjem bentar doang kok," ucap Kak Laras kemudian ia menggantung kembali baju berwarna merah. Ternyata ia memilih yang warna hitam.

...

Karena sudah terlanjur bertemu, akhirnya Kak Aldi serta Kak Laras mengajak Alya dan Dirga untuk makan bersama di lantai 2.

"Udah pesen apa aja. Jangan malu-malu. Sekarang kakak yang bayarin," ucap Kak Aldi yang memang berdompet tebal. Mata Alya langsung berbinar-binar kemudian membaca buku menu dengan semangat. Sedangkan Dirga terlihat tersenyum kaku, karena ia merasa canggung bertemu dengan dua orang tak diundang ini.

"Kak, aku pesen kue cubit, cappuccino, es krim goreng, panca-" ucapan Alya terpotong.

"Jangan yang manis-manis semua, Li. Nanti gendut. Gak malu sama 'temen'mu itu?" tanya Kak Laras. Alya langsung menoleh kemudian nyengir kuda.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang