Sembilan Belas

419 57 23
                                    

Alya membanting pintu kamarnya keras-keras lalu melempar tasnya ke sembarang arah. Ia langsung tengkurap di atas kasur, menyembunyikan wajahnya yang menyedihkan.

"Kenapa?" batinnya bertanya-tanya. Ia terus saja mengulang pertanyaan itu berkali-kali. Ia membenturkan kepalanya yang masih menggunakan perban berkali-kali. Tiba-tiba ia merasa sisi lain dari tempat tidurnya memberat, seperti ada yang menduduki tempat itu. Alya menoleh dan mendapati cowok berpakaian hitam itu duduk bersila sambil menatapnya.

Alya langsung membenamkan kepalanya lagi ke tempat tidur. Mengacuhkan keberadaan cowok itu.

"Kamu matinya minggu depan. Gak usah sedih gitu," ucap cowok itu. Alya menoleh kesal ke arah cowok itu. Air mata sudah menggenang di kelopak matanya. Ia langsung membenahi posisinya menjadi duduk bersila menghadap cowok itu.

"Gue mau mati sekarang aja. Boleh gak?" tanya Alya dengan suara parau. Cowok itu memandang Alya dengan tatapan bingung.

"Biasanya orang gak mau mati. Kamu malah minta dipercepat."

"Gue gak bisa diginiin," ucap Alya kemudian tangisnya meledak. Bahunya bergetar karena menahan isak tangisnya. Cowok itu hanya geleng-geleng kepala.

"Bersabarlah. Seminggu tak akan lama. Setelah itu, semua penderitaanmu akan berakhir."

...

Alya berpikir, mungkin memang ada baiknya ia meninggal seminggu lagi. Semua penderitaannya akan berakhir saat itu juga, yah, berakhir. Sejak rumor ia berpacaran dengan Dirga, karena selembar foto itu, hidupnya tidak pernah tenang. Ada saja yang membuat ia sial, setiap hari.

Ia pernah disiram dengan air bekas pel saat ia sedang di toilet, sampai saat ini ia belum mengetahui dengan pasti siapa pelakunya. Ia pernah menemukan sebuah saputangan dengan tulisan 'MATI' bertinta merah di dalam lokernya, ia pernah kehilangan barang-barang berharganya, si Redy pernah dikempesi bannya, ia pernah terkunci di dalam gudang sekolah hinggal bel pulang berbunyi, dan masih banyak lagi kesialan lainnya.

Sebelum hari itu tiba, mungkin ada baiknya ia mengucapkan salam perpisahan untuk orang-orang terdekatnya. 

Waktu seminggu ia manfaatkan baik-baik dengan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang disayanginya. 

Ia sudah belajar masak dengan mamanya, hal yang paling ia inginkan sejak ia kecil, akhirnya terwujud juga. Ia telah menyelesaikan sebuah tugas sekolahnya dengan Kak Aldi, hal yang selalu tidak sempat ia lakukan karena Kak Aldi selalu sibuk. Ia bahkan sudah menjadi nyamuk yang berkualitas bagi Kak Aldi maupun Kak Laras.

Ia juga sudah berbicara dari hati ke hati dengan Kak Alin, membicarakan soal cowok, hal yang paling ingin ia lakukan, walau ia tahu kalau rahasianya tak akan bertahan lama di Kak Alin, karena kakaknya itu benar-benar ember. Kak Alin, kakak yang paling menyebalkan sedunia. Tapi tak dapat dipungkiri, Kak Alin sangat menyayangi Alya, begitu pula sebaliknya.

Louis, ia lebih memilih menjauhi Louis, demi hubungan Louis dengan Rika. Louis pernah mencoba memberitahu Rika kalau cewek saat itu adalah Alya. Tapi Rika selalu mengalihkan topik. Ia juga tak pernah mau membahas itu lagi. Sebagai gantinya, Alya harus menjauhi Louis.

Kini tibalah giliran Naura dan Dirga, juga Lio. Saat ini, ia tengah duduk berdampingan dengan Naura, dan berhadapan dengan Dirga dan Lio. Alya tersenyum tipis melihat Naura dan Dirga yang sedang beradu mulut dengan argumen yang sebenarnya sama sekali tidak penting. Sedangkan Lio yang terlihat acuh dengan mereka berdua. Ia malah dengan antengnya tertidur.

Sampai saat ini, Alya masih belum tahu hubungan Naura dan Dirga seperti apa. Karena mereka terlihat biasa saja, masih selalu bertengkar ketika bertemu.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang