Tiga Puluh Dua

374 38 1
                                    

"Kenapa bisa begini?"

"Ini salah lo."

"Kok aku?"

"Lo bilang dia sempat mati kan?"

"Iya. Hubungannya sama aku?"

"Trus lo bilang kalo dia masih tanggung jawab lo?"

"Hmm... Iya sih."

"Nah. Itu dia."

"Hah? Apaan?"

"Kalo lo lepas tangan soal urusan dia, maka kematian akan terus berdatangan ke arah dia. Berkali-kali, sampai dia berhasil mati."

Lio terdiam setelah mendengar perkataan Yudha. Ia terduduk di samping tempat Alya dibaringkan lalu mengelus kepala Alya.

"Terus aku harus gimana?"

"Ya selesaikan tugas lo."

"Bagaimana? Sedangkan aku sendiri bingung jodoh dia siapa."

"Mana gue tau. Urus sendiri sana."

"Tolongin kek. Aku kan udah nolongin kamu."

"Yaudah. Mending lo pergi aja dulu. Pikir-pikir jalan keluarnya. Biar gue jaga dia di sini."

"Oke," ucap Lio lalu bangkit dari duduknya. Tangannya meraih jas pink yang tersampir di kursi yang ia duduki sebelumnya. "Jangan sentuh dia, oke?"

Yudha memutar bola matanya sembari menghela napas. "Lo sih. Pake jatuh cinta sama pasien lo sendiri. Susah kan jadinya."

...

Alya membuka matanya secara perlahan. Ia meringis ketika merasakan kepalanya berdenyut. Matanya memandang ke sekeliling ruangan yang ia tempati kini.

"Di mana aku?" batinnya. Ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Matanya melotot ketika mengetahui bahwa hari sudah malam, pukul 8.

Dengan tergesa-gesa, ia bangkit dari posisi tidurnya, langsung ke posisi berdiri, mengabaikan rasa pening yang tiba-tiba menyerang kepalanya.

"Ini keluarnya lewat mana coba?" gumamnya kesal. Lalu matanya tertuju ke arah sebuah pintu coklat yang sepertinya bisa membantu. Tanpa basa-basi, ia membuka pintu itu sambil berlari.

Kelopak matanya melebar kelika mengetahui bahwa itu balkon, bukan pintu keluar. Alya berdecak kemudian menghampiri pagar balkon yang setinggi kakinya. Ia meraih pagar bakon tersebut sambil melihat-lihat ke bawah.

"HALO??!! DI BAWAH ADA ORANG?!" seru Alya. Tiba-tiba pagar balkon tersebut retak. Napas Alya tertahan ketika mengetahui posisinya saat ini. Sedetik lagi, nyawanya pasti akan melayang jika saja ia tidak merasakan tarikan di kerah bajunya.

"AAAAA!!" Alya menjerit ketika menyadari kalau dia sudah setengah 'jatuh' saat ini. Dengan tangan masih memegang retakan pagar balkon.

Tarikan di kerah bajunya kian menguat, sehingga kini ia berhasil selamat dari ancaman nyawa kedua di hari ini. Alya turduduk lemas sambil berusaha menetralkan napasnya dan detak jantungnya yang kian memburu.

Seseorang tadi yang menolong Alya menghela napas lalu ikut duduk di hadapan Alya. "Kalo kayak gini. Lo bener-bener ngerepotin," ucap orang itu. Alya mengernyit mendengar ucapan orang itu.

"Maksud lo?" tanya Alya.

"Gue bakal anterin lo ke Lio. Kalo lo nggak sama dia, sepertinya nyawa lo bakal hilang. Karena dia lagi berusaha untuk melepas tanggung jawab dia dari lo."

Alya terdiam menatap orang asing di hadapannya saat ini."Lo kenal Lio?" tanya Alya sambil menatap orang itu dengan intens. Orang itu meghela napas lalu menjulurkan tangannya ke arah Alya.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang