Tiga Puluh

423 43 6
                                    

Alya yakin telah bercermin dengan benar. Dan ia juga yakin kalau seluruh lukanya tertutupi. Tapi... kenapa sekarang ia jadi pusat perhatian?

Alya mengeratkan rangkulannya pada lengan Naura. Sesekali ia berusaha menyembunyikan wajahnya di belakang kepala Naura walaupun itu sia-sia karena Alya sedikit lebih tinggi dari Naura.

"Ra, emang di wajah gue ada yang aneh ya?" tanya Alya berbisik. Naura menoleh lalu menggeleng sekilas.

"Luka-luka lo udah gak keliatan. Mungkin mereka kaget ngeliat lo berambut pendek. Trus ponian."

"Lo sih, pake buatin poni. Kan gue jadi keliatan kek bocah."

"Nggak juga sih. Lagian itu buat nutupin luka di dahi lo."

"Anjir. Itu Nana ngapain diem di depan pintu kelas?"

"Emang kenapa?"

"Takut njir."

"Yaelah. Dia juga gak bakal makan lo kok."

"Ya tapi dia salah satu dari orang-orang i--"

"Alya?" Suara seseorang menginterupsi obrolan antara Alya dan Naura. Baik Alya maupun Naura menoleh ke sumber suara. Mereka mendapati Nana menghadang mereka masuk ke kelas.

"I-iya?" sahut Alya agak kaku. Sekarang ia melihat Nana seakan orang itu siap untuk membunuhnya.

Tanpa ia duga, tiba-tiba Nana bergerak untuk memeluk Alya. Alya mematung ketika ia menyadari kalau ia dipeluk Nana. Seluruh tubuhnya mendadak kaku. Pikirannya berontak agar ia melepas pelukan itu dengan kasar. Tapi dia tidak bisa.

Nana tiba-tiba terisak. Hal itu membuat Alya keheranan. Matanya sibuk mencari-cari keberadaan Naura yang seharusnya ada di sampingnya.

"Maafin gue Al," bisik Nana. Suaranya terdengar parau. Dan meyakinkan kalau ia benar-benar menyesal. Alya menghela napasnya.

"Kalian udah lama gue maafin. Tapi jangan sentuh hidup gue lagi," balas Alya dengan nada dingin.

"Gue seneng lo maafin gue Al. Tapi gue gak bisa buat gak berada di kehidupan lo. Gue pengen jadi temen elo, Al."

Alya langsung melepaskan pelukan mereka. "Tapi gue kecewa sama lo, Na."

...

Akhirnya Alya bisa mendapatkan hidupnya kembali. Walaupun sebelum itu, ia harus memberikan seribu kebohongan kepada orang-orang yang tidak tahu menahu tentang kejadian itu. Terutama kepada keluarganya.

Tapi anehnya. Kak Alin yang biasanya paling cerewet, kini tak berkata banyak perihal hilangnya Alya dari rumah serta perubahan pada penampilan Alya.

Dan satu hal yang sampai sekarang belum juga berubah: perasaan Alya ke Dirga.

Sampai sekarang ia masih sering dilanda cemburu jika melihat Naura dan Dirga bersama. Contohnya sekarang.


Dirga sedang memperhatikan penjelasan Naura dengan seksama. Saat ini mereka bertiga sedang berada di perpustakaan untuk belajar bersama. Karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan Ulangan Akhir Semester.

Alya hanya terdiam menatap mereka berdua sambil menyeruput susu kotaknya, sesekali jemarinya meremas ujung buku yang ia 'pelajari' dengan kesal.

Tiba-tiba seseorang duduk di samping Alya tanpa ijin lalu menyenderkan kepalanya di bahu Alya. Reaksi Alya tak langsung terlihat karena otaknya masih sibuk memproses apa yang terjadi.

Baru sedetik kemudian, ia menoleh dengan cepat ke orang itu, dan mendapati Lio bersandar di bahunya sambil mebolak-balik buku yang ada di genggamannya.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang