Dua puluh Lima

457 50 15
                                    

Alya memandang lurus langit-langit kamar Lio. Ia sama sekali tidak bisa bergerak bebas. Seluruh tubuhnya rasanya remuk. Ditambah lagi luka-luka yang kini teasa perih. Ia menoleh sejenak ke arah Lio, di sampingnya. Orang itu malah dengan polosnya tertidur.

Yah, tadi mereka sempat menuai perdebatan kecil. Meributkan di mana Lio harus tidur. Alya ngotot menyuruh Lio untuk tidur di tempat tidur karena ia merasa tidak enak kalau tuan rumah malah tidur di sofa. Sedangkan Lio merasa perempuan dan laki-laki yang belum menikah tidak pantas untuk tidur seranjang.

Dan akhirnya Alya yang menang. Dengan ancaman dia akan melompat dari balkon apartemen Lio. Tentu saja Lio tidak mau itu terjadi. Karena Lio merasa Alya masih dalam tanggung jawabnya untuk mempertemukan Alya dengan jodohnya.

Alya merasa sedikit canggung ketika mengingat kalau Lio adalah reinkarnasi Daniel, sedangkan dirinya adalah reinkarnasi Alika, yang notabene gagal nikah di kehidupan lampau. Tapi Alya memutuskan untuk tidak peduli dengan itu semua. Itu hanya masa lalu yang harus dikubur dalam-dalam.

Bagaimanapun, itu adalah ingatan yang kelam. Mereka harus bangkit dan menemukan masa depan masing-masing. Toh, tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersatu. Alya adalah manusia, sedangkan Lio adalah malaikat.

Alya menghela napasnya yang terasa berat. Banyak hal yang ada di pikirannya. Dimulai dari, bagaimana cara menyembuhkan luka-luka ini dalam seminggu? Atau haruskah ia sekolah kembali? Sepertinya ia merasa sedikit trauma dengan semua yang telah terjadi.

Satu lagi pertanyaan muncul. Haruskah ia menjauhkan Dirga? Karena semenjak ia dekat dengan Dirga, cewek-cewek itu terus memandang iri ke arahnya. Dan pandangan itu seakan bisa membunuh Alya. Bahkan ia hampir terbunuh tadi karena cewek-cewek yang dipenuhi rasa iri.

Dan satu hal yang membuatnya kecewa. Rika. Iya, Rika. Kenapa tega sekali ia melakukan itu semua? Setahu Alya, Rika itu sangat menyayangi Alya. Rika sudah menganggap Alya adiknya sendiri, sama seperti Louis. Walau umur fisik Alya lebih tua, tapi umur kejiwaan Alya relatif lebih muda. Karena ia benar-benar kekanak-kanakan. Ia sadar betul itu.

Lagi-lagi Alya menghela napasnya. Tiba-tiba ia merasa sisi tempat tidur di sebelahnya terguncag. Karena orang yang di atasnya bergerak. Alya menoleh untuk memastikannya. Lio tampak memperhatikan Alya dengan mata memerah.

"Belum tidur?" tanya Lio dengan suara serak. Alya hanya menggeleng pelan. Lio terlihat mengendikkan bahunya lalu tidur membelakangi Alya. Alya hanya mendengus melihat tingkah Lio.

...

Naura membelalakkan matanya ketika melihat keadaan Alya. Sedangkan Alya hanya memasang cengiran tidak berdosanya ke arah Naura. Perlahan, Naura menoleh ke arah Dirga dan Lio yang tampak berdiri di belakangnya.

"Eh, kalian bisa tinggalin gue sama Alya dulu gak? Sekalian beliin makanan ya," ucapnya kemudian mengambil tempat di samping Alya. Lio dan Dirga hanya mengangguk lalu meninggalkan Naura dengan Alya.

Sepeninggalan dua makhluk itu, Naura langsung menatap Alya dengan tajam. "Apa?" tanya Alya. Tiba-tiba mata Naura bekaca-kaca. "Eh? Kenapa Ra?" tanya Alya lagi dengan nada panik.

"LO YANG KENAPA! KENAPA LO BISA JADI KAYAK GINI HAH?!" seru Naura diikuti beberapa tetes air mata yang membasahi pipinya.

"Ra... Jan nangis dong," ucap Alya lembut sambil menepuk pundak Naura dengan tangan kanannya. Naura langsung menangkap tangan Alya dan menelitinya. Ia mendapati 3 luka goresan di sana.

Naura menghapus jejak air matanya kemudian menatap Alya dengan nanar. Ia meraih rambut Alya yang terlihat lebih pendek dan dengan potongan yang berantakan. Pandangannya teralih ke arah lengan Alya yang banyak luka lebam, serta kaki Alya yang sepertinya ada luka akibat benturan.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang