Sesuai janji, akhirnya Alisa menjemput Alya di sekolah. Walaupun sebenarnya ia sedikit sibuk, tapi ia berusaha untuk menyempatkan diri menjemput Alya.
"Ma... emang Lia segitu berubahnya ya?" tanya Alya untuk membuka percakapan. Karena Alya tahu dengan benar kalau mamanya itu merupakan orang yang tidak pandai memulai percakapan.
"Hm? Iya sih. Tapi kalau di mata mama, kamu masih sama aja. Kamu yang dulu sebenernya udah cantik kok," jawab Alisa.
"Humm... habisnya sih. Di sekolah aku dikira anak baru sama semuanya. Bahkan Naura ngga bisa ngenalin aku."
"Oh ya? Sejujurnya iya sih. Perubahan kamu itu drastis sekali."
"Tapi ya mah. Ada temen aku. Dia ternyata bisa ngenalin aku, tanpa aku kasih tau ke dia. Hebat gak tuh?"
"Nah... kalo itu... mama ngga tau deh. Mungkin emang matanya dia yang ga ketipu."
"Jadi maksud mama perubahan aku ini tipuan, gitu?"
"Bukan, sayang. Aduh... susah ya ternyata ngomong sama kamu," Alya hanya menekuk wajahnya mendengar kata-kata yang barusan terucap dari bibir mamanya. "Ngambek?" tanya mamanya. Alya hanya mendengus sambil melipat tangannya di depan dada.
Alisa terkekeh kemudian membelai rambut Alya dengan lembut menggunakan tangan kirinya. "Udahan dong ngambeknya. Ntar ilang tuh cantiknya. Btw, mama punya sesuatu loh buat Lia."
Alya yang mendengarnya langsung berbinar-binar. "Apa ma?" tanya Alya dengan antusias.
"Bentar. Biar berhenti di lampu merah dulu ya," ujar Alisa. Dan ketika mobilnya berhenti karena lampu merah, Alisa langsung mengambil tasnya dan meraih sesuatu yang ada di dalamnya. Tampak seperti sebuah kotak kado mini. Ia langsung menyerahkannya ke Alya.
"Apa nih ma?" tanya Alya dengan nada bersemangat.
"Dibuka dong." Alya pun menuruti perintah mamanya. Ia membuka kotak kado tersebut kemudian tersenyum bahagia sampai rasanya ingin melompat-lompat saat itu juga.
"Mama beliin aku motor?" tanya Alya dengan nada bersemangat. Iyak, di dalam kotak kado tersebut berisi kunci motor. Alisa hanya mengangguk. Dengan hati berbunga-bunga Alya memeluk Alisa.
...
(Cerita sampingan)
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Tapi Ditya terpaksa belum pulang karena masih menunggu seseorang yang tengah tertidur di atas kasur UKS dengan tenangnya, belum siuman sampai sekarang.
Ditya tidak bisa begitu saja meninggalkan orang ini. Karena entah mengapa ia merasa bertanggung jawab untuk merawat orang ini. Selama hidupnya, ia belum pernah peduli ke perempuan, selain ibunya.
"Ugh... kepalaku sakit," ringis seseorang membuat Ditya dengan segera menoleh. Ternyata orang itu sudah sadar.
"Udah bangun?" tanya Ditya. Orang itu menoleh pelan ke arah Ditya yang tengah berjalan mendekati sisi ranjangnya.
"Siapa?" tanya orang itu.
"Kenalin, gue Ditya, anak kelas X IPS 2," Ditya menjulurkan tangannya. Orang itu meraih tangan Ditya, untuk membantu dirinya bangkit dari ranjang itu.
"Audrey, gue kelas XI, kakak kelas lo, lo harus sopan sama gue," ucap Audrey kemudian melepaskan tautan tangan mereka. Matanya teralih ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore."Ya ampun! Udah berapa lama gue pingsan?!" lalu Audrey langsung melompat dari ranjang, hendak langsung pergi dari UKS.
Tapi tak diduganya, ternyata energinya belum sepenuhnya pulih. Ia mendadak limbung karena kehilangan keseimbangan. Dengan sigap, Ditya menangkap tubuh Audrey sebelum tubuh Audrey mencium lantai.
![](https://img.wattpad.com/cover/104020808-288-k958053.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta
Romantizm[COMPLETED] ~Fantasy-romance~ Menurut mitos Jepang, setiap orang terhubung dengan jodoh mereka masing-masing dengan sehelai benang merah yang tak kasat mata. Alya, seorang gadis normal berusia 16 tahun, curiga ia tidak memiliki benang merah tersebu...