Tujuh Belas

511 64 50
                                    

Dirga tampak celingukan mencari keberadaan seseorang di sebuah kafe. Hingga ia melihat seseorang melambaikan tangan ke arahnya, ia langsung menghampiri orang itu.

Cukup sulit untuk mengenali Naura. Karena saat ini Naura tengah memakai masker berwarna hitam, kacamata hitam, dan topi add**as hitam dengan ciri khas garis tiganya, juga jaket hitam dan lengkap dengan celana panjang yang juga warna hitam. Oh iya, sepatunya juga hitam.

"Lo..." ucap Dirga sambil memandang penampilan Naura dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan pandangan menilai. "Lo mau melayat? Atau lo mau belajar jadi ninja?" tanya Dirga. Naura menghela napasnya kemudian membuka kacamata dan maskernya.

"Enak aja lo bilang gue mau belajar jadi ninja. Gue itu cecans, tau," ucap Naura kemudian mengibaskan rambut hitamnya lalu bergumam ala-ala iklan shampo, "Kuat itu, cantik." Oke, nampaknya Naura lagi mabok.

Dirga memutar bola matanya. "Lo mau ngomong apaan?" tanya Dirga to the point.

"Bentar elah. Laper gue nih," jawab Naura lalu memanggil seorang pelayan. Lalu pelayan itu menyerahkan buku menu kepada Naura maupun Dirga dan menyiapkan catatan. Naura tampak membolak-balik buku menu lalu menutupnya. "Pesen pancake dengan topping es krim vanila, trus roti bakar rasa coklat, es krim goreng, sama hot chocolate ya."

"Bentar mas," ucap Dirga memberhentikan pelayan itu untuk menulis pesanan Naura. "Lo mau meriang-meriang ntar abis makan yang dingin-dingin langsung minum yang panas?" Naura mengendikkan bahunya.

"Biarin. Udah mas. Segitu aja pesenan saya," ucap Naura kepada pelayan itu. "Lo mau apa?" tanya Naura kepada Dirga.

"Cappuccino aja," ucap Dirga.

"Atas nama siapa?"

"Dir—" Ucapan Dirga terpotong karena Naura memotong ucapannya.

"Saras," ujar Naura. Pelayan itu mengangguk kemudian undur diri. Dirga menatap kesal ke arah Naura.

"Lo kenapa sih?" tanya Dirga.

"Apanya yang kenapa?" tanya Naura balik. 

"Lo aneh tau gak sih?"

"Aneh gimana?"

"Yaa... aneh. Liat aja pakaian lo tuh. Item semua."

"Ini fungsinya buat penyamaran, tauk. Kalo ada yang ngikutin kita gimana?"

"Lah emang kenapa?"

"Soalnya gue mau ngomong penting ke elo."

"Ngomong apa?" tanya Dirga. Kemudian otaknya memproses. "Jangan-jangan lo mau nyatain perasaan ya?" tanya Dirga lagi.

Naura mengernyitkan dahinya kemudian meraih selembar tisu di wadah tisu yang ada di atas meja mereka. Ia meremas tisu itu menjadi gumpalan kemudian melemparkannya ke arah Dirga. "MAMAM TUH PERASAAN!" serunya.

Dirga menghindari lemparan tisu dari Naura kemudian mencebik kesal melihat tingkah Naura. Tapi ia tersenyum di dalam hati.

"Yaudah, ngomongin ap--"  

"Ini mas, mbak, pesanan atas nama Saras," ucap seorang pelayan menyela percakapan. Ia menaruh satu persatu pesanan. "Apakah ada yang tertinggal?" tanya pelayan itu.

"Ada mas," jawab Naura. Pelayan itu langsung memasang wajah bingung. "Hati saya ketinggalan. Mas ada ngambil?"

Pelayan itu tampak salah tingkah. Naura tertawa renyah karena leluconnya sendiri. "Nggak deh mas bercanda doang. Udah kok," ucap Naura sambil tersenyum geli.

"Kalau begitu saya undur diri." Lalu pelayan itu pergi. Naura langsung mengalihkan pandangannya ke arah Dirga yang menatap Naura sebegitu rupa.

"Apa?" tanya Naura polos kemudian menyeruput coklat panasnya.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang