Delapan Belas

454 64 43
                                    

Hari ini pelajaran olahraga untuk kelas X IPA 2 dan X IPA 4, serta dua kelas anak IPS. Naura memutuskan untuk tidak ikut olahraga. Alasannya, mau diam di perpustakaan, baca buku, belajar untuk seleksi siswa berprestasi. Pak Tono yang notabene guru olahraga, maklum dengan Naura.

Sebelum memulai pelajaran olahraga, mereka mengganti seragam mereka dengan seragam olahraga yang biasa ditaruh di dalam loker. Semua teman sekelas Alya sudah mengambil baju mereka di loker dan menuju toilet untuk ganti. Sedangkan Alya bingung sendiri mencari seragam olahraganya.

"Perasaan seminggu yang lalu udah gue taroh dalem sini," batin Alya sambil masih sibuk mengobrak-abrik isi lokernya, tapi hasilnya nihil.

Alya memutar otaknya, berpikir bagaimana cara ia mendapatkan seragam olah raga saat ini. Dan... aha! Naura kan tidak ikut olahraga, mungkin ia bisa meminjam seragamnya saat ini. Ia segera merogoh saku roknya dan mengambil ponsel dari sana.

"Al! Lo ngapain nelpon gue?! Gue di perpus!" omel Naura di seberang dengan suara yang sedikit berbisik.

"Heheheh... Sorry ganggu. Gue gak nemu baju olga gue nih. Gue boleh pinjem punya lo gak?" tanya Alya dengan harap-harap cemas.

"Ehmm sebenernya gue diem di perpus ini ngga cuma mau belajar, tapi ngindarin pelajaran olga, soalnya gue lupa naroh baju olga gue di loker. Sori yah," ucap Naura. Alya bisa menduga kalau Naura sedang cengengesan di situ.

"Haduh... Yaudah deh gapapa." Dengan kesal, Alya menutup sambungan teleponnya secara sepihak. "Trus gue harus gimana nih?" batin Alya panik. Karena jika tidak memakai pakaian olahraga, hukumannya lumayan berat. Alya terlalu malas untuk menjalani hukuman. Ia juga tidak mau menodai namanya di catatan pelanggaran. Selama ia sekolah di sini, belum pernah sekalipun namanya dicatat dalam buku pelanggaran.

"Al?" sapa seseorang dari arah belakang. Alya segera menoleh ke sumber suara.

"Eh hai, Na," balas Alya kepada Nana yang sudah terlihat menggunakan baju olahraganya. Nana mengamati penampilan Alya.

"Lo gak ganti?" tanya Nana.

"Gue gak nemu baju olga gue. Padahal seinget gue, gue udah naroh tuh baju jauh-jauh hari deh."

"Ah, lo lupa bawa kali."

"Trus gue mesti gimana?"

"Entahlah. Gue duluan ya," pamit Nana kemudian berjalan meninggalkan Alya dan menyusul teman-teman lain. Alya menghela napasnya sambil memandangi kepergian Nana dan teman sekelasnya yang lain.

Tiba-tiba ia mendengar sesuatu yang jatuh di belakangnya. Ia segera menoleh dan tak mendapat apapun di sana. Ia mulai berpikir kalau baru saja ia berhalusinasi. Tapi ketika matanya memandang ke lantai, ia langsung terbelalak.

Sebuah baju olahraga tergeletak tak berdaya di atas lantai. Berhubung ia hanya kehilangan bajunya, tapi celananya masih anteng di dalam loker, ia mulai berpikir bisa memakai baju itu.

Ia menoleh ke sekitar, memastikan tidak ada orang yang melihat. Ia sempat berpikir untuk tidak mengambil baju itu. Tapi daripada dihukum, kan?

...

Jauh dari dugaannya, baju itu ternyata terlalu besar. Ia sempat mengira bahwa baju itu sangat pas dengan tubuhnya. Alya menghela napas lalu melanjutkan pemanasannya. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan bentakan Pak Tono.

"Kamu kemana aja jam segini baru ke lapangan?!" bentak Pak Tono terhadap seorang murid sontak mendapat perhatian dari murid lainnya, termasuk Alya. "Baju kamu kemana?!" lanjut Pak Tono. Murid yang dibentak hanya bisa menunduk.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang