Alya dan Lio terpaksa kembali ke apartemen Lio karena Naura mengatakan ingin berkunjung. Padahal Alya masih belum puas berlama-lama di taman. Walaupun tidak terawat, tetap saja angin sepoi-sepoi dengan mudahnya ia dapatkan di sana.
Lio pamit dengan Alya untuk pergi ke suatu tempat. Katanya mau mengerjakan 'tugas' yang sudah lama ia lalaikan. Alya terpaksa mengiyakannya walaupun ia merasa kesepian.
Tapi tak lama kemudian, ia mendengar bel apartemen Lio dibunyikan. Lalu muncullah sesosok gadis yang sudah tak asing lagi dari balik pintu kamar Lio. Gadis itu memasang senyum tipisnya yang langsung dibalas Alya dengan senyum lebar.
"Dateng juga lo akhirnya," ujar Alya kepada gadis itu, Naura. Naura hanya cengengesan, sebagian dari dirinya merasa bersalah karena ia telah ngaret beberapa menit.
"Al, ada yang mau ketemu sama lo," ucap Naura mendadak serius. Alya mengangkat sebelah alisnya.
"Siapa?" tanyanya. Kemudian Naura kembali keluar kamar Lio dan berbicara dengan seseorang. Lalu ia masuk lagi dengan diikuti seseorang di belakangnya.
Badan Alya membeku melihat orang itu. Matanya membesar. Mendadak dadanya terasa sesak. Ia merasa matanya memanas. Orang itu hanya memandang Alya dengan tatapan penuh penyesalan.
"Ng-ngapain lo ajak dia ke sini?" tanya Alya dengan nada kaku. Naura hanya menoleh ke arah orang itu kemudian tersenyum kecut ke arah Alya.
"Gue rasa kalian perlu bicara," ucap Naura tanpa menghilangkan senyum di bibirnya. Alya menggelengkan kepalanya. Ia mencengkram erat selimut yang menyelimuti kakinya.
"Alya..." lirih gadis itu. Alya merapatkan badannya ke kepala tempat tidur. Memandang orang itu takut-takut.
"Gue keluar dulu ya," ucap Naura dan tanpa persetujuan Alya, ia keluar meninggalkan Alya sendiri menghadapi gadis itu.
Gadis itu berdiri dengan canggung di dekat pintu kamar Lio. Ia tersenyum kaku ke arah Alya. "Alya... Maafin gue," lirihnya.
"Kenapa?" tanya Alya dengan masih mencengkram selimut Lio dengan erat. Tangannya gemetaran. "Kenapa lo lakuin itu?" tanya Alya dengan suara setengah berbisik.
"Maafin gue... Gue gak tau itu elo," ucap gadis itu. Ia memberanikan diri untuk duduk di sebelah Alya. Tapi kemudian Alya menggeser posisi duduknya menjauhi gadis itu.
"Gue gak percaya sama lo Rik," ucap Alya dingin tapi ia tak bisa menyembunyikan ekspresi takutnya.
"Gue mohon... Lo jangan takut sama gue kayak gini Al," lirih Rika dengan wajah yang bersalah. "Gue tau gue salah. Tapi setidaknya kasih gue kesempatan kedua."
"Kenapa Rik? Kenapa lo gak mau dengerin penjelasan Louis?" tanya Alya dengan setengah berseru. Air mata mulai terbendung di kelopak matanya. "Gue hampir mati di sana, Rik. Asal lo tau."
"Gue tau. Semua ini gak cukup dibalas cuma dengan kata 'maaf'. Tapi setidaknya kasih gue kesempatan, Al. Gue bakal lindungin lo, sebisa gue. Seumur hidup gue," ucap Rika yang terlihat bersungguh-sungguh.
Alya terkekeh pelan, seakan mencibir perkataan Rika. "Sejak kapan lo belajar ngasih janji palsu, Rik?"
"Kali ini gue gak bakal bohong, Al. Plis Al. Ini semua cuma salah paham. Gue cuma emosi, Al. Gue gak bakal ulangin itu. Gue bakal lebih percaya sama Louis. Dan gak bakal cemburu sama lo lagi. Gue sayang sama lo, Al. Lo mirip banget sama adik gue."
Perlahan, ekspresi Alya melunak. Lagi-lagi Alya terkekeh. "Kok banyak banget ya yang mirip gue?" tanyanya entah kepada siapa.
"Al, gue mau kita kayak dulu lagi. Ayo kita balas dendam sama Vani. Gue bakal bantu lo," ucap Rika terlihat meyakinkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta
Romantik[COMPLETED] ~Fantasy-romance~ Menurut mitos Jepang, setiap orang terhubung dengan jodoh mereka masing-masing dengan sehelai benang merah yang tak kasat mata. Alya, seorang gadis normal berusia 16 tahun, curiga ia tidak memiliki benang merah tersebu...