Alya's POV
"Terimakasih telah menungguku... Alika," ucap cowok itu sambil tersenyum tulus. Aku bingung, tapi aku juga merasa kalau... ada sesuatu di balik kalimatnya. Alhasil, aku hanya terdiam menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
Ia berjalan mendekat, masih dengan senyumannya. Untuk pertama kalinya, aku benar-benar terpesona dengan senyuman seorang laki-laki. Yah, sejauh yang aku ingat sih. Soalnya Naura bilang aku gampang banget jatuh cinta, dulu.
Cowok itu telah berada di sampingku, tepat selangkah di sebelah tempat dudukku di kafe ini. Sedetikpun mataku tak dapat lepas dari matanya.
Lagi-lagi ia tersenyum lalu mengulurkan tangannya. Seakan terhipnotis, aku meraih tangannya dan berdiri dari dudukku.
Tangannya mengarah ke sesuatu yang melingkar di leherku. Entah mengapa juga, aku tidak menolak dengan menepis tangannya.
Ia meraih liontin kalungku. Mendadak liontin hati hitam itu berubah warna. Menjadi merah.
"Kamu lupa sama aku?" tanyanya dengan tatapan mata yang sayu. Aku ingin menangis melihatnya. Ada apa denganku?
"L-lo siapa?" Akhirnya setelah sekian lama, aku dapat membuka suaraku, yang aku kira sudah menghilang. Ia benar-benar membuatku mati kutu.
Matanya meredup. Aku dapat melihat wajahnya menyiratkan kekecewaan. Aku semakin ingin menangis. Air mata telah memenuhi kelopak mataku.
"Gue nggak tau siapa lo. Tapi kenapa gue ngerasa sedih ngelihat elo?" tanyaku bersamaan dengan jatuhnya air mata ke pipiku. Ia terdiam.
"Aku kembali, Al. Kamu nggak inget aku sama sekali?"
Tangisanku semakin menjadi. Dadaku mendadak merasa sesak.
"Jawab gue! Lo siapa?!" Aku sudah tidak peduli bagaimana wajahku sekarang.
Dia hanya menatapku, tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mataku melebar melihat wajahnya sedekat ini.
Perlahan, ia semakin mendekatkan wajahnya... dan...
Ia menciumku....
Di mata kananku...
Ini tidak lucu....
Tapi aku tidak menolak...
Dan tiba-tiba saja ada sekelebat bayangan berlalu-lalang di ingatanku. Aku melebarkan mataku sambil menatapnya. Kembali air mata memenuhi kelopak mataku.
"Lio..." lirihku lalu memeluknya. Aku tak dapat melihat ekspresinya karena aku menenggelamkan wajahku ke dada bidangnya. Ia membalas pelukanku, mengeratkannya.
Aku bisa merasakan tangannya mengelus kepalaku dan bibirnya sesekali mengecup dahiku. Aku tak bisa membendung tangisku.
Tak peduli jika saat ini kami akan menjadi tontonan gratis bagi pengunjung kafe.
Yang jelas aku merindukannya.
Lio.
Lio-ku.
Hanya milikku.
Aku melepaskan pelukanku lalu menatapnya sejenak. Ia tersenyum ke arahku. Tanganku tergerak untuk memukul dadanya.
"Kamu jahat!"
"Kamu lama sekali!"
"Kamu jahat!" seruku sambil terus memukulnya dan aku tidak bisa membendung tangisku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta
Romance[COMPLETED] ~Fantasy-romance~ Menurut mitos Jepang, setiap orang terhubung dengan jodoh mereka masing-masing dengan sehelai benang merah yang tak kasat mata. Alya, seorang gadis normal berusia 16 tahun, curiga ia tidak memiliki benang merah tersebu...