Alya termenung sambil menatap lurus-lurus ke arah danau di dekat sekolahnya. Iya, danau yang itu. Entah mengapa ia ingin pergi ke sini. Mengingat kalau jam segini pasti di taman akan ramai.
Ia hanya memerlukan udara segar, pemandangan bagus, dan suasana sepi. Hatinya sedang gundah mengingat reaksi Dirga ketika ia memberitahu bahwa mereka bersaudara.
~
"Ini memang sulit dipercaya," ucap Alya dengan senyum yang dipaksakan. "Tapi Dirga. Lo adik sepupu gue."
Baik Dirga maupun Naura melongo mendengar pernyataan Alya. Naura sudah tidak bisa berkata apa-apa, sedangkan tiba-tiba Dirga menitikkan air mata.
"Gue tau ini memang sulit dipercaya. Gue juga tidak percaya pada awalnya," ucap Alya memecah keheningan.
"Kenapa..." lirih Dirga tiba-tiba. "Kenapa baru datang sekarang?" tanya Dirga. "Kenapa baru datang sekarang?!" tanya Dirga lagi dengan ada yang dinaikkan satu oktaf.
Alya tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya memandang Dirga dengan tatapan pedih. "Maaf. Apa selama ini lo kesepian?" tanya Alya.
"Bertahun-tahun gue hidup sendiri. Papa bilang bakal ada keluarga saudaranya yang akan nampung dan ngajak gue untuk hidup bersama dalam satu rumah karena dia bilang nggak bisa ngurus gue lagi. Sedangkan mama udah gak peduli lagi dengan gue dan adik gue. Gue nunggu kalian bertahun-tahun. Tapi kalian ke mana?!"
Alya menitikkan air mata. Baru kali ini ia melihat Dirga serapuh ini. "Maaf Dirga. Gue baru diberitahu mama dan papa kalau gue punya adik sepupu. Ini bukan sepenuhnya salah gue. Mama dan papa juga katanya udah nyari lo dari tahun lalu. Dan lo nggak ada di rumah itu."
"Kalian bilang akan nampung gue 5 tahun yang lalu, tapi kenapa baru dicari tahun lalu?!" Alya menundukkan kepala mendengar pertanyaan Dirga.
"Itu karena orangtua gue juga sibuk. Maafin kami Dirga."
Dirga tertawa getir. Ia mengusap air matanya dengan paksa. "Gak. Lo nggak salah, kak. Cuma gue yang terlalu berharap punya keluarga," ucap Dirga dengan senyum yang dipaksakan. Ia meraih pergelangan tangan Naura. "Ayo pulang."
~
"ARGH!!" teriak Alya lantang sambil melempar kerikil ke dalam danau. "KENAPA AKU HARUS JATUH CINTA DENGAN ADIKKU SENDIRI?!" teriak Alya entah kepada siapa.
Napas Alya terengah-engah setelah berteriak lantang, ia juga bisa merasakan kerongkongannya sakit, tapi ia tidak peduli. Ia malah terisak mengingat nasibnya yang seperti ini.
Tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Ia menoleh sebentar lalu terkekeh sinis. "Ngapain lo ke sini?" tanya Alya berusaha berbicara dengan nada sinis.
"Menemuimu," ucap Lio singkat.
"Untuk apa?" tanya Alya.
"Maaf."
Alya terheran dengan sepatah kata yang diucapkan Lio. "Untuk?"
"Jatuh cinta kepadamu," ucap Lio enteng. Alya mendadak tersenyum.
"Lo bener-bener serius dengan itu?" tanya Alya. Lio mengangguk pelan. Senyum Alya semakin mengembang.
"Kau tau? Sebenarnya aku juga menyukaimu. Tapi aku juga menyukai Dirga. Menyakitkan memang ketika melihat Dirga bersama Naura. Menyakitkan memang mengetahui kenyataan bahwa Dirga adalah adikku." Alya tiba-tiba berhenti mengucap. Ia lantas menatap Lio lekat-lekat. "Tapi ternyata lebih menyakitkan ketika kamu menyatakan perasaanmu lalu pergi seakan perasaan itu hanya angin lalu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta
Romansa[COMPLETED] ~Fantasy-romance~ Menurut mitos Jepang, setiap orang terhubung dengan jodoh mereka masing-masing dengan sehelai benang merah yang tak kasat mata. Alya, seorang gadis normal berusia 16 tahun, curiga ia tidak memiliki benang merah tersebu...