Sembilan

577 104 20
                                        

Yah, Alya tahu dirinya indigo. Tapi sampai saat ini ia belum pernah melihat yang seseram di film-film. Maka dari itu, ia takut jika saja ia bertemu yang sejenis seperti itu. Mungkin ia akan pingsan di tempat.

Oke, fokus. Saat ini, Alya memberanikan dirinya untuk mengecek sesuatu itu. Lalu ia membuka pintunya, ia terkejut setengah mati.

Kak Alin berdiri sambil memegang kue dengan lilin yang dihidupkan. Dan di samping Kak Alin ada mama dan papanya, diikuti Kak Aldi dan Kak Laras. Oh iya, ternyata ada Kak Vano, Naura, dan Louis juga.

"Happy birthday Alya, happy birthday Alya, happy birthday, happy birthday, happy birthday, Alyaa~"

"Ya ampun. Siapa ulang tahun sekarang?" tanya Alya yang membuat mereka semua langsung ingin menjitaknya saat itu juga.

"Anak ini ga berubah-berubah," komentar mama Alya.

"Udah. Sekarang mending lo make a wish dulu deh. Pegel gue pegang kuenya," sungut Kak Alin.

Alya tersenyum kemudian mencakup kedua tangannya di depan dada. "Semoga tahun ini gue nemu jodoh gue, semoga gue bisa bersatu dengan jodoh gue, ga kayak di ramalan, semoga gue sukses nantinya, semoga orang-orang yang gue sayang selalu bahagia, semoga papa sama mama semakin sering di rumah, semoga Kak Aldi dan Kak Laras cepet nikah, semoga Kak Alin cepet skripsi trus tunangan sama Kak Vano, semo— eh kebanyakan, udah gitu aja deh. Amin," batin Alya lalu bersiap meniup lilinnya.

"Fuuhh"

"Yeeyyy," mereka semua pun tersenyum bahagia sambil tepuk tangan. Seakan mereka sedang berada di acara ulang tahun seorang bocah berumur 4 tahun.

...

Alya membuka matanya perlahan ketika sinar matahari menyilaukan matanya. Dilihatnya samar-samar Kak Alin tengah menyingkap gorden kamarnya.

"Bangun, Lia," ucap Kak Alin ketika sadar bahwa Alya telah bangun dari tidurnya.

"Hmm," Alya hanya bergumam tak jelas kemudian ia menoleh ke sisi lain tempat tidurnya. "Naura mana kak?" tanya Alya. Oh iya, kemarin, Naura, Louis, Kak Laras, dan Kak Vano memilih untuk menginap. Naura tidur bersama Alya, Kak Laras dengan Kak Alin, Kak Vano dengan Kak Aldi, sedangkan Louis tidur sendiri di kamar tamu.

"Udah pulang tadi jam 6. Disuruh pulang sama ortunya. Tuh dia nempel post it di lemari lo," ucap Kak Alin dengan masih sibuk membuka semua jendela kamar Alya yang bisa terbilang luas.

"Louis? Kak Laras? Kak Vano?"

"Louis juga udah pamit tadi barengan sama Naura. Vano baru aja pergi katanya temennya tiba-tiba bilang kuliah hari ini. Kalau Kak Laras, itu di bawah lagi bantuin mama masak," jawab Kak Alin dengan sabar karena ia tahu bahwa adiknya memang cerewet.

Kak Alin menghampiri Alya yang masih terduduk di tempat tidur. Ia mengambil tempat di samping Alya. "Gue lihat, makin hari lo makin tirus, makin tinggi, makin cantik," ucap Kak Alin tiba-tiba. Alya tak langsung terkesan dengan pujian Kak Alin, melainkan ia memicingkan matanya curiga.

"Lo mau sesuatu dari gue?" tanya Alya dengan masih memicingkan matanya. Dengan segera Kak Alin menjitak kepala Alya.

"Gue serius. Oke, udah gue putuskan. Nanti, sebelum kita jalan-jalan sekeluarga, lo ikut gue, gue bakal rubah penampilan lo."

...

"Kak, ini sebenernya rambut gue diapain?" tanya Alya kepada kakaknya yang duduk di sampingnya. Kak Alin yang tadinya bermain ponselnya sambil menunggu rambutnya selesai, kini menoleh ke arah Alya.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang