Enam

4.1K 257 0
                                    

ENAM

Hiks...hiks

Aku terbangun dari tidurku. Terdengar suara tangis dari kamar ibuk. Sambil sedikit membuka mata aku berjalan merambat tembok putih. Tembok yang telah usang termakan usia.

"Ada apa buk." ucapku sambil menyalakan lampu kamarnya. Tapi percuma saja aku tanya beliau tak mungkin menjawabnya. Aku lihat dia memeluk selembar kertas. Keningku mengerut. Kertas apa itu? Jangan bilang itu kertas tadi untuk bungkus nasi goreng yang aku beli sepulang kerja.

"Buk .. Taruh kertasnya. Nanti baju ibuk kotor gatel-gatel loh." Perlahan aku menarik kertas itu. Tapi ibuk malah membalikan badannya seakan tak ingin kertas itu aku rebut.

"Ayolah buk. Itu kertasnya kotor." ucapku kesal. Sudah malam masih aja ada tingkah anehnya. Aku menarik kertas itu secara paksa hingga ibuk terjatuh diranjangnya. Aneh kertas ini tebal.

Aku kembalikan lagi nyawa ku yang entah sedang melayang-layang kemana. Ku tajamkan mataku dan..

"Ini siapa buk?kok ganteng banget?" tanyaku heran. Kenapa ibuk bisa memiliki foto seorang dokter yang sungguh tampan. Pria itu menggunakan jas putih sedangkan disebelahnya ada foto seorang gadis yang cantik sedang tersenyum lembut duduk disebuah taman.

Tunggu, sepertinya kenal gadis ini. Bukan. Ini bukan gadis. Ini ibuk ku. Belum aku puas memandang foto itu,ibuk merebutnya lagi dan memeluknya sambil berlari ke pojok kamar.

Aku bingung seakan muncul seribu pertanyaan. Apa itu dokter ibu dulu? Atau mungkin jangan-jangan.

"Jangan bilang itu mantan ibuk? Iya kan? Cie ibuk punya mantan.."ledek ku. Tapi ibu malah menciumi foto itu sambil menekuk kakinya disebelah tembok. Aku harus menyelediki siapa pria itu. Siapa tahu dia bisa membantu menyembuhkan ibuk ku.

Iya... Soal biaya aku akan menyarinya yang penting ibuk bisa sembuh.

-----

Keesokan harinya. Aku bangun sangat pagi sebelum ibuku bangun. Untuk apa? Hmm yang jelas bukan untuk berolah raga atau sekedar joging disekitar rumah. Aku sungguh tak punya waktu untuk memanjakan diriku.

Aku masuk secara perlahan lahan ke dalam kamar ibuk. Aku buka lemarinya dan mengecek satu persatu laci siapa tahu ada petunjuk lain tentang dokter ganteng itu. Mataku melihat sesuatu yang asing. Sebuah buku usang yang tak pernah aku lihat sebelumnya.

"Apa ini buku ibuk? Gak.. Gak mungkin ibuk bisa nulis?ah yang benar saja " Aku menaruhnya lagi. Apa rasa penasaranku harus aku pendam sungguh ini buntu. Aku tutup lagi lemari ibuk. Aku tatap wajah yang sedang terlelap. Sungguh sangat damai. Ibuk harus sembuh. Aku yakin. Aku gak akan bisa sukses kalau selalu terus-terusan jaga ibu dirumah. Aku pun mengambil buku usang itu lagi di lemari dan segera bersiap mandi.

-----

Jam istirahat , waktu dimana para siswa bisa terbebas dari omelan beberapa guru yang tak disukainya. Dan waktu yang tepat untuk mengganjal perutku yang lapar aku berjalan ke arah taman belakang sekolah. Harga makanan dikantin sekolahku cukup mahal untukku jadi lebih baik aku duduk saja di taman tanpa melihat teman-temanku membawa makanan dari kantin.

Kubuka buku diary yang bergembok kecil ini. Tapi sialnya gembok itu tak mau terbuka. Aku mencoba mencari batu untuk merusaknya. Setelah beberapa kali aku pukul kan batu itu,akhirnya pengait itu pun patah. ku buka perlahan buku itu dengan hati-hati. Buku yang sudah tua, mungkin jauh tua dari umurku. Beberapa lembar saling lengket. Aku membukanya harus dengan extra hati-hati.

Vina viola candradika

Aku menyengitkan dahiku? Sejak kapan nama ibuk ada Candradika nya?

08/05/1995

Aku bertemu dengannya. Dokter yang sangat tampan. Dia membantuku menemukan ruangan kepala perawat. Sungguh dia dokter yang ramah. Tak seperti beberapa orang yang aku temui dikoridor tadi.

Sungguh beruntung aku bisa bekerja dirumah sakit yang sama dengannya. Semoga hari-hariku lebih bahagia dirumah sakit baru ini.

Ha? Ibuk seorang perawat? Gak gak mungkin. Ibuk kan idiot? Makan aja masih dibantu. Ini pasti bukan tulisan ibuk. Belum aku selesai membaca buku diary misterius ini, sesuatu mengganggu pandanganku. aku melihat sesuatu menggantung didepanku ,Sebuah kalung anjing berwarna pink dengan gantungan tulang berwarna silver.

Sial. Aku langsung menoleh. Aku sudah tau pasti kerjaan si voldemort itu.

"Heh.. Kurang ajar. Maksud lo apa?" tanya ku sambil berdiri.

"Itu buat nyokap lo, baik kan gue?" teriaknya sambil berlari. Sial... Gak bisa dibiarin cowok ini.

"Berhenti lo...." teriak ku sambil mengejarnya, persetan dilihat banyak orang. Cowok itu dibiarin diem-diem ngelunjak. Aku berlari mengejarnya melewati beberapa tangga menuju lantai tiga, sial cowok itu kakinya cepat sekali larinya. Nafasku mulai tersengal-sengal. Beginilah akibatnya kalau jarang berolahraga untuk berlari saja aku tak kuat.

Ku lihat cowok tak punya otak itu menertawakanku lalu berlari menghilang di beberapa siswa yang berlalu-lalang.

Awas saja kalau ketemu lagi, ku sate dia.

Tbc

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang